Penjelasan Surat al-Mudatsir ayat 1-2 (sumber: istimewa) |
Dutaislam.or.id - Asbabun nuzul Surat al-Mudatsir ayat 1-2 berkaitan dengan kisah Nabi Muhammad setelah peristiwa di Gua Hira. Pada waktu itu, belaiu sedang beribadah di Gua Hira dan tiba-tiba kedatangan Malaikait Jibril.
Ketika Rasulullah kedatangan Malaikat Jibril, beliau merasa ketakutan. Bagi beliau, Jibril adalah orang asing yang secara tiba-tiba menghampirinya saat sedang khusu' beribadah.
Baca: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 22, Kekuasaan Allah
Karena ketakutan, beliau langsung bergegas pulang ke rumah. Pada waktu itu, Rasulullah SAW merasa bingung dan ketakutan. Beliau tidak tahu kejadian apa yang menimpanya di Gua Hira tadi.
Setiba di rumah, nabi langsung memanggil Sayyidah Khadijah seraya berkata, "Selimuti saya, Selimuti saya". Melihat nabi ketakutan, sang istri bertanya, Apa yang terjadi denganmu? Nabi pun menjawab, Sepertinya saya terkena jin.
Sayyidah Khodijah pun mencoba menguatkan psikologi nabi. Sang istri berusaha memberikan motivasi bahwa peristiwa yang terjadi bukanlah sesuatu yang besar.
Beliau mengatakan kepada nabi, tidak mungkin engkau terkena gangguan jid. Kata Khadijah, engkau adalah orang yang gemar membantu orang lain, rajin bersedekah dan bersilaturahim.
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِر
" Wahai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan" (QS. al-Mudatsir: 1-2).
Baca: Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 21, Seruan Beribadah Kepada Allah
Di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan hadis terkait asbabun nuzul Surat al-Mudatsir ayat 1-2. Diceritakan, ketika Nabi Muhammad beruzlah di Gua Hira selama sebulan lamanya, terdengar olehny suara yang memanggil-manggil nama beliau. Namun, Rasulullah tidak mendapati seorang pun di sana.
Di saat beliau menengadahkan kepalanya ke langit, seketika datanglah malaikat yang belum pernah beliau lihat sebelumnya. Akhirnya, beliau pulang ke rumah seraya berkata “Selimuti aku ! Selimuti aku !”.
Setelah kejadian tadi, Sayyidah Khodijah mengajak nabi Muhammad untuk menemui Waraqah binti Naufal, yang merupakan ahli kitab pada masanya. Setelah Waraqah mendengar peristiwa yang dialami nabi , ia spontan menjawab bahwa orang tersebut (yang mendatangi Nabi Muhammad di Gua Hira adalah Namus (Malaikat Jibril).
Waraqah menjelaskan bahwa nabi Muhammad merupakan manusia pilihan yang akan menjadi utusan Allah, Tuhan semesta alam. Setelah itu, rasa takut yang melanda Rasulullah hilang dan beliau kembali tenang seperti biasanya.
Diwahyukannya Surat al-Mudatsir ayat 1-2 menjadi permulaan nabi untuk berdakwah. Namun, dakwah nabi masih bersifat sembunyi-bunyi.
Baca: Tafsir Surat As-Syura Ayat 214, Berdakwah Kepada Keluarga
Allah SWT memerintahkan nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi karena melihat psikologi masyarakat Arab pada waktu itu. Kalau dakwah secara terang-terangan langsung, dikhawatirkan mereka akan kaget. Sebab, pesan yang disampaikan nabi jauh dari tradisi mereka.
Sehingga, Nabi Muhammad SAW pertama kali berdakwah hanya kepada orang-orang terdekat, yang mereka percaya kepada beliau. Pesan yang dibawa nabi saat itu terkait seruan untuk berdamai, bersatu dan larangan berperang. [dutaislam.or.id/in]