Macam-macam ratib dan sejarahnya. Foto; istimewa |
Sebagai umat Islam kita telah mengetahui ada berbagai macam wirid baik itu yang diajarkan oleh Rasulullah secara langsung ataupun tak secara langsung (diajarkan ataupun diijazahkan oleh ulama dan Habaib).
Dutaislam.or.id - Makna dzikir secara sederhana adalah mengingat Allah. Dzikir merupakan anjuran yang sangat ditekankan oleh Rasulullah untuk setiap umat Muslim. Dalam literatur pesantren, dzikir dibahas panjang lebar mulai dari praktik, penjelasan, keutamaan, tingkatan dzikir dan lain lain.
Ada beberapa macam ratib, sebagaimana tercantum di bawah ini.
1. Ratib Alaydrus al-Akbar dirangkai oleh Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus dari berbagai ayat Al-Qur’an dan kalimat-kalimat dzikir yang muktabar dari Rasulullah SAW. Bertujuan untuk memohon penguatan tauhid dan keimanan pembacanya serta untuk kemurahan rezeki.
2. Ratib Alaydrus Al-‘Adni yang disusun oleh putra Habib Abdullah Alaydrus, yakni Habib Abu Bakar Al-‘Adni Alaydrus sebagai permohonan datangnya hujan. Asbabul wurud ratib kedua ini adalah kemarau panjang yang melanda Yaman Selatan.
3. Ratib Al-Aththas muncul di era maraknya praktik sihir dan perdukunan, sehingga komposisinya pun lebih ke arah perlindungan diri dari godaan setan, jin, dan sebangsanya, yang dikirim oleh para dukun.
4. Ratib Al-Haddad muncul pada saat daerah shahibur ratib, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, tengah dilanda banyak kerusuhan, perampokan, dan peperangan. Karena itu Habib Abdullah Al-Haddad menyusun sebuah rangkaian doa mohon keselamatan yang kini dikenal dengan Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad memang lebih dulu dibawa ke Indonesia, karena saat itu timing-nya tepat, yakni masa penjajahan. Di mana-mana terjadi kerusuhan, pembakaran, bahkan pembunuhan.
Baca: 10 Wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani Guna Memperbaiki Diri
Telah diuraikan oleh Al-Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Attas bahawasanya perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan disini berasal dari perkataan (rattaba) berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sembahyang sunnah Rawatib adalah antara sembahyang-sembahyang sunnah yang diamalkan pada waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi SAW. Ratib al-Attas mengandungi dzikir, ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa yang telah sedia tersusun oleh Al-Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Attas yang juga dibaca pada waktu-waktu yang tertentu.
Istilah Ratib digunakan kebanyakannya di negara Hadhramaut dalam menyebut dzikir-dzikir yang biasanya pendek dengan bilangan kiraan dzikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Keutamaan Ratib
Berkata sebilangan Ulama ahli salaf, antara keutamaan ratib ini bagi mereka yang tetap mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat husnul khatimah, menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam perlindungan Allah SWT.
Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat yang kosong dengan berwudhu, mengadap kiblat dan berniat apa kehendaknya, insya-Allah dimustajabkan Allah SWT. Para salaf berkata ia amat mujarrab dalam menyampaikan segala permintaan jika dibacanya sebanyak 41 kali.
Antara kelebihan ratib ini adalah, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah jirannya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandungi rahasia-rahasia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.”
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat Al-Quran dan amalan Nabi Muhammad SAW.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein Al-Attas berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular niscaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat dari segala yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia selamat.”
Pernah datang satu kumpulan mengadu akan hal mereka yang dikelilingi musuh. Al-Habib Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin insya-Allah mereka akan selamat.
Ada sebuah kampung yang cukup yakin dengan Habib Umar Al-Attas dan tidak tinggal dalam membaca ratibnya. Kecil, besar, tua dan muda setiap malam mereka membaca ratib beramai-ramai dengan suara yang kuat. Kebetulan kampung itu mempunyai musuh yang hendak menyerang mereka. Kumpulan musuh ini menghantar seorang pengintip untuk mencari rahasia tempat mereka supaya dapat diserang. Kebetulan pada waktu si pengintip datang dengan sembunyi-sembunyi mereka sedang membaca ratib dan sampai kepada dzikir
Mendengar tiada takut baginya, dan diulangi sampai tiga kali, si pengintip terus menjadi takut dan kembali lalu menceritakan kepada orang-orangnya apa yang dia dengar dan mereka tidak jadi menyerang. Maka selamatlah kampung itu.
