Iklan

Iklan

,

Iklan

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 3, Kriteria Orang Bertakwa

Duta Islam #04
21 Agu 2019, 11:49 WIB Ter-Updated 2024-08-07T18:05:15Z
Download Ngaji Gus Baha
Penjelasan kandungan Surat al-Baqarah ayat 3 (sumber:istimewa)
Surat al-baqarah ayat 3 berkaitan dengan kriterian orang bertakwa. Di dalam Surat al-Baqarah ayat 3 disebutkan bahwa iman kepda hal yang, giat menjalankan shalat, berzakat dan bersedekah merupakan petanda ketakwaan seorang mukmin.

Dutaislam.or.id - Surat al-Baqarah ayat 3 menyebutkan kriteria orang bertakwa pertama kali adalah mengimani sesuatu yang ghaib. Termasuk dari iman kepada hal ghaib yaitu iman kepada malaikat, hari akhir dan lain-lain.

Keimanan terhadap sesuatu yang ghaib butuh kepasrahan hati yang besar. Sebab, manusia secara naluri lebih mudah mempercayai hal-hal yang tampak. Oleh karena itu, iman kepada yang ghaib merupakan pondasi sekaligus menjadi spirit utama seorang mukmin dalam menjalankan ibadah yang bersifat lahiriyah.

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

"Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka (QS. al-Baqarah: 3)

Baca: Tafsir Surat AL-Baqarah Ayat 85, Perilaku Yahudi Madinah

Dari penjelasan Surat al-Baqarah ayat 3 dapat disimpulkan, bahwa al-Quran membagi alam kehidupan ini menjadi dua dimensi. Pertama, dimensi alam ghaib. Yang ghaib adalah sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera.

Menyikapi pembagian dua dimensi ini, sebagaian orang tidak mempercayai adanya hal yang ghaib. Karena baginya, tolak ukur dalam menilai sesuatu bersifat materi. Mereka akhirnya hanya menerima dan mengakui peristiwa-persitiwa yang dapat diterka oleh panca indera. Padahal, kemampuan panca indera sangat terbatas.

Ketika ada sebagian orang yang berkeinginan untuk melihat hal yang Allah SWT dengan mata mereka, tentunya ini merupakan hal yang mustahil. Sebab, Allah SWT bukanlah materi yang dapat diterka oleh indera manusia.

Manusia menyakini keberadaan Allah SWT dan hal ghaib lainnya berlandaskan keimanan yang ada di dalam hati setiap manusia. Keimanan yang terpatri di dalam sanubari manusia ini akan memancarkan energi positif dalam bentuk perbuatan-perbuatan baik.
Oleh karena itu, kriteria orang yang bertakwa selanjutnya adalah istiqamah menjalankan shalat dan bersedekah. Kedua amal lahiriyah ini merupakan ilmplikasi atas keimanan kepada yang ghaib.

Imam Katsir mengutup riwayat Imam Dhahak dari Imam Ibnu Abbas, bahwa maksud melaksanakan shalat adalah mengerjakannya dengan sempurna rukun- rukunnya serta penuh kekhusyuan. Sedangkan Imam Qatadah menyatakan, makna yuqiimuunash shalata itu melaksanakan shalat tepat pada waktunya.

وَقَالَ الضَّحَّاكُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: إِقَامَةُ الصَّلَاةِ إِتْمَامُ الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالتِّلَاوَةِ وَالْخُشُوعِ والإقبال عليها فيها. وَقَالَ قَتَادَةُ إِقَامَةُ الصَّلَاةِ الْمُحَافَظَةُ عَلَى مَوَاقِيتِهَا وَوُضُوئِهَا وَرُكُوعِهَا وَسُجُودِهَا

"Imam Dhahak berkata dari sahabat Ibnu Abbas: Mengerjakan shalat berarti menyempurnakan ruku', sujud, tilawah al-Quran, khusu' dalam menjalaninya. Dan Imam Qatadah berkata, mengerjakan shalat berarti menjaga shalat tepat waktu, wudhu, ruku' dan sujudnya (Ibnu Katsir, hal. 78).

Baca: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 59

Sementara Imam Muqatil bin Hayyan mengatakan, yuqiimuunash shalaata bermakna istiqamah mengerjakan shalat pada waktunya dan menyempurnakan wudhu serta gerakan-gerakan di dalam shalat. Mulai dari takbir, ruku', sujud hingga membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.

Sebagaimana dipaparka di atas, shalat menjadi representasi dari keimanan seseorang. Shalat merupakan bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya. Kemudian, sedekah menjadi bagian dari bentuk hubungan dengan manusia.

Dengan demikian, akan tercipta keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan dan Manusia . Sehingga, orang yang berkeimanan tingga kepribadiannya senantiasa membawa ketenangan dan kedamaian bagi orang lain. [dutaislam.or.id/in]

Iklan