![]() |
Acara Robithoh Mutakhorijin Ma'hadul Ilmi Asyar'i (RMM) PP. MIS Sarang Rembang, Sabtu (14/09/2019). |
Dutaislam.or.id - "Orang alim akan jadi selama dia mau mencari ilmu. Kalau orang sudah merasa dirinya alim, maka sejatinya dia itu bodoh".
Begitulah pesan KH. Roghib Mabrur kepada para alumni saat memberikan tausyiah di acara Robithoh Mutakhorijin Ma'hadul Ilmi Asyar'i (RMM) PP. MIS Sarang Rembang, Sabtu (14/09/2019).
Pengasuh Pondok Pesantren (PP) Ma'hadul Ilmi Asyar'i ini menekankan kepada alumni untuk tidak berhenti mencari ilmu, di mana pun berada.
Oleh karena itu, kata Kiai Roghib, setiap pertemuan rutin alumni diusahakan ada pembacaan kitabnya. Kitabnya fikih atau tasawuf tergantung kesepakatan alumninya.
"Para alumni tidak boleh berhenti ngaji. Meskipun sudah tidak di pesantren lagi," tutur Kiai Roghib.
Selain itu, beliau juga berpesan agar istiqomah mengadakan rutinan temu alumni di setiap daerah. Temu alumni untuk menjaga komunikasi antara santri dan kiai, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat.
Pasalnya, menurut Kiai Roghib, orang-orang yang sudah meninggal sejatinya masih ada hubungan dengan orang yang masih hidup. Lewat malaikat, orang yang sudah wafat mendapat laporan amaliyah yang telah dilakukan orang hidup.
"Kalau amaliyah yang kita lakukan baik, maka mereka akan merasa bahagia. Begitu juga ketika melakukan keburukan, mereka akan merasa sedih," terangnya.
Di akhir tausyiah, Kiai Roghib menghimbau di setiap pertemuan, diawali dengan pembacaan rotib hadad dan tahlil ala iqtishor. Hal itu agar syiar ahlu sunnah wal jamaah tetap semarak di mushola atau masjid.
"Sebagai santri ahlu sunnah wal jamaah, agar istiqomah mengadakan rutinan," jelas Kiai Roghib. [dutaislam.or.id/in/gg]
Begitulah pesan KH. Roghib Mabrur kepada para alumni saat memberikan tausyiah di acara Robithoh Mutakhorijin Ma'hadul Ilmi Asyar'i (RMM) PP. MIS Sarang Rembang, Sabtu (14/09/2019).
Pengasuh Pondok Pesantren (PP) Ma'hadul Ilmi Asyar'i ini menekankan kepada alumni untuk tidak berhenti mencari ilmu, di mana pun berada.
Oleh karena itu, kata Kiai Roghib, setiap pertemuan rutin alumni diusahakan ada pembacaan kitabnya. Kitabnya fikih atau tasawuf tergantung kesepakatan alumninya.
"Para alumni tidak boleh berhenti ngaji. Meskipun sudah tidak di pesantren lagi," tutur Kiai Roghib.
Selain itu, beliau juga berpesan agar istiqomah mengadakan rutinan temu alumni di setiap daerah. Temu alumni untuk menjaga komunikasi antara santri dan kiai, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat.
Pasalnya, menurut Kiai Roghib, orang-orang yang sudah meninggal sejatinya masih ada hubungan dengan orang yang masih hidup. Lewat malaikat, orang yang sudah wafat mendapat laporan amaliyah yang telah dilakukan orang hidup.
"Kalau amaliyah yang kita lakukan baik, maka mereka akan merasa bahagia. Begitu juga ketika melakukan keburukan, mereka akan merasa sedih," terangnya.
Di akhir tausyiah, Kiai Roghib menghimbau di setiap pertemuan, diawali dengan pembacaan rotib hadad dan tahlil ala iqtishor. Hal itu agar syiar ahlu sunnah wal jamaah tetap semarak di mushola atau masjid.
"Sebagai santri ahlu sunnah wal jamaah, agar istiqomah mengadakan rutinan," jelas Kiai Roghib. [dutaislam.or.id/in/gg]