Penjelasan kandungan Surat al-Hujurat ayat 10 (sumber: istimewa) |
Dutaislam.or.id - Surat al-Hujurat ayat 10 menegaskan kepada umat Islam agar tidak saling bertikai. Akan tetapi, mereka harus saling menguatkan satu sama lain.
Jika terjadi perselisihan antara orang muslim dengan muslim lainnya, maka hendaknya kedua orang yang bertikai didamaikan. Karena, sebagaimana pesan yang terkandung di dalam Surat al-Hujurat ayat 10, Allah SWT memerintahkan untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai.
Meskipun tidak ada hubungan darah atau kerabat, sesama umat Islam adalah saudara. Ikatan persaudaaraan sesama muslim didasarkan atas persamaan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Baca: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 70, Pentingnya Berkata Jujur
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat" (QS. al-Hujurat: 10)
Surat al-Hujurat ayat 10 ini menekankan agar sesama umat Islam selalu bahu membahu dalam memupuk persatuan. Satu sama lain hendaklanya tidak menindas atau mendzalimi yang lainnya. Hal itu sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
"Orang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, ia tidak boleh berbuat aniaya terhadapnya dan tidak boleh pula menjerumuskannya" (HR. Imam Bukhori).
Hadis di atas secara jelas menyatakan bahwa larangan bagi setiap muslim untuk mendzalimi dan menjerumuskan saudaranya kepada keburukan. Hal itu karena orang-orang Islam adalah saudara seagama dan seiman.
Oleh karena itu, agama mendorng umat Islam agar saling mencintai satu sama lain sebagai ia mencintai kepada dirinya sendiri. Begitupula, membenci apa yang dibenci saudaranya.
Potret persaudaraan sesama muslim tersebut pernah dicontohkan oleh sahabat-sahabat nabi. Dua sahabat itu adalah kaum Muhajiri dan kaum Anshor. Kedua sahabat nabi ini saling mengasihi dan saling membantu.
Diceritakan, ketika sahabat Muhajirin pertama kali tiba di Madinah, mereka tidak membawa harta benda sama sekali. Semua kekayaannya ditinggalkan di Makkah. Mereka tinggalkan rumah, ternak, kebun dan lain-lain di Makkah.
Mereka hanya membawa harta secukupnya untuk bekal di perjalanan menuju ke Madinah. Setibanya di Madinah, mereka tidak mempunyai tempat tinggal untuk berteduh dan bekal untuk bertahan hidup di Madinah.
Baca:Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 3, Kriteria Orang Bertakwa
Sahabat Anshor sebagai penduduk asli Madinah, mereka rela berbagi harta bendanya kepada sahabat Muhajirin. Sahabat Anshor yang memiliki dua rumah, maka yang satunya diberikan kepada sahabat Muhajirin.
Bukan hanya harta benda yang diberikan, jika Nabi Muhammad SAW mengizinkan, sahabat Anshor bahkan rela membagi istrinya kepada kepada sahabat Muhajirin. Namun, beliau melarang mereka mambagi istrinya.
Potret hubungan kaum Mujajirin dan kaum Anshor ini seharusnya dijadikan teladan umat Islam untuk saling mengasihi dan menyanyangi. Sikap saling menyanyangi akan mendorong pada kesatuan dan persatuan, kedamaian dan perdamaian antar sesama muslim, bahkan sesama umat manusia. [dutaislam.or.id/in]