Sejarah Ratib
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura adalah sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang oleh Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein Al-Attas. Tarikh selesai karangan ini adalah pada pagi Jumat 20hb Jumadil Awal 1342 (20hb Desember 1923). Ia diterbitkan dengan perbelanjaan C.H Kizar Muhammad Ain Company pengedar kain pelekat cap kerusi yang beribu pejabat di Madras, India dan dicetak oleh Qalam Singapura.
Pada tahun 1939, Al-Habib Muhammad bin Salim Al-Attas telah menerbitkan sebuah kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah Al-Huda di Pulau Pinang. Kitab ini mengandungi wirid-wirid datuk beliau Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas tetapi terdapat juga ratib Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas di dalamnya.
Mengikut Al-Habib Muhammad bin Salem Al-Attas, Al-Habib Hasan bin Ahmad Al-Attas pada suatu masa dahulu telah mencetak Ratib Al-Attas menerusi percetakannya Mutaaba’ah Al-Attas (Al-Attas Press) yang pejabatnya terletak di Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini bergiat di Johor pada kira-kira tahun 1927.
Waktu Membaca Ratib Al-Attas
Disebutkan di dalam kitab Al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh kami, khususnya tradisi dari Al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib Al-Attas adalah setelah shalat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan. Adapun di bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum shalat Isya’. Tetapi bagi yang gemar berdzikir banyak yang membaca ratib Al-Attas ini di waktu pagi dan di waktu sore, sebab diantara kalimat-kalimat yang didzikirkan ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti tertera di dalam hadits-hadits Nabi SAW.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Attas di dalam kitab Al-Qirtas bahwa Habib Umar suka membaca ratibnya secara rahasia tanpa suara, sebab beliau menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Al A’raf: 205)
Dan firman Allah:
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 19)
Jika ratib Al-Attas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan, sesuai dengan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam solatmu dan janganlah pula selalu merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. (Al-Isra’: 110)
Ratib Habib Umar
Ratib Habib Umar yang diberi nama Azizul Manal Wa Fathu Bab Al-Wisol seperti dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Attas di dalam kitab Al-Qirtas bagian kedua juz pertama: “Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam lewat Habib Umar.”
Peninggalan beliau yang paling mahal hanyalah ratib yang beliau tinggalkan bagi umat ini. Ratib Habib Umar merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang membacanya setiap waktu, terutama bagi yang sedang menghadapi kesulitan. Al-Habib Isa bin Muhammad Al-Habsyi mengatakan bahwa Habib Umar banyak sekali menyebutkan akan keutamaan-keutamaan ratib ini.
Pernah disebutkan bahwa ketika ada sekelompok orang datang kepada Habib Umar mengeluh kesulitan pencarian dan lamanya musim kemarau yang menimpa kepada mereka selama beberapa waktu. Mereka diperintah membaca ratib beliau dan dzikir tauhid. Setelah mereka mengerjakannya, maka dengan berkat bacaan itu, Allah memberi keluasan hidup bagi mereka.
Baca: Khasiat Hebat Wirid Ratib Al Haddad
Menurut Syeikh Ali Baras, jika Ratib Habib Umar dibacakan bagi penduduk suatu desa atau bagi suatu keluarga, maka desa itu atau keluarga itu akan dipelihara oleh Allah dengan peliharaan yang amat ketat. Selanjutnya Syeikh Ali berkata: “Pernah aku diceritai oleh sebagian orang bahwa ketika mereka takut menghadapi rampok yang akan menjarah rumah mereka, maka mereka membaca Ratib Habib Umar sehingga rumah mereka tidak sampai dijarah oleh kaum perampok itu meskipun jumlah mereka sebanyak 15 orang”.
