Oleh Arya Hadi Dharmawan
Dutaislam.or.id - Delusi adalah sikap/keyakinan yang menganggap bahwa hal-semu sebagai realitas. Keyakinan pada hal semu (layaknya fatamorgana) ini bisa ditularkan/menular ke orang lain. Dimana, orang yang kemudian tertular pun akan meyakini hal semu-yang-serupa, sebagai kenyataan.
(Dipetik dari Sigmund Freud) disebutkan bahwa delusi secara massal bisa terjadi manakala setiap orang saling-berbagi (sharing-the-idea) dan meyakini benar tentang adanya realitas semu (pseudo-reality) itu.
Baca: Prabowo Menderita Penyakit Jiwa Delusi Megalomania?
Pada saat itu terbentuklah keyakinan atas kenyataan-semu secara bersama-sama (mass-delusion) yang masif. Pada saat itu juga, orang-orang menjadi tampak layaknya berada di awang-awang nan rentan untuk rebah oleh tiupan angin (drafty).
Kita tak dapat menghentikan tindakan seseorang yang sedang dilanda oleh realitas-semu, tetapi tiap orang bisa mengontrol diri sampai kapan kita berpartisipasi dalam mimpi-mimpi-di-atas-angin-yang-tak-memiliki-dasar-kuat tersebut. Memutuskan berhenti dari mimpi, ada di tangan kita masing-masing.
Baca: HRS ke Jokowi: Kalau Sampai Terjadi People Power Anda Finish!
Ilmu pengetahuan (sains) akan membantu kita untuk keluar dari sikap delusif agar mendarat di bumi kembali. Kini semua tergantung pada Anda. Mau berhenti atau terus delusif. [dutaislam.or.id/ab]
Arya Hadi Dharmawan,
pengajar di Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
