Penjelasan kandungan Surat an-Nahl ayat 36 (sumber: istimewa) |
Dutaislam.or.id - Surat an-Nahl ayat 36 menghibur Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi segala tantangan ketika berdakwah. Di dalam Surat an-Nahl ayat 36 dijelaskan, sudah menjadi suatu keniscayaan kalau ada yang membangkan dan ada yang menerima dakwah.
Ketika pertama kali Nabi Muhammad SAW mendapat mandat wahyu dari Allah SWT, dakwahnya masih bersifat sembunyi-sembunyi. Beliau berdakwah kepada orang-orang terdekat saja.
Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi karena melihat kondisi masyarakat Arab pada waktu itu. Sehingga, masyarakat Arab tidak kaget ketika nabi berdakwah secara terang-terangan.
Baca: Tafsir Surat Al-baqarah Ayat 45, Mediasi dengan Shalat
Namun, saat Rasulullah SAW mendapat mandat wahyu untuk berdakwah secara terbuka, tantatang dan rintangan datang silih berganti. Pembangkangan serta protes akan dakwah nabi mulai dilakukan oleh masyarakat Quraisy.
Protes keras terhadap dakwah nabi justru dari keluarga beliau sendiri. Abu Jahal dan Abu Lahab yang merupakan paman nabi sangat lantang dalam menentang dakwah yang disampaikan beliau.
Orang-orang Quraisy melakukan segala cara untuk menghentikan dakwah nabi. Mereka terkadang tidak segan-segan melancarkan serangan fisik kepada pribadi nabi.
Bahkan, siksaan fisik dalam perkembangannya juga disematkan kepada sahabat-sahabat nabi yang memeluk Islam. Beragam siksaan fisik seperti pemukulan dan bahkan ada yang dicos badannya dengan besi panas.
Semua itu orang Quraisy lakukan untuk menghentikan langkah dakwah nabi menyebarkan agama Islam. Namun, Nabi Muhammad SAW tetap kokoh memperjuangkan dakwahnya.
Surat an-Nahl ayat 36 ini memberikan dorongan kepada Nabi Muhammad SAW untuk terus melangkah. Allah SWT mengingatkan nabi bahwa ketika berdakwah di masyarakatnya sendiri, pembangkangan itu suatu keniscayaan.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”(QS. an-Nahl:36)
Baca: Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 263, Perkataan yang Baik
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa rasul diutus untuk membimbing umatnya. Para rasul ditugaskan di tengah-tengah masyarakat sebagai penunjuk ke jalan yang benar. Mereka mengarahkan umatnya untuk menapaki pada jalan yang sesuai dengan tuntutan Tuhan.
Jadi, tugas rasul adalah menyampaikan risalah ilahi kepada umatnya. Ia tidak dapat memaksakan kehendak kepada umatnya untuk mengikuti ajakannya. Yang berhak menentukan siapa saja orang-orang yang menerima risalah ilahi itu hanyalah Allah SWT.
Sehingga, tidaklah mengherankan kalau Nabi Muhammad SAW mendapat banyak ponolakan dan pembangkan dari masyarakatnya sendiri. Adanya kelompok yang menentang dakwah nabi merupakan bagian dari dinamika kehidupan beliau. Di samping itu, semuanya itu adalah sunnatullah yang harus dijalani nabi sebagai utusan Allah SWT. [dutaislam.or.id/in]