Semoga ulasan ini menjadi pencerahan bagi kita semua dan diberikan hidayah oleh Allah SWT. [dutaislam.or.id/ka]
Dutaislam.or.id - Makna dzikir secara sederhana adalah mengingat Allah. Dzikir merupakan anjuran yang sangat ditekankan oleh Rasulullah untuk setiap umat Muslim. Dalam literatur pesantren, dzikir dibahas panjang lebar mulai dari praktik, penjelasan, keutamaan, tingkatan dzikir dan lain lain.
Ada beberapa macam ratib, sebagaimana tercantum di bawah ini.
1. Ratib Alaydrus al-Akbar dirangkai oleh Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus dari berbagai ayat Al-Qur’an dan kalimat-kalimat dzikir yang muktabar dari Rasulullah SAW. Bertujuan untuk memohon penguatan tauhid dan keimanan pembacanya serta untuk kemurahan rezeki.
2. Ratib Alaydrus Al-‘Adni yang disusun oleh putra Habib Abdullah Alaydrus, yakni Habib Abu Bakar Al-‘Adni Alaydrus sebagai permohonan datangnya hujan. Asbabul wurud ratib kedua ini adalah kemarau panjang yang melanda Yaman Selatan.
3. Ratib Al-Aththas muncul di era maraknya praktik sihir dan perdukunan, sehingga komposisinya pun lebih ke arah perlindungan diri dari godaan setan, jin, dan sebangsanya, yang dikirim oleh para dukun.
4. Ratib Al-Haddad muncul pada saat daerah shahibur ratib, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, tengah dilanda banyak kerusuhan, perampokan, dan peperangan. Karena itu Habib Abdullah Al-Haddad menyusun sebuah rangkaian doa mohon keselamatan yang kini dikenal dengan Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad memang lebih dulu dibawa ke Indonesia, karena saat itu timing-nya tepat, yakni masa penjajahan. Di mana-mana terjadi kerusuhan, pembakaran, bahkan pembunuhan.
Baca: 10 Wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani Guna Memperbaiki Diri
Telah diuraikan oleh Al-Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Attas bahawasanya perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan disini berasal dari perkataan (rattaba) berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sembahyang sunnah Rawatib adalah antara sembahyang-sembahyang sunnah yang diamalkan pada waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi SAW. Ratib al-Attas mengandungi dzikir, ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa yang telah sedia tersusun oleh Al-Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Attas yang juga dibaca pada waktu-waktu yang tertentu.
Istilah Ratib digunakan kebanyakannya di negara Hadhramaut dalam menyebut dzikir-dzikir yang biasanya pendek dengan bilangan kiraan dzikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Keutamaan Ratib
Berkata sebilangan Ulama ahli salaf, antara keutamaan ratib ini bagi mereka yang tetap mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat husnul khatimah, menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam perlindungan Allah SWT.
Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat yang kosong dengan berwudhu, mengadap kiblat dan berniat apa kehendaknya, insya-Allah dimustajabkan Allah SWT. Para salaf berkata ia amat mujarrab dalam menyampaikan segala permintaan jika dibacanya sebanyak 41 kali.
Antara kelebihan ratib ini adalah, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah jirannya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandungi rahasia-rahasia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.”
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat Al-Quran dan amalan Nabi Muhammad SAW.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein Al-Attas berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular niscaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat dari segala yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia selamat.”
Pernah datang satu kumpulan mengadu akan hal mereka yang dikelilingi musuh. Al-Habib Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin insya-Allah mereka akan selamat.
Ada sebuah kampung yang cukup yakin dengan Habib Umar Al-Attas dan tidak tinggal dalam membaca ratibnya. Kecil, besar, tua dan muda setiap malam mereka membaca ratib beramai-ramai dengan suara yang kuat. Kebetulan kampung itu mempunyai musuh yang hendak menyerang mereka. Kumpulan musuh ini menghantar seorang pengintip untuk mencari rahasia tempat mereka supaya dapat diserang. Kebetulan pada waktu si pengintip datang dengan sembunyi-sembunyi mereka sedang membaca ratib dan sampai kepada dzikir
Mendengar tiada takut baginya, dan diulangi sampai tiga kali, si pengintip terus menjadi takut dan kembali lalu menceritakan kepada orang-orangnya apa yang dia dengar dan mereka tidak jadi menyerang. Maka selamatlah kampung itu.
