Salah isi pendapat Mbah Fadhol Senori Tuban dalam Kitab Mafhum Ahlussunnah. Foto: dutaislam.or.id. |
Oleh M Abdullah Badri
Dutaislam.or.id - Membaca kitab Syaikh Abi Fadhol As-Senoriy berjudul Mafhum Ahlussunnah wal Jama'ah min Kitab Durrul Farid fi Syarh Jauharatit Tauhid, pembaca akan disajikan beberapa pemikiran yang berebeda dari lazimnya para masayikh NU saat ini. Baca: Biografi Mbah Fadhol Senori Tuban.
Setelah menjelaskan makna siapa yang layak disebut sebagai golongan ahlussunnah wal jama'ah -seperti dalam kitab beliau berjudul Al-Kawakibul Lama'ah fi Tahqiqil Musamma Biahlissunnah wal Jama'ah,- kitab yang mengambil syarah 3 bait Durrul Farid (hlm: 632-662) itu langsung membincang golongan bid'ah ideologis yang disebut beliau berasal dari pengikut Ibnu Taimiyah (dilanjut Muhammad bin Abdul Wahab) yang ada di Indonesia, Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridha.
Siapa yang dimaksud Mbah Fadhol itu? Yakni Persyarikatan Muhammadiyyah dan Al-Irsyad (pimpinan Ahmad Surkati). Kedunya inilah yang disebut Mbah Fadhol sebagai kelompok yang memecah belah umat Islam Indonesia, dimana sebelum itu umat Islam di Nusantara ini bersatu dalam golongan ahlussunnah wal jama'ah. Kedua kelompok inilah yang juga disebut Mbah Fadhol sebagai pelopor ajakan meninggalkan taqlid kepada salah satu imam madzhab empat dan melancarkan jargon kembali kepada Al-Qur'an dan hadits secara salah. (hlm: 10)
Kritik pedas Mbah Fadhol soal wahabi ini sejalan dengan kitab Syaikh Zaini Dahlan berjudul Fitnatul Wahabiyyah, utamanya soal keyakinan rusak kelompok awal pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Khusus di Makkah (Hijaz).
Baca: Jual Kitab Kuning Makna Gandul Pesantren dan Buku Bertema Islam Lainnya
Golongan pembuat bid'ah idelogi, yang mengharamkan tawassul dan ziarah kubur di masa awal berdirinya itu, disebut Mbah Fadhol sebagai golongan yang mudltarib (linglung). Mereka tidak punya panutan dalam berhujjah dan bermadzhab. Akhirnya rancu hasil pemikirannya. Bahkan saling bertabarakan dalam fatwa-fatwa yang terjadi seiring waktu. Mereka tidak bisa membedakan mana ijitihad dan mana taqlid (hlm: 9)
------
Judul Kitab: Mafhum Ahlussunnah wal Jama'ah min Kitab Durrul Farid fi Syarh Jauharatit Tauhid
Penulis: Syaikh Al-Alim Al-Fadhil Abi Fadhol (Senori, Tuban)
Tebal: 22 halaman
Penerbit: -
Bahasa: Arab
Link: Download
------
Akibatnya, satu sisi kadang fatwa mereka mengikuti Rasyid Ridha dalam mencegah ziarah kubur, tidak sampainya pahala qiro'ah Al-Qur'an kepada orang yang sudah meninggal, mengingkari keramat auliya', melarang du khutbah jum'at dan shalat qabliyah Jum'at. Namun, di sisi lain, pendapat kedua kelompok ormas itu berbeda. Misalnya, mereka tidak sepakat kepada Rasyid Ridha soal melepas hijab. (hlm: 11).
Baca: Download PDF 6 Kitab Karangan Syaikh Abi Fadhol As-Senoriy Tuban
Di kalangan NU, Mbah Fadhol juga menyebut "penghianat" kepada mereka yang tidak mengamalkan amaliyah Madzhab Imam Syafi'i. Mereka ini disebut Mbah Fadhol sebagai pembuat bid'ah amaliyah pula. Misalnya, praktik shalat yang ditentukan waktunya, seperti shalat ragha'ib, tradisi berkumpul mendo'akan mayit dan mengambil hidangan saat kematian, dan lainnya. (hlm: 14).
Mbah Fadhol juga mengutip Imam Sya'roni dalam "Tanbih" yang menyebut bid'ah seputar acara ihtifal maulid yang di dalamnya bercampur praktik-praktik muharramat (yang diharamkan). Berdiri saat ihtifal maulid juga dianggap bid'ah. Begitu pula tahlilan, yang dilakukan secara khusus sebagai ritual "ihda' tsawab" (menghadiahkan pahala) kepada mayit.
Mbah Fadhol juga mengamini pendapat Imam Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar yang menyebut kalau praktik mengeraskan suara dengan dzikir saat mengiring jenazah adalah tidak sesuai dengan tradisi ulama' salaf. (hlm: 17). Alasanya sederhana, saat itu adalah saat dimana kita harus tafakkur tentang mati.
Jadi, kitab ini bukan hanya mengkritik golongan bid'ah pengikut wahabi, tapi juga pengamal bid'ah dari kalangan NU. Hanya saja, Mbah Fadhol tidak sampai mengafirkan mereka yang membuat bid'ah. Bacalah, agar bisa memahami pemikiran Mbah Fadhol di kitab ini. [dutaislam.or.id/ab]