Sejarah munculnya julukan wahabi di Saudi Arabia. Foto: istimewa. |
Oleh M Abdullah Badri
Dutaislam.or.id - Dalam sebuah perbincangan di sebuah forum, ada seorang emak-emak yang tidak menerimakan dirinya disebut golongan wahabi. Baginya, sebutan wahabi dimunculkan oleh pihak Barat (mungkin maksudnya Barat Daya, wallahu a'lam). Alasanya, Barat mengesankan agar wahabi identik berpaham khawarij.
Begitu disodori Kitab Fatawa Nurun Ala Ad-Darb (juz I) karangan ulama wahabi Abdul Aziz bin Baz, dia masih tidak menerimakannya. Padahal, dalam kitab itu jelas ditulis, julukan wahabi adalah laqab yang syarif (mulia) dan adhim (agung), yang menurutnya, layak disematkan kepada apa yang Bin Baz sebut sebagai ahli tauhid. (Lihat, hlm: 17).
Bin Baz mengakui, julukan wahabi memang benar-benar dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali At-Tamimi, yang disebut bermadzhab Hambali. Ini kata kiai wahabi loh. Apakah Bin Baz representasi Barat, sodara?
Bin Baz menjawab penyebutan istilah wahabi ini karena ada pertanyaan tentang bagaimana menanggapi orang-orang yang menjuluki para kiai di Najed sebagai bagian dari Al-Wahabiyah.
Baca: Penusuk Wiranto Anggota Teroris JAD
Sayangnya, Bin Baz menyebut Muhammad bin Abdul Wahab sebagai pelopor gerakan tauhid kepada Allah, yang dia sebut sebagai sosok yang berhasil menauhidkan manusia-manusia dari syirik akbar seperti menyembah kubur, pohon, batu dan pelaku ghuluw (berlebihan) kepada orang-orang shalih.
Fatwa Bin Baz tentang julukan wahabi (1). |
Fatwa Bin Baz tentang julukan wahabi (2) |
Fatwa bin Baz tentang julukan wahabi (3) |
Seolah-olah, Bin Baz menuduh umat Islam yang ziarah dan tawassul kepada para auliya di makamnya adalah bagian dari kaum musyrik yang sudah keluar dari Islam. Saya menyebut seolah-olah karena Bin Baz tidak berani langsung mengafirkan orang-orang yang dituduhnya sebagai pelaku syirik akbar.
Apakah pemahaman seperti itu tidak identik dengan khawarij? Ya jelas sekali. Maka, ketika emak-emak dalam forum tersebut tidak menerima kalau wahabi adalah julukan penganut paham khawarij, dia mencak-mencak sampai akhirnya dia ngambek.
Emak-emak wahabi itu memang athos (kalau bicara). Diberi julukan wahabi tidak mau, begitu dikasi bukti kalau julukan datangnya dari kiai wahabi sendiri, eh, gantian dia tetap tidak terima dan bersikukuh. [dutaislam.or.id/ab]