Penjelasan Mbah Fadhol Senori Tuban tentang makna Ahlusunnah wal Jama'ah PDF. Foto: dutaislam.or.id. |
Oleh M Abdullah Badri
Dutaislam.or.id - Kitab Kawakibul Lama'ah karangan Syaik Abul Fadhol Senori ini berbeda dengan kitab berjudul sama yang bercerita tentang alam jin. Kawakibul Lama'ah kitab Mbah Fadhol berjudul lengkap الكواكب اللمــاعة في تحقيق المسمى بأهل السنة والجماعة. Isinya jelas tentang pelurusan makna Ahlusunnah wal Jama'ah yang disalahpahami oleh kelompok yang tidak mengikuti imam madzhab dan tidak pula mengikuti Asy'ari dan Maturidiyyah dalam bertauhid.
Baca: Flashdisk Kitab Kuning PDF Isi Ribuan Judul
Menurut kata pengantar yang ditulis oleh Kiai Abdul Jalil Kudus -guru kepala pertama di Madrasah TBS dan Rais Syuriah II PBNU waktu itu-, kitab Kawakibul Lama'ah pernah dibawa dalam momentum Muktamar NU ke-23 di Solo (24-29 Desember 1962/29 Rajab-3 Sya’ban 1382 H) untuk diusulkan dan diterbitkan. Saking pentingnya kitab ini untuk umat Islam Indonesia.
------
Judul Kitab: Kawakibul Lama'ah
Penulis: Syaikh Al-Alim Al-Fadhil Abi Fadhol (Senori, Tuban)
Tebal: 28 halaman
Penerbit: -
Bahasa: Arab
Link: Download
------
Isi kitab dimulai dari penjelasan tentang umat Islam di masa Rasulullah Saw. yang masih bersatu satu komando di bawah kenabian Rasulullah Muhammad Saw. Perpecahan sengit di antara umat Islam terjadi justru sejak wafatnya Sayyidina Ustman ra. lalu berlanjut kepada pengangkatan Sayyidina Ali ra. menjadi penggantinya.
Saat inilah umat Islam mulai berselisih, dan terbelah antara golongan Khawarij dan Syiah. Dalam situasi inilah muncul sebutan "ahlussunnah wal jama'ah" dalam arti; siapa yang masih dalam ajaran Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dala pemikiran akidah agama, amaliyah bathiniyah dan akhlak qalbiyyah, disebut ahlussunnah wal jama'ah. (hlm: 7).
Baca: Download PDF 6 Kitab Karangan Syaikh Abi Fadhol As-Senoriy Tuban
Mereka yang berbeda pendapat dan memiliki kecenderungan ijtihad dalam fiqih disebut sebagai fuqaha', yang tekun mendalami tauhid disebut ahli kalam, sementara yang terus mencari riwayat hadits (akibat banyaknya hadits palsu), disebut sebagai muhadditsin. Sementara yang tekun untuk makrifatillah, disebut dengan sufiyyun (orang sufi). (hlm: 11).
Keempat golongan ahli ilmu di atas saling berbeda pendapat namun tidak begitu menyebar akibat buruknya kepada umat Islam. Barulah setelah empat imam madzhab wafat, perpecahan dan pertikaian makin tidak terkendali. Istilah ahlussunnah akhirnya secara lazim dan khusus dinisbatkan kepada para pengikut imam madzhab empat serta pengikut pemikiran Imam Asy'ari (w. 314 H) dan Maturiti (w. 333 H).
Baca: Jual Kitab Kuning Makna Gandul Pesantren dan Buku Bertema Islam Lainnya
Saat itu, semua pengikut madzhab juga pengikut Asy'ariyyah dan Maturidiyyah. Bila mereka berbeda pendapat dengan keduanya, maka, sebutan yang paling lazim kala itu adalah Muktazilah atau Tajsim (Mujassimah). Semua ulama pengikuti Imam Malik berpaham Asy'ari atau Maturidiyyah. Tapi yang paling banyak mujassimahnya adalah para juhala' (pengikut bodoh) Imam Ahmab bin Hanbal. Mengapa, Imam Ahmad memang dikenal tidak mau mengikuti ta'wil ayat musyabbihat. Tapi tidak pernah sampai mujassimah.
Mbah Fadhol kemudian menguliti susunan kata "Ahlus Sunnah wal Jama'ah" dengan kemahiran ilmu lughanya yang terkenal itu. Setiap lafal, tulis Mbah Fadhol, adakalanya hakikat dan majaz. Keduanya, terbagi menjadi lughawi, syar'i dan urfi. Khusus lafal yang urfi, terbagi menjadi khas dan aam (umum).
Shalat misalnya, ahli bahasa mengartikannya sebagai "berdoa". Tapi karena sudah menjadi istilah syar'i, maka ia dikhusukan untuk menyebut shalat sebagai kewajiban umat Islam. Istilah syar'i ini menjadi khusus secara urfi (adat kebiasaan) bila sudah ada kekhususan dari siapa dan oleh siapa istilah itu muncul (ما تعين نقله). Istilah uruf menjadi khas kalau dikhuskan kepada siapa istilah itu dimiliki. (hlm: 15).
Mbah Fadhol kemudian menerangkan satu-satu istilah "sunnah" dan "wal jama'ah" secara lughah, syariat dan uruf. Mbah Fadhol kemudian menyimpulkan, "ahlussunnah wal jama'ah" adalah istilah yang telah ditetapkan secara khusus oleh kelompok sufiyyah, muhadditsin, asy'ariyyin dan maturidiyyin.
Artinya, bila ada yang mengaku ahlussunnah wal jama'ah tapi tidak mengikuti cara hidup dan cara pandang keempat kelompok itu, maka penyebutan itu tidak benar. Selengkapnya, baca lebih lanjut di PDF. [dutaislam.or.id/ab]