Hadist mimpi melihat nabi. Foto: istimewa |
Dutaislam.or.id - Awliya’ (para Kekasih Allah) adalah bagaikan bayangan, tidak memiliki aspek fisik, artinya mereka berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Begitu tajalli (manifestasi Nama Allah) bergerak, mereka pun bergerak, mereka tidak bersikeras untuk tinggal.
Nabi SAW tidak memiliki bayangan mengapa? Karena beliau tidak memiliki jisim atau badan jasmani, beliau menjadi lembut dan halus. Beliaulah satu-satunya yang seperti ini dan tak seorangpun yang lain memiliki karakteristik ini. Baik sahabat Nabi yang senior atau sahabat beliau yang termuda, wali besar atau wali kecil, semua tidak memiliki karakteristik ini, hanya Nabi SAW yang memiliki karakteristik ini karena Allah SWT telah menciptakan beliau dari cahaya.
Dalam suatu hadits, Nabi SAW bersabda kepada Jabir ibn ‘Abdillah, ‘Hal pertama yang Allah ciptakan adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir.’ Ketika Allah menginginkan cahaya Nabi SAW untuk muncul ke dunia ini, cahaya itu muncul melalui Sayyidah Aminah RA. Nabi SAW mampu membedakan antara aspek spiritualitas (ruhaniah) dengan jasmaniah. Beliaulah satu-satunya.
Baca: Melihat Nabi dari 20 Ciri Fisik yang Digambarkan Sayyidina Ali
Semoga Allah SWT mengajarkan kepada kita adab terhadap satu sama lain, adab dengan awliya, serta menjadikan kita berada di hadirat Nabi SAW baik di dunia maupun di akhirat.
Karena Nabi SAW telah bersabda, (Man ra’aanii fi ‘l-manaam fa qad ra’aanii haqqa) "Barangsiapa melihatku dalam mimpinya, sungguh ia telah benar-benar melihatku." Dan adapula hadits lain di mana beliau SAW bersabda, (Man ra’aanii fa sayaraanii) "Barangsiapa melihatku (dalam mimpi) maka ia akan melihatku."
Barang siapa melihat Nabi SAW dalam suatu mimpi akan melihat beliau di akhirat karena Allah mengaruniakan tajalli tersebut bagi Nabi SAW. Bahkan, beberapa ulama’ menafsirkannya lebih jauh lagi.
Imam Suyuthi rahimahullah berkata, ‘Apa untungnya Nabi SAW mengatakan siapa yang melihatku akan melihatku di akhirat? Karena setiap orang tentu akan melihat Nabi SAW di akhirat, bahkan non-Muslim. Jadi makna hadits itu adalah barangsiapa melihatku dalam suatu mimpi akan melihatku benar-benar sebelum ia mati, dalam keadaan terjaga.’
Itulah penjelasan Imam Suyuthi dalam Manaqib al-Nabi SAW. Bahwa orang itu akan melihat Nabi sebelum di akhirat nanti, di dunia ini juga. Mungkin orang itu akan melihat beliau di suatu hari kapan saja, dan jika hamba Allah tersebut belum siap melihat beliau kapan saja, artinya hamba itu belum siap untuk melihat beliau SAW dalam keadaan terjaga; itu berarti ia akan melihat beliau SAW pada saat sakaratul maut kematiannya. Pada saat itu, segala sesuatunya akan dibuka dan hisab akan diangkat.
Jadi mereka yang berusaha maju untuk melihat Nabi SAW di dunia melalui mimpi, mereka akan melihat Nabi SAW di dunia sebelum akhirat. Ada banyak cara dengan awraad (wirid dan bacaan) yang dapat kita baca untuk melihat Nabi SAW dalam mimpi.
Ada lebih dari 70 atau 80 metode bacaan baik dengan ayat-ayat yang berbeda dari Al-Qur’an, doa dan awraad (wirid-wirid) yang memungkinkan kita, sebesar keinginan aspirasi kita, untuk melihat Nabi SAW dalam mimpi; dan barangsiapa melihat beliau dalam mimpi akan melihat beliau dalam kenyataan.
Melihat Nabi SAW adalah tingkatan tertinggi syafa’ah. Nabi SAW tidak akan meninggalkan mereka yang beliau cintai atau mereka yang mencintai beliau. Beliau akan membawa mereka semua ke surga, insyaAllah.
Baca: Kabar Gembira dari Nabi Muhammad SAW
Semoga Allah menjadikan kita berada di bawah syafa’ah Nabi SAW dan untuk melihat beliau di dunia sebelum akhirat. [dutaislam.or.id/ka]
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani.
Catatan:
(1) Hadits dalam Mushannaf ‘Abdurrazzaq.
