Kandungan Surat al-Ashr menurut Ibnu Katsir (sumber: istimewa) |
Dutaislam.or.id - Surat al-Ashr berarti masa atau waktu. Di mana berbagai aktivitas manusia berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Imam malik meriwayatkan dari zaid bin aslam, kata al-Ashr berarti shalat Ashar. Namun, kata al-Ashr bermakna masa adalah yang paling popular.
Allah SWT telah bersumpah dengan masa bahwa manusia itu dalam kerugian. Mereka yang tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik akan benar-benar merugi dan binasa. Pepatah Arab mengatakan, waktu ibarat pedang. Siapapun yang tidak dapat menaklukannya akan terbunuh oleh waktu itu sendiri.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan, ada orang-orang yang tidak merugi, yakni orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih. Dengan demikian, Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh.
Keimanan merupakan bentuk kesalahan individu. Keimanan menjadi pondasi awal dalam membentuk kesalehan sosial. Bentuk kesalehan sosial dengan berbuat kebajikan dan amal saleh. Keseimbangan keduanya akan membawa pada pribadi muslim sebagai insan kamil.
Selain itu, pribadi orang beriman adalah saling memberi nasihat dalam mentaati kebenaran. Dan nasihat-menasihati supaya menetapi kebenaran, yakni bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan, surat al-Ashr merupakan surat yang sangat popular dikalangan para sahabat. Setiap kali para sahabat mengakhiri suatu pertemuan, mereka menutupnya dengan surat al-Ashr. Imam Syafi’i dan juga tafsir mizan menyatakan bahwa walaupun surat al-‘Ashr suratnya pendek, tapi ia menghimpun hampir seluruh isi al-Quran.
Menurut Ibnu Katsir, andai al-Quran tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat al-Ashr saja, maka itu sudah cukup menjadi pedoman umat manusia. Lebih lanjut beliau mengatakan surat al-Ashr berarti pula usia. Usia yang terletak antara gerakan-gerakan manusia, baik maupun jahat.
Sedangkan pandangan Imam malik dari zaid bin aslam, kata al-ashr adalah kebutaan. Akan tetapi, pemaknaan yang awal yang paling masyhur. Allah yang maha kuasa dengan mudah membuat manusia berada dalam keadaan rugi dan kerusakan. Tentunya, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal yang baik. Manusia dituntu untuk menumbuhkan keimanan dalam hati dan melakukan perbuatan baik.
Berawal dari menumbuhkan kebajikan di dalam individu, kemudian memberikan nasihat antar satu sama lain dalam melakukan ibadah serta menasihati satu sama lain dengan kesabaran. Nasihat kepada sesama agar terhindar dari bencana-bencana dan terjebak dalam jurang kerugian.
Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat Imam Thabrani, para sahabat terbiasa membaca Surat al-Ashr ketika mereka berpisah dari suatu majlis perkumpulan.
وذكر الطبراني من طريق حماد بن سلمة ، عن ثابت عن عبد الله بن حصن [ أبي مدينة ] ، قال : كان الرجلان من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا التقيا ، لم يتفرقا إلا على أن يقرأ أحدهما على الآخر " سورة العصر " إلى آخرها ، ثم يسلم أحدهما على الآخر
Artikel dutaislam.or.id
Demikian penjelasan Tafsir Surat Al-Ashr Menurut Ibnu Katsir. Adapun Asbabun Nuzul Surat Al-Ashr, 4 Kriteria Orang yang Tidak Merugi, silahkan baca di artikel berikutnya.