Penjelasan kandungan Surat al-Hujurat ayat 6 (sumber: istimewa) |
Dutaislam.or.id - Surat al-Hujurat ayat 6 menegaskan kepada umat Islam agar senantiasa memfilter segala sesuatu. Terlebih lagi informasi yang belum jelas rimbannya. Sebab, sangat penting untuk menilai suatu informasi apapun dengan teliti dan berimbang.
Allah SWT di dalam Surat a-Hujurat ayat 6 mengajarkan kepada umat Islam agar bersikap kritis terhadap datangnya sebuah i formasi. Sikap kritis itu merupakan senjata utama agar umat Islam tidak mudah terjebak dalam tipu daya atau hoaks.
Di era banjir informasi ini, sikap kritis dan skeptis dalam memilih serta memilah informasi adalah suatu keharusan. Karena, hari ini informasi begitu melimpah ruah bak tsunami. Sehingga, terkadang sulit membedakan mana informasi yang benar dan informasi yang hoaks.
Kesulitan mendeteksi informasi menjadi problematika sosial yang berkelindan di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Jika umat Islam tidak berhati-hati dalam menerima informasi yang datang silih berganti dengan cepat.
Tingkat kemunculan informasi palsu atau hoaks di era digital semakin tak terbendung. Sebab, fenomena hoaks berkembang seiring dengan perkembangan media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp dan lain-lain.
Hoaks dalam Bahasa Indonesia adalah kata serapan yang bermakna berita bohong. Hoaks bisa diartikan sebagai upaya memperdaya banyak orang dengan sebuah berita bohong untuk memperdaya beberapa/ sekumpulan orang dengan membuat mereka percaya pada sesuatu berita yang telah dipalsukan.
Oleh karena itu, Surat al-Hujurat ayat 6 mengingatkan kepada umat Islam agar tidak mudah menerima suatu informasi. Di dalam Surat al-Hujurat ayat 6 ditegaskan, orang yang tidak memfilter informasi akan terjebak pada kesesatan dan kebodohan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (QS. al-Hujurat ayat 6).
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Surat al-Hujurat ayat 6 ini berkaitan dengan perintah Allah SWT untuk teliti dalam menerima informasi atau kabar dari orang fasik. Kerika ada kabar dari orang fasik, hendaknya berhati-hati.
Dalam hal ini, umat Islam diperintahkan agar tidak begitu saja menerima kabarnya, akan tetapi harus dibarengi dengan sikap skeptis dan kritis terhadap informasi yang ada. Sikap muslim yang demikian akan menjaga dirinya dari tergelincir pada kerusakan.
Berangkat dari besarnya akibat yang ditimbulkan karena mencerna informasi secara mentah-mentah, sebagian ulama melarang menerima kabar atau riwayat dari orang yang tidak diketahui profilnya. Meskipun, ulama lain tetap menerima kabar dari orang tersebut dengan syarat dapat dipastikan kebenaran informasinya.
Perbedaan pandangan ulama di atas berlandaskan pada sikap kehati-hatian dalam menerima kabar atau informasi. Sebab, jika mencerna informasi yang salah, dapat menimbulkan pada salah persepsi dan bahkan bisa berujung pada perpecahan.
Di samping itu, Rasulullah SAW memperingatkan kalau sikap terburu-buru itu berasal dari syaithan.
التَّبيُّن مِنَ اللَّهِ، والعَجَلَة مِنَ الشَّيْطَانِ
"Sikap hati-hati itu berasal dari Allah, sedangkan terburu-buru berasal dari syaithan" (Tafsir Ibnu Katsir, hal. 516).
Berhati-hati dalam menerima atau menyampaiakn berita merupakan sikap yang sejalan dengan tuntunan agama Islam. Secara tidak langsung, Islam memberikan tuntunan kepada umat Islam agar menyampaikan berita yang benar, bukan bohong [dutaislam.or.id/in]