(2) Misalnya: HR. Bukhari No. 6478, Ibnu Majah No.3895, HR. Bukhari No.6479, HR. Bukhari No.6482, HR. Muslim No.4206, HR. Ahmad No.6871, At-Tirmidzi No.2202.
Nabi SAW tidak memiliki bayangan mengapa? Karena beliau tidak memiliki jisim atau badan jasmani, beliau menjadi lembut dan halus. Beliaulah satu-satunya yang seperti ini dan tak seorangpun yang lain memiliki karakteristik ini. Baik sahabat Nabi yang senior atau sahabat beliau yang termuda, wali besar atau wali kecil, semua tidak memiliki karakteristik ini, hanya Nabi SAW yang memiliki karakteristik ini karena Allah SWT telah menciptakan beliau dari cahaya.
Dalam suatu hadits, Nabi SAW bersabda kepada Jabir ibn ‘Abdillah, ‘Hal pertama yang Allah ciptakan adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir.’ Ketika Allah menginginkan cahaya Nabi SAW untuk muncul ke dunia ini, cahaya itu muncul melalui Sayyidah Aminah RA. Nabi SAW mampu membedakan antara aspek spiritualitas (ruhaniah) dengan jasmaniah. Beliaulah satu-satunya.
Baca: Melihat Nabi dari 20 Ciri Fisik yang Digambarkan Sayyidina Ali
Semoga Allah SWT mengajarkan kepada kita adab terhadap satu sama lain, adab dengan awliya, serta menjadikan kita berada di hadirat Nabi SAW baik di dunia maupun di akhirat.
Karena Nabi SAW telah bersabda, (Man ra’aanii fi ‘l-manaam fa qad ra’aanii haqqa) "Barangsiapa melihatku dalam mimpinya, sungguh ia telah benar-benar melihatku." Dan adapula hadits lain di mana beliau SAW bersabda, (Man ra’aanii fa sayaraanii) "Barangsiapa melihatku (dalam mimpi) maka ia akan melihatku."
Barang siapa melihat Nabi SAW dalam suatu mimpi akan melihat beliau di akhirat karena Allah mengaruniakan tajalli tersebut bagi Nabi SAW. Bahkan, beberapa ulama’ menafsirkannya lebih jauh lagi.
Imam Suyuthi rahimahullah berkata, ‘Apa untungnya Nabi SAW mengatakan siapa yang melihatku akan melihatku di akhirat? Karena setiap orang tentu akan melihat Nabi SAW di akhirat, bahkan non-Muslim. Jadi makna hadits itu adalah barangsiapa melihatku dalam suatu mimpi akan melihatku benar-benar sebelum ia mati, dalam keadaan terjaga.’
Mimpi Melihat Nabi
Itulah penjelasan Imam Suyuthi dalam Manaqib al-Nabi SAW. Bahwa orang itu akan melihat Nabi sebelum di akhirat nanti, di dunia ini juga. Mungkin orang itu akan melihat beliau di suatu hari kapan saja, dan jika hamba Allah tersebut belum siap melihat beliau kapan saja, artinya hamba itu belum siap untuk melihat beliau SAW dalam keadaan terjaga; itu berarti ia akan melihat beliau SAW pada saat sakaratul maut kematiannya. Pada saat itu, segala sesuatunya akan dibuka dan hisab akan diangkat.
Jadi mereka yang berusaha maju untuk melihat Nabi SAW di dunia melalui mimpi, mereka akan melihat Nabi SAW di dunia sebelum akhirat. Ada banyak cara dengan awraad (wirid dan bacaan) yang dapat kita baca untuk melihat Nabi SAW dalam mimpi.
Ada lebih dari 70 atau 80 metode bacaan baik dengan ayat-ayat yang berbeda dari Al-Qur’an, doa dan awraad (wirid-wirid) yang memungkinkan kita, sebesar keinginan aspirasi kita, untuk melihat Nabi SAW dalam mimpi; dan barangsiapa melihat beliau dalam mimpi akan melihat beliau dalam kenyataan.
Melihat Nabi SAW adalah tingkatan tertinggi syafa’ah. Nabi SAW tidak akan meninggalkan mereka yang beliau cintai atau mereka yang mencintai beliau. Beliau akan membawa mereka semua ke surga, insyaAllah.
Baca: Kabar Gembira dari Nabi Muhammad SAW
Semoga Allah menjadikan kita berada di bawah syafa’ah Nabi SAW dan untuk melihat beliau di dunia sebelum akhirat. [dutaislam.or.id/ka]
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani.
Catatan:
(1) Hadits dalam Mushannaf ‘Abdurrazzaq.
(2) Misalnya: HR. Bukhari No. 6478, Ibnu Majah No.3895, HR. Bukhari No.6479, HR. Bukhari No.6482, HR. Muslim No.4206, HR. Ahmad No.6871, At-Tirmidzi No.2202.