Iklan

Iklan

,

Iklan

Asbabun Nuzul Surat Al-Ashr, 4 Kriteria Orang yang Tidak Merugi

Duta Islam #04
25 Mar 2019, 01:38 WIB Ter-Updated 2024-08-07T17:49:05Z
Download Ngaji Gus Baha
Kandungan Surat al-Ashr (sumber: istimewa)
Asbabun nuzul Surat al-Ashr berhubungan dengan kebiasaan bangsa Arab di masa lampau. Masyarakat Arab pada waku itu mempunyai tradisi kumpu-kumpul di sore hari. Mereka membincang segala aktifitas serta kehidupan masing-masing kelompoknya.

Dutaislam.or.id - Percakapan mereka acapkali menyinggung keunggulan serta kemegahan suku, nenek moyang, kekayaan dan kehidupan suku masing-masing. Awal mulanya, percakapan tersebut berjalan lancar tanpa adanya sikap saling menyombongkan kelompoknya. Namun, karena seringnya mengungkit keunggulan serta kemegahan sukunya, pertemuan tadi malah berujung bertikaian.

Pertikaian antar kelompok terjadi berawal dari sikap saling iri dan ego sentris kelompok. Sikap ego sentris yang ditampilkan antar kelompok menimbulkan benih permusuhan di masyarakat. Akibat kejadian tersebut, masyarakat Arab mengutuk bahwa waktu ashar merupakan waktu naas.

Masyarakat Arab menilai waktu ashar merupakan hari cilaka. Mereka menganggap waktu ashar menjadi penyebab terjadinya pertikain dan permusuhan antar kelompok di masyarakat. Hingga ada sebagian masyarakat yang kerapkali menyalahkan waktu ashar sebagai akar masalah dari semua pertikain yang ada.

Syekh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa prahara yang menimpa bangsa Arab saat itu menjadi latar belakang turunnya Surat al-Ashr. Surat al-Ashr menegaskan bahwa penyebab permusuhan yang terjadi adalah kesalahan manusianya sendiri. Faktor keegoisan dan sikap membanggakan kelompok-lah yang memicu konflik antar kelompok tersebut.

Surat al-Ashr tergolong surat yang pendek dan mudah untuk dihafalkan. Namun, kandungan Surat al-Ashr sangat dalam dan luas. Imam Syafi'i pun sampai mengingatkan begitu luasnya kandungan Surat al-Ashr, sehingga cukup bagi seseorang sebagai acuan menjalani kehidupan bermasyarakat.

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. al-Ashr: 1-3).

Dalam Surat al-Ashr, Allah SWT menegaskan bahwa manusia berada dalam kerugian. Kerugian yang dialami manusia mencakup beragam segi, baik kerugian di dunia ataupun akhirat.

Kerugian di dunia dapat diukur dari capain dan keberhasilan mencapai suatu materi. Misalnya, kehidupannya selalu dirundung masalah, kegagalan dan kesengsaraan. Ia merasa tersiksa dengan keadaan yang dihadapinya.

Sedangkan kerugian akhirat, ia tidak dapat meraih kenikmatan yang berlimpah dari Allah SWt. Sejak di alam kubur pun, ia sudah merasakan siksaan yang pedih dan menyakitkan. Kemudian di hari penghisaban, ia kelak akan dimasukkan ke neraka.

Dalam surat ini, Allah SWT menjelaskan lebih lanjut bahwa ada empat kriteria manusia yang tidak mengalami kerugian. Orang-orang yang mempunyai empat sifat tersebut merupakan golongan yang dikecualikan Allah SWT. Artinya, mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi.

Kriteria pertama adalah beriman kepada Allah. Iman menjadi pondasi awal bagi manusia di setiap langkah. Tentunya, keimanan yang dilandasi dengan ilmu karena keimanan tidak akan sempurna tanpa adanya ilmu. Dengan demikian, ia mampu menjalani perintah agama dengan benar.

Kriteria kedua adalah amal saleh. Amal saleh merupakan konsekuensi logis seorang yang beriman. Orang yang berimanan senantiasa menebar kebaikan dan bermanfaat bagi orang lain. Tindak tanduknya tidak merugikan diri sendiri atau orang yang ada di sekitarnya.

Kriteria selanjutnya yaitu berdakwah. Kriteria yang ketiga ini bagaimana seseorang setelah mampu membenahi dirinya, ia dituntut untuk mengajak orang di lingkungannya agar berbuat kebajikan pula. Dalam hal ini, ia tidak hanya mementingkan pribadinya semata, akan tetapi juga berusaha menciptakan tatanan masyarakat yang lebih baik.

Kriteria yang terakhir berkaitan dengan ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan. Sikap sabar akan membentuk suatu sikap pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Dengan melekatnya empat kriteria di atas, kelak kehidupannya akan sukses, baik di dunia maupun di akhirat. [dutaislam.or.id/in]

Artikel dutaislam.or.id

Demikian penjelasan Asbabun Nuzul Surat Al-Ashr, 4 Kriteria Orang yang Tidak Merugi. Adapun Tafsir Surat Ali Imran Ayat 110, Konsep Umat Terbaik, silahkan baca di artikel berikutnya.

Iklan