Iklan

Iklan

,

Iklan

13 Reaksi "Rekayasa Pembubaran Banser": Dari Wartawan Papua hingga Politisi

Duta Islam #03
26 Agu 2019, 14:10 WIB Ter-Updated 2024-08-20T05:16:00Z
Download Ngaji Gus Baha
Anggota DPD Papua terpilih Yorris Raweyai dan Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas. Foto: Istimewa.

Dutaislam.or.id - Pasca kerusuhan di sejumlah daerah di Papau, publik tiba-tiba dihebohkan adanya tuntutan pembubaran Banser. Tuntutan yang disebut-sebut berasal dari masyarakat Papua tersebut dibawa Anggota DPD Papua terpilih Yorris Raweyai dari Papua.

Sejumlah pihak menilai tuntutan tersebut aneh dan tiba-tiba. Pasalnya, Banser tidak pernah terlibat konfik dengan masyarakat Papua. Ada yang menghubungkan tuntutan pembubaran Banser tersebut dengan insiden pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya.

Namun, sebagaimana telah diketahui, pengepungan Asrama Papua di Surabaya dilakukan Front Pembela Islam (FPI) dan Pemuda Pancasila serta warga yang dikordinatori Tri Susanti, Caleg Gerindra, pengurus Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI/Polri (FKPPI) Surabaya. Tidak ada keterlibatan Ansor dan Banser Surabaya. Ansor Surabaya telah mengklarifikasi bahwa Banser tidak terlibat dalam insiden yang dibumbui ungkapan rasis tersebut.

Diduga kuat ada sekenario bensar di balik kerusuhan yang terjadi. Utusan Mabes Polri yang diterjunkan ke Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengungkap aktor kerusuhan di berbagai daerah di Papua dan Papua Barat tersebut diduga merupakan kelompok dan organisasi penentang pemerintah. Sementara itu Banser adalah bagian dari organ NU yang secara politik mendukung pemerintah dengan terpilihnya Kiai Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden.

Rekam jejak Banser di Papua tidak pernah terlibat konflik dengan masyarakat. Masyarakat Papua tidak pernah menolak Banser. Masyarakat Papua justru pernah menolak FPI dan HTI karena dinilai berpotensi memecah belah. Pernyataan tersebut pernah diungkapkan langsung oleh Gubernur Papua Lukas Enembe sebagaimana dilanisir dari Papua.go.id.

Dengan kenyataan tersebut, adanya tuntutan pembubaran Banser yang dibawa Yorris menjadi aneh dan tidak beralasan. Tuntutan tersebut semakin memperkuat adanya rekayasa sekelompok orang yang merasa tercancam dengan keberadaan Banser.

Tidak heran jika mencuatnya tuntutan pembubaran Banser mendapat reaksi keras, baik dari orang-orang NU sendiri maupun dari luar NU. Berikut ini sejumlah reaksi atas tuntutan pembubaran Banser yang dihimpun Redaksi Dutaislam.or.id dari berbagai sumber.

1. Eko Kuntadhi (Pegiar Media Sosial yang Ikut terjun ke Papua)

Menurut Eko, tuntutan pembubaran Banser agak aneh.

"Banser atau Ansor adalah organisasi di bawah naungan NU yang paling keras meneriakkan NKRI. Kiprahnya dalam menjaga NKRI, menjadikan Banser target nomor satu yang dimusuhi HTI. Nah, ketika dalam salah satu butir tuntutan Papua malah memasukkan tuntutan pembubaran Banser, kita akhirnya tahu, siapa saja yang mengail dalam kisruh Papua," kata Eko dalam tulisan berjudul 'Tuntutan Pembubaran Banser Bukti Nyata Ada HTI di Papua' di Tagar.id.

"Semuanya terang benderang. Hanya HTI dan gerombolan yang ingin Indonesia cerai berai yang tidak suka pada Banser. Hanya orang yang ingin Indonesia bubar yang meminta pemerintah membubarkan Banser. Jejak Banser sebagai organisasi penjaga NKRI sudah tercatat sejak zaman kemerdekaan. Tuntutan pembubarannya hanya cara licik menunggangi kasus Papua untuk menghancurkan pertahanan NKRI."

