Penjelasan kandungan Surat an-Nisa ayat 63 (sumber: istimewa) |
Dengan bekal akal dan pikiran, manusia dapat berkomunikasi dengan baik ketika bergaul. Sebab, Islam sangat menekankan bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dan sopan.
Dutaislam.or.id - Efektivitas komunikasi menyangkut dengan kontak sosial manusia dalam masyarakat. Hal ini berarti kontak yang dilakukan juga berbeda-beda seperti halnya perilaku. Selain itu, hal penting lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah proses komunikasinya.
Dalam perspektif Islam, komunikasi di samping untuk mewujudkan hubungan secara vertikal kepada Allah Swt, juga untuk menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia, dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan demikian, akan terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Baca: Tafsir Surat Ali Imran Ayat 104, Sikap Tanggung Jawab
Sebab, komunikasi itu sendiri dapat diartikan sebagai pemundahan pesan dari seorang komunikator kepada komunikasi dengan tujuan dan maksud tertentu yang melibatkan hubungan sosial. Ketika berkomunikasi selain secara interpersonal, komunikator juga melibatkan kelompok yang ada dalam masyarakat.
Bagi umat Islam etika yang dijadikan dasar adalah al-Quran dan Sunnah, yang menuntun dan mengajarkan manusia kepada perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang dilarang. Dalam berkomunikasi atau menyampaikan informasi kepada orang lain, Allah SWT telah mengaturnya dalam al-Quran.
Seperti perintah untuk saling nasehat menasehati agar manusia agar manusia menanti kebenaran dan menetapi kesabaran, di mana Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk saling mengingatkan, untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk. Berkomunikasi yang baik, harus sesuai dengan norma apa yang dianut dan diyakini, khususnya bagi umat Islam.
Baca: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 22, Kekuasaan Allah
Jadi komunikasi yang baik adalah komunikasi yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran dan Sunnah. Di dalam Surat Ibrahim an-Nisa ayat 63 dijelaskan, ketika berkomuniasi hendaknya dengan bahasa yang jelas, efisien dan tepat sasaran.
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah SWT mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (QS. An-Nisa: 63).
Ayat ini menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang diketahui Allah isi hati mereka berupa kemunafikan dan kedustaan mereka dalam mengajukan alasan, maka berpalinglah kamu dari mereka dengan memberi maaf dan nasihat agar takut kepada Allah SWT.
Di samping itu, katakanlah kepada mereka tentang keadaan diri mereka perkataan yang dalam artinya yang berbekas dan mempengaruhi jiwa. Termasuk di dalamnya adalah menyajikan bantahan atau argumen dengan bahasa komunikasi yang halus dan jelas.
Komunikasi dengan bahasa yang lugas dapat menyentuh hati dan pikirannya sekaligus. Dan perkataan itu dipersepsikan atau dipahami oleh pihak yang mendengar seperti apa yang dimaksudkan oleh penuturnya.
Baca: Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 2, Sikap Tolong Menolong
Menutut Imam al-Burushi kata Qawlan Balighan dalam Surat an-Nisa ayat 9 berarti perkataan yang dapat menyentuh dan berpengaruh pada hati sanubari orang yang diajak bicara. Diksi atau rangkaian kalimat yang disampaikan penutur dalam komunikasinya dapat mempengaruhi serta merubah perilaku seseorang.
Balighan dalam bahasa Arab artinya sampai mengenai sasaran atau mencapai tujuan, dan dapat juga berarti fasih jelas maknanya, terang dan tepat mengungapkan apa yang dikehendaki. Jadi Qawlan Balighan terkandung makna supaya berbicara secara efektif dan efesien sesuai dengan situasi dan kondisinya, sehingga pesan yang dikomunikasikan tersampaikan dengan baik. [dutaislam.or.id/in]