Penjelasan dalil puasa sunnah tarwiyah (sumber: istimewa) |
Dutaislam.or.id - Bulan Dzulhijjah adalah hari bahagia umat Islam, karena pada hari itu mereka mengenang kisah Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail. Kenenagan itu dipraktekkan dengan menyembelih hewan qurban ang dibagikan kapada fakir dan miskin agar dapat merasakan makan daging.
Sebagai bentuk memuliakan bulan Dzulhijjah, umat Islam selain menyembelih hewan qurban, mereka juga melakukan ibadah puasa pada hari kesembilan dan hari kedelapan.
Baca: Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Pada bulan Dzulhijjah umat Islam selain berpuasa disunahkan untuk berpuasa pada hari ke sembilan dan kedelapan. Puasa ini merupakan bentuk umat Islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Puasa hari kesembilan dinamakan puasa Arafah, sedangkan puasa hari kedelapan disebut puasa Tarwiyah. Ulama salaf sering melakukan kedua puasa ini menjelang hari raya Idul Adha.
Ulama fikih berpendapat bahwa puasa hari kedelapan bulan Dzulhijjah atau puasa Tarwiyah termasuk ke dalam amalan sunnah atau sebagai fadhilah. Para ulama berlandaskan dua alasan dasar terkait kesunahan puasa Tarwiyah.
Landasan pertama adalah puasa Tarwiyah merupakan upaya meraoh fadhilah puasa Arafah yang sangat besar. Sehingga dalam hal ini, pengarang kitab Fathul Mu'in, Syekh Zainuddin Al-Malibari menyatakan bahwa hukum puasa Tarwiyah adalah sunnah muakkadah.
Landasan kedua adalah hadis nabi tentang keutamaan sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Di dalam hadis tersebut dijelaskan, sepuluh hari bulan Dzulhijjah di sisi Allah SWT mempunyai keistikewaan dan keutamaan yang besar dan hari Arafah serta hari Tarwiyah termasuk di dalamnya. Oleh karena itu, berpuasa di kedua har itu sarat dengan keutamaan.
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِـحُ فِيْهَا أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ- يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْـجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْـجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلاً خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَـمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid).” (HR Bukhari)
Baca: Syarat dan Ketentuan Hewan Qurban
Di dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW tidak membatasi amalan ibadah yang harus dilakukan pada hari itu. Artinya, apapun amal kebaikan yang dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, akan mendapat keutamaan yang dijanjikan dalam hadits tersebut. Hal ini menjadi dasar ulama fikih berpendapat kesunahan berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Sedangkan pada hari kesepuluh bulan Dzulhijjah, umat Islam disunahkan tidak makan atau minum hingga selesai pelaksanaan shalat ied saja. Selepas shalat, umat Islam justru disunahkan untuk memakan hewan sesembelihan hewan qurban. [dutaislam.or.id/in]