Penjelasan kandungan Surat an-Nisa ayat 150 (sumber: isimewa) |
Dutaislam.or.id – Surat an-Nisa ayat 150 menceritakan perilaku mereka yang hanya mengimani sebagian yang lain. Surat an-Nisa ayat 150 menegaskan perilaku seperti ini menunjukkan sikap yang plin plan dalam beriman. Mereka hanya mengimani yang sesuai dengan kemauan pribadinya saja.
Padahal, keimanan yang hakiki menuntut untuk tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT. Termasuk mengimani semua rasul-rasulNya, tanpa pandang bulu.
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا
Baca: Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 27, Pesan Allah Kepada Rasulullah
Ayat ini masih membahas tentang perkataan seperti orang Yahudi yang mengatakan kami percaya kepada Musa, sedangkan kepada Isa dan Muhammad tidak, karena kedua-keduanya bukan utusan Allah, juga kata-kata orang-orang Nasrani, kami percaya kepada Musa dan Isa, sedangkan kepada Muhammad, tidak, kedua golongan tersebut di atas, baik yang pertama maupun yang kedua, semuanya kafir dan bakal disiksa dalam neraka, tidak peduli mereka mengaku beriman.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa orang yang kafir terhadap para utusan Allah itu ada dua golongan, tidak percaya sama sekali kepada seorang rasulpun. Karena mereka memang mengingkari adanya segala macam nubuwat, bahkan menuduh bahwa apa pun yang dibawa oleh para nabi, baik itu petunjuk maupun syariat, semua itu bikinan mereka sendiri, bukan dari Allah, kaum atheis dewasa ini, kebanyakan dari golongan ini sedangkan golongan yang lain, percaya juga kepada utusan Allah, tetapi hanya sebagian, sedangkan sebagian yang lain tidak mereka percayai.
Yang dimaksud bukan berarti mereka berterus-terang menyatakan kafir, tetapi kekafiran itu bisa terjadi dengan pendapat dan aliran apa pun yang mereka anut, yang menjurus kepada kekafiran, merupakan keterangan bahwa mereka benar-benar memisahkan antara Allah dengan Rasul-Rasul-Nya. Hal itu, karena orang yang beriman kepada Allah Swt, tetapi tidak beriman kepada wahyu yang dia turunkan kepada para utusan-Nya.
Keimanannya itu tidaklah benar dan takkan membimbingya untuk melakukan syukur yang menjadi kewajibannya, ia takkan mengetahui cara beribadah yang diridhai Allah, oleh karena itu lihat orang-orang seperti itu, yakni kaum materialis, yang mereka pentingkan hanyalah syahwat mereka.
Demikian pula orang beriman kepada sebagian utusan Allah dan kafir terhadap sebagian yang lain, seperti ahli kitab. Pengakuan iman mereka tidak ada gunanya, karena beriman kepada suatu risalah yang sebenarnya bisa lakukan dengan cara memahaminya, di samping memahami sifat-sifat para utusan Tuhan, tugas-tugas dan pengaruh petunjuk mereka. Bagi orang yang memahami hal ini secara benar, ia akan tahu bahwa seluruh sifat-sifat Rasul tampak dengan sempurna pada diri Muhammad Saw, karena beliau telah datang dengan membawa sebuah kitab yang memuat hal-hal yang tidak terdapat pada kandungan kitab lainnya.
Baca: Tafsir Surat Lukman Ayat 16, balasan Amal Baik
Pada hal beliau tumbuh di lingkungan kaum Ummiyyin (buta bacatulis), sedangkan kitab dari prinsip-prinsip agamanya, kemudian dipindahkan kepada generasi berikutnya secara mutawatir dan qat?i (dapat dipastikan kebenarannya), serta dengan sanad-sanad yang terputus (muttasil), lain dengan kitab-kitab yang lain.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah memperingatkan hal ini karena ada sementara orang yang memilah-milah ajaran agama, mereka itulah yang ditegaskan oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya, seperti orang-orang yang Yahudi dan Nasrani dan mereka melakukan hal itu dengan bermaksud memisahkan antara keimanan kepada Allah dan keimanan kepada Rasul-Rasul-Nya. [dutaislam.or.id/in]