Peresmian nama M. Asah Shahab Lebanon di ruang baca Perpustakaan Kanzul Hikmah, Jakarta, Senin (23/12/2019). |
Dutaislam.or.id - M. Asad Shahab adalah penulis pejuang yang dikenal sebagai tokoh penyebar berita Proklamasi RI. Pengakuan kedaulatan kemerdekaan RI pertama diperoleh dari Mesir kemudian menyusul negara Timur Tengah lainnya, tidak terlepas dari peran beliau melalui lembaga kantor berita yang dikelolanya, yakni APB (Arabian Press Board).
Pada masa awal kemerdekaaan, berita-berita APB diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh penyiar RRI dan diterima oleh pelajar-pelajar Indonesia yang ada di Mesir. Berita yang dikirim sepotong-sepotong, kemudian dikumpulkan dan dituliskan dalam media Mesir.
Berita-berita itu diteruskan dalam konferensi Liga Arab. Walhasil, negara-negara Islam di Timur Tengah bersimpati dan memberikan dukungannya.
Produk media APB cukup beragam. Mulai dari buletin harian, suratkabar, dan majalah berkala. Pendistribusian APB terbantu oleh Kementerian Luar Negeri yang mengirimkan buletin harian ke seluruh perwakilan RI di luar negeri. Dari berita APB, negara-negara Timur Tengah mengetahui keadaan yang terjadi di Indonesia.
Dalam rangka mengenang jasa besar beliau terhadap perjuangan kemerdekaan RI, MAHYA mengabadikan nama beliau sebagai ruang baca di perpustakaan Kanzul Hikmah yaitu, Ruang Baca M. Asad Shahab.
Peresmian Ruang Baca M. Asad Shahab Perpustakaan Kanzul Hikmah MAHYA diselenggarakan pada Senin, 23 Desember 2019 di Kantor Sekretariat MAHYA, Kalibata, Jakarta Selatan.
Baca: Ketika KH Hasyim Asy'ari Mengharamkan Kenthongan Masjid
Sejumlah tokoh turut hadir dalam acara tersebut, diantaranya DR. Alwi Shihab selaku Anggota Dewan Pembina MAHYA, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah DR. Muhammad Siddiq, Peneliti Menara Center Nabil Hayaze, serta perwakilan dari unsur Kantor Walikota Jakarta Selatan.
Dalam sambutannya, Pembina MAHYA, Dr. Alwi Shihab, mengenang M. Asad Shahab sebagai sosok yang rajin memperkenalkan Indonesia ke dunia internasional melalui tulisan-tulisannya.
"Tidak hanya itu, beliau juga dikenal dekat dengan banyak tokoh kemerdekaan juga tokoh ulama Indonesia. Beliau menulis buku biografi pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari dalam bahasa Arab untuk memperkenalkan sosok pejuang nasional KH. Hasyim Asy’ari kepada dunia Arab, dan buku ini menjadi referensi bagi yang menulis tentang sejarah Indonesia dan sejarah Nahdlatul Ulama'," ujarnya, seperti dalam rilis yang dikirim ke Duta Islam pada Senin (23/12/2019) sore.
Begitupun Ketua Dewan Dakwah Islamiyah, DR. Muhammad Siddiq, juga mengenang beliau sebagai salah satu tokoh pers yang memiliki pemikiran nasionalis. Ketika sedang menempuh studi, Dr. Muhammad Siddiq mengaku sempat mengenal M. Asad dan banyak belajar dari beliau.
"Namanya Asad, artinya singa, di bidang pers memang beliau dijuluki singa, kecil-kecil tapi besar perjuanganya, besar hatinya, dan besar pemikirannya," katanya.
Terkait proses pengajuan nama M. Asad sebagai pahlawan nasional, Peneliti Menara Center Nabil Hayaze mengungkapkan bahwa proses pengajuannya telah memasuki tahap akhir, yakni pemberian nama jalan atau gedung di fasilitas publik, sebelum disetujui pemerintah.
"Inisiatif pengajuan nama M. Asad Shahab sebagai pahlawan nasional sebetulnya sudah dilakukan sejak M. Asad Shahab masih hidup. Dengan peresmian Ruang Baca M. Asad Shahab di Perpustakaan Kanzul Hikmah, maka ini telah memenuhi syarat administrasi pengajuan gelar Pahlawan Nasional untuk M. Asad Shahab," katanya.
Ketua Umum MAHYA Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan, mengatakan dalam sambutannya, perjuangan dan pengabdian M. Asad Shahab untuk kemerdekaan Indonesia adalah bentuk pengabdian beliau kepada Allah Swt.
"Semua ini adalah bentuk pengabdian sejati beliau kepada Allah Swt. yang diterjemahkan dalam bentuk ketawakan kepada Allah SWT di dalam perjuangannya kepada bangsa. Dan inilah jihad sejati, jihad yang Beliau lakukan dalam menyebarkan kebenaran. Jasa beliau untuk Indonesia sangatlah besar," katanya.
Pengabadian nama M. Asad Shahab sebagai ruang baca di Perpustakaan Kanzul Hikmah merupakan bagian dari tanggung jawab MAHYA untuk menghargai, merawat, serta melestarikan nilai-nilai perjuangan para tokoh Alawiyyin terdahulu yang telah memberikan kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. [dutaislam.or.id/ab]