2. Yaqut Cholil Qoumas (Ketum GP Ansor)

Gus Yaqut mengakut tahu aktor dibalik tuntutan pembubaras Banser.

"Kami tahu siapa yang sedang bermain. Pernyataan pembubaran Banser itu tidak mewakili perasaan masyarakat Sorong pada umumnya," kata Gus Yaqut, Ahad (25/08/2019), dikutip dari Tempo.co.

3. Chanry Suripati (Wartawan Republika Papua)

Wartawan Republika di Papua Chanry Suripati mengakui bahwa tuntutan tersebut tidak benar.

“Info itu (dari Yorris) tidak betul. Hanya beberapa oknum warga saja yang diduga sengaja menghembuskan hal tersebut,” ujar Chanry dikutip dari berita Republika berjudul "MUI Papua Barat Terkejut Ada Tuntutan Pembubaran Banser" tayang 26 Agustus 2019.

4. Ahmad Nasrau (Ketua MUI Papua Barat)

Ahmad Nasrau mengaku terkejut adanya tuntutan tersebut karena selama ini di Papua dan Papua Barat tak pernah ada konflik antara Banser dengan warga Papua.

“Kami di sini sangat menjunjung prinsip ‘Satu Tungku Tiga Batu’. Kerukunan antarumat beragama sangat kami jaga. Tidak pernah ada gejolak seperti itu di Papua. Jadi ini tuntutan sangat tiba-tiba,” kata Ahmad dikutip dari Republika.co.id.


5. Abdusalam (Ketua PC Ansor Kabupaten Sorong)

"(Tuntutan pembubaran Banser, Red) sangat kontraproduktif dengan fakta yang ada, dimana, eksistensi banser di Papua Barat sangat konsisten dalam menjaga keberagaman dan kebhinnekaan dalam bingkai NKRI," kata Salam, Ahad (25/08/2019).

6. KH. Ahmad Sutedjo (Rois Syuriah NU Kabupaten Sorong)

Kiai Sutedjo hadir dalam pertemuan yang membahas tentang tuntutan masyarakat Papua di Swis Bell. Pertemuan juga diikuti Wiranto dan Anggota DPD Yorrys Th Raweyai.

"Pertemuan yang membahas tuntutan masyarakat Papua tersebut tidak ada yang menyinggung Banser. Bahkan, anggota DPD, Yorrys Th Raweyai juga tidak menyinggung Banser."

"Kebetulan saya ikut pertemuan dengan Pak Wiranto kemarin di Swiss Bell. Tuntutan masyarakat bukan seperti itu. (Tuntutan pembubaran Banser, Red) ini ditambah-tambah saja. Kalau nggak salah tuntutannya Pertama, Jokowi harus datang. Kedua, otonomi diperpanjang. Ketiga, adili oknum rasisme. Keempat, Papua Barat Daya supaya direalisasi, Kelima, jaga anak Papua yang kuliah di luar Papua." ujar Kiai Tedjo di Grup Whatsapp PC NU Kabupaten Sorong.

7. Imam Zanatul Heri (Tim penulis Naskah GBIM JM (Garis Besar Isi Media Jabaran Materi), Guru Sejarah di Hello Motion High School, Ciputat Tangerang Selatan).

Menurut Heri tuntutan pembubaran Banser tak dapat dipungkiri sengaja didesain.

"Tuntutan ini sangat tak biasa karena enam tuntutan lainnya diarahkan kepada pemerintah, sedangkan pada poin ganjil ini, tuntutan diarahkan pada pihak ketiga. Jelas, tuntutan ini by design dan dipesan oleh pihak yang sudah sangat memaksa," kata heri dalam tulisan berjudul "Tuntutan Pembubaran Banser: Siasat Jalanan Orde Baru", tayang di Islami.co 26 Agustus 2019.

"Tapi, saya menduga Banser memang menjadi ancaman seluruh elemen watak ormas Jalanan Orde Baru karena wataknya tidak sanggup dijangkau ‘centeng moralis’ dan ormas ‘jatah preman’."

