Iklan

Iklan

,

Iklan

Makna Nuzul Ayat dalam Kitab Iljamul Awam (إلجام العوام) PDF Download - Imam Ghazali

18 Feb 2020, 16:27 WIB Ter-Updated 2024-08-17T01:45:30Z
Download Ngaji Gus Baha
download pdf kitab kuning ilamul awam an ilmil kalam
Isi kitab Iljamul Awam karya Imam Al-Ghazali. Foto: dutaislam.or.id.

Oleh M Abdullah Badri

Dutaislam.or.id - Kitab berjudul Iljamul Awam an Ilmil Kalam (Mencegah orang awam dari "pembahasan" Ilmu Kalam), Imam Ghazali seperti membela keyakinan ulama' salaf yang disebut beliau sebagai yang "haqq" (benar) serta "sharih" (jelas). Mengapa? Karena ada kaitannya menjaga keimanan kalangan awam. 

Untuk membahas Ilmu Kalam bersama orang awam, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Kita harus paham tentang tujuan bertauhid kepada Allah Swt. Karena itu, kata Imam Ghazali, kita harus memahami makna Taqdis, lalu baru tahapan berikutnya, yakni Tashdiq, I'tiraf Ajz, Sukut, Imsak, Kaff dan terakhir, Taslim li Ahlil Ma'rifah.

Imam Ghazali memang kaliber dalam menjelaskan istilah-istilah yang sulit ditolak dan bahkan dibantah oleh para pembaca karyanya. Dalam kitab ini, beliau menjelaskan rinci berserta detailnya. Saya ambil pengertiannya saja dulu yah.

Baca: Download Kitab Kuning PDF Aujazul Masalik Ila Muwattha' Malik (أوجز المسالك إلى موطأمالك) 

1. Taqdis (Menyucikan), sebagaimana dimaksud oleh Imam Ghazali adalah sikap tanzih (melepas prasangka) kepada Allah Swt dari penyamaan dzat-Nya dengan apapun yang bersifat jasmani, atau sifat-sifat lainnya, yang tidak layak.

2. Tashdiq (Membenarkan), yakni iman atas apapun yang diucapkan oleh Nabi Muhammad Saw. Artinya, apapun yang dituturkan oleh Kanjeng Nabi Saw adalah sesuai (haqq) dan benar. Bahwa apapun yang dikatakan oleh beliau, memang benar adanya dan sesuai dengan yang beliau inginkan.

2. I'tiraf Bil Ajz (mengakui kelemahan diri). Artinya, dalam menafsir dalil syariat, harus ada penetapan diri bahwa apa yang kita maknai dari teks-teks syar'i belum tentu sesuai dengan hakikat makna yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Mengaku lemah.

3. Sukut (berdiam). Yakni tidak mempertanyakan maknanya, mendalaminya, dan harus mengetahui kalau pertanyaan itu merupakan tindakan bid'ah. Mendalami, menyelam dalam uraian tentang ayat-ayat musyabbihat bisa membahayakan keyakinan agama. Bahkan bisa menjerumuskan diri pada kekafiran tanpa terasa.

4. Imsak (menahan diri). Maksudnya menahan diri dari upaya mengubah teks-teks tentang tauhid kepada Allah dengan, misalnya, mengubah (tashrif), mengganti bahasa asli (Arab) ke bahasa lain, menambahinya, menguranginya, mengkompilasinya atau memisahkan ucapan lafalnya. Sudah sepantasnya berdiam diri, mengimani pengucapan lafal ayat atau hadits sesuai apa adanya, dari segi murad, i'rab, tahsrif maupun shighatnya.

5. Kaff (mencegah diri) kebatinan kita dari upaya membahas tentang Allah dan berpikir tentang Dia.

6. Taslim Liahlihi (menyerahkan masalah kepada ahlinya). Artinya, kita tidak perlu menjadikan tafsiran sebagai aqidah.

Enam hal itulah yang menurut Imam Ghazali disebut sebagai cara beraqidah para generasi salaf. Dan wajib bagi orang awam mengikutinya. Orang awam juga tidak layak menduga adanya golongan salaf yang tidak beraqidah dengan cara-cara demikian.

-------
Judul: Iljamul Awam an Ilmil Kalam (إلجام العوام عن علم الكلام)
Penulis: Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali
Tebal: 44 halaman (PDF)
Penerbit: -
Link: Download
Berat: 1,58 MB
-------

Kebiasaan ulama salaf dalam sikap taqdis misalnya adalah ketika mereka menafsirkan makna tanzil (turun) dalam sebuah hadits yang berbunyi:

ينزل الله تعالى فى كل ليلة إلى سماء الدنيا

Artinya:
Allah Ta'ala tiap malam turun ke langit dunia. 

Kita harus paham, nuzul/turun (نزول) adalah isim musytarak (kata bermakna ambigu), yang bila dimutlakkan maka ia bisa bermakna:

1. Bentuk jisim yang ada di atas (جسم عال)
2. Bentuk jisim yang ada di bawah (جسم سافل)
3. Jisim yang berpindah dari bawah ke atas, atau dari atas ke bawah.

Bila dari bawah ke atas, namanya naik (صعود, عارج, رقيا), yang ketiganya bermakna naik. Bila dari atas ke bawah, namanya menurun. Dalam bahasa Arab disebut نزول dan هبوط. Atas pembagian makna inilah, maka, makna nuzul sangat variatif. Bila nuzul dimaknai dengan satu makna saja, misalnya intiqol/berpindah (إنتقال), lalu bagaimana memaknai Al-Qur'an yang berbunyi:

وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ

Artinya:
Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. (QS. Az-Zumar: 6).

Bagi golongan yang memaknai nuzul dengan intiqol/berpindah (إنتقال) dan harakah/bergerak (حركة), mereka akan kesulitan memahami ayat di atas. Bagaimana mungkin ada sapi turun dari langit. Bergerak atau berpindah dari atas ke bawah. Sementara kita tahu, lafal ayat di atas jelas menggunakan lafal nuzul (أنزل).

Baca: Download Kitab Kuning PDF Al-Ishobah fi Tamyizis Shahabah (الإصابة فى تمييز الصحابة)

Memahami onta bisa turun dari langit saja tidak mampu, lalu bagaimana Anda mampu memahami makna hakikat nuzul-Nya Allah dalam hadits Rasulullah Saw di atas. Ini bukan kapasitas dan kemampuanmu. Sibuklah dengan ibadah.

Inilah salah satu bentuk pembelaan Imam Ghazali kepada aqidah salaf, yang bukan musyabbihah (menyerupakan Allah dengan yang lain), apalagi mujassimah (menggambarkan Allah dalam bentuk jisim makhluk). Innalillah.

Orang awam harus tetap menanyakan kepada ahlinya. Begitu kesimpulan saya membaca Iljamul Awam Al-Ghazali. Saya hanya iseng menulis terjemah bebas satu halaman saja. Bab awal. Bergizi isinya, tapi capek menulisnya. [dutaislam.or.id/ab]

kitab kuning pdf iljamul awam karya imam al-ghazali

Iklan