Macam Macam Ratib
Sejarah Ratib
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura adalah sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang oleh Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein Al-Attas. Tarikh selesai karangan ini adalah pada pagi Jumat 20hb Jumadil Awal 1342 (20hb Desember 1923). Ia diterbitkan dengan perbelanjaan C.H Kizar Muhammad Ain Company pengedar kain pelekat cap kerusi yang beribu pejabat di Madras, India dan dicetak oleh Qalam Singapura.
Pada tahun 1939, Al-Habib Muhammad bin Salim Al-Attas telah menerbitkan sebuah kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah Al-Huda di Pulau Pinang. Kitab ini mengandungi wirid-wirid datuk beliau Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas tetapi terdapat juga ratib Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas di dalamnya.
Mengikut Al-Habib Muhammad bin Salem Al-Attas, Al-Habib Hasan bin Ahmad Al-Attas pada suatu masa dahulu telah mencetak Ratib Al-Attas menerusi percetakannya Mutaaba’ah Al-Attas (Al-Attas Press) yang pejabatnya terletak di Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini bergiat di Johor pada kira-kira tahun 1927.
Waktu Membaca Ratib Al-Attas
Disebutkan di dalam kitab Al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh kami, khususnya tradisi dari Al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib Al-Attas adalah setelah shalat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan. Adapun di bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum shalat Isya’. Tetapi bagi yang gemar berdzikir banyak yang membaca ratib Al-Attas ini di waktu pagi dan di waktu sore, sebab diantara kalimat-kalimat yang didzikirkan ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti tertera di dalam hadits-hadits Nabi SAW.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Attas di dalam kitab Al-Qirtas bahwa Habib Umar suka membaca ratibnya secara rahasia tanpa suara, sebab beliau menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Al A’raf: 205)
Dan firman Allah:
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 19)
Jika ratib Al-Attas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan, sesuai dengan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam solatmu dan janganlah pula selalu merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. (Al-Isra’: 110)
Ratib Habib Umar
Ratib Habib Umar yang diberi nama Azizul Manal Wa Fathu Bab Al-Wisol seperti dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Attas di dalam kitab Al-Qirtas bagian kedua juz pertama: “Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam lewat Habib Umar.”
Peninggalan beliau yang paling mahal hanyalah ratib yang beliau tinggalkan bagi umat ini. Ratib Habib Umar merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang membacanya setiap waktu, terutama bagi yang sedang menghadapi kesulitan. Al-Habib Isa bin Muhammad Al-Habsyi mengatakan bahwa Habib Umar banyak sekali menyebutkan akan keutamaan-keutamaan ratib ini.
Pernah disebutkan bahwa ketika ada sekelompok orang datang kepada Habib Umar mengeluh kesulitan pencarian dan lamanya musim kemarau yang menimpa kepada mereka selama beberapa waktu. Mereka diperintah membaca ratib beliau dan dzikir tauhid. Setelah mereka mengerjakannya, maka dengan berkat bacaan itu, Allah memberi keluasan hidup bagi mereka.
Baca: Khasiat Hebat Wirid Ratib Al Haddad
Menurut Syeikh Ali Baras, jika Ratib Habib Umar dibacakan bagi penduduk suatu desa atau bagi suatu keluarga, maka desa itu atau keluarga itu akan dipelihara oleh Allah dengan peliharaan yang amat ketat. Selanjutnya Syeikh Ali berkata: “Pernah aku diceritai oleh sebagian orang bahwa ketika mereka takut menghadapi rampok yang akan menjarah rumah mereka, maka mereka membaca Ratib Habib Umar sehingga rumah mereka tidak sampai dijarah oleh kaum perampok itu meskipun jumlah mereka sebanyak 15 orang”.
Semoga ulasan ini menjadi pencerahan bagi kita semua dan diberikan hidayah oleh Allah SWT. [dutaislam.or.id/ka]