8. Denny Siregar (Pegiat Media Sosial)

Denny merasa lucu dengan tuntutan tersebut. Denny malah menduga bahwa tuntutan tersebut adalah titipan pihak tertentu.

"Lucu aja kok ada tuntutan pembubaran Banser segala. Itu tuntutan apa titipan?," kata Denny di akun Facebooknya Ahad (25/08/2019).

9. Jumain Acang (Ketua GP Ansor Sorong)

Menurut Acang, tuntutan itu membuat Banser sorong kaget.

"Ada pihak-pihak yang bermain atau kepentingan tertentu. Ada yang mencari kesempatan dibalik semua ini. Jadi saya minta tegas kepada pihak kepolisian menindak pihak-pihak yang meminta Banser dibubarkan. Ada apa dengan hal ini. Semua tahu, bahwa masyarakat Papua juga tahu, bagaimana kecintaan Papua terhadap Gus Dur, terhadp NU dan  itu sudah termaktub semuanya," kata Acang dikutip dari Detik.com.

10. Seword.com (Menganalisa Keanehan Surat Tuntutan Pembubaran Banser)

Seword.com menganalisa lembar poin tuntutan yang beredar di media sosial. Seword memaparkan bahwa dalam surat tersebut terdapt sejumlah  keanehan.

Pertama, ada kesalahan pada penulisan nama kota MALANG, ditulis menjadi "MALANNG", memang bukan kesalahan yang terlalu fatal, namun sebagai penulis yang setelah menulis selalu memeriksa ulang barangkali ada typo atau ejaan yang salah, penulis jadi merasa ini seperti kejar setoran.

Selain pada kata Malang, beberapa kesalahan penulisan terdapat juga pada poin 5 dimana kata MILITER ditulis menjadi "MELITER", lalu pada poin 7 kata SEGERA ditulis menjadi "SEGRA", STATEMEN ditulis menjadi "STAGMEN", lalu pada poin 8 kata RIGHT ditulis menjadi "RIGNT".

Kedua, surat pembubaran tersebut tidak ada yang menandatangani dan tidak mencantumkan penanggung jawab, sehingga tidak jelas itu benar-benar dari rakyat Sorong atau oknum yang membenci Banser. Ini penting karena siapa saja bisa mengetik surat seperti itu, lalu menyebarkannya di grup-grup whatsapp dan facebook.

"Dan terakhir, katanya 7 poin, tapi ini kok 9 poin, ada yang bisa menjelaskan?" tulis Seword dalam tulisan berjudul "Keanehan Pada Tuntutan Pembubaran Banser, Benarkah Banser Diminta Bubar?", tayang 26 Agustus 2019.

11. Permadi Arya (Pegiat Media Sosial)

Permadi menilai tuntutan pembubaran Banser hanyalah hoax yang disebarkan oleh kaum khalifah di Papua yang bekerjasama dengan OPM. Ungkapannya berlandaskan bantahan dari anggota DPD terpilih Yorrys Raweyai terkait dengan selebaran tuntutan pembubaran Banser.

"FPI yang geruduk Asrama Papua di Surabaya, FPI yang rasis, kok Banser yang diminta dibubarin?" kata Permadi di Twitter, Senin (26/08/2019).

12. Dedek Prayudi atau Uki (Politisi PSI)

Uki mensinyalir otak dibalik tuntutan pembubaran banser adalah HTI dan FPI. Hal ini disampaikan Uki melalui sebuah dialog (imajinatif) bersama Om George di Twitter.

Om George: Uki, itu siapa yang ngespam suruh-suruh bubarkan Banser?

Uki: Oh, itu paling pendukung HTI dan FPI, Om George.

Om George: Mereka punya izin?

Uki: Nggak, Om. Yang satu terlarang, yang satu liar.

13. NU Garis Lucu

NU Garis lucu menjadikan tututan pembubaran banser sebagai sindiran kepada HTI.

"Di dunia maya #BubarkanBanser di dunia nyata justru HTI yang bubar," tulis NU GL di Twitter.
[dutaislam.or.id/pin]

Iklan