Halaman muka Kitab Kailani PDF. Foto: dutaislam.or.id. |
Oleh Firdah Fadilah
Dutaislam.or.id - Ilmu mantiq menjauhkan kita dari kesalahan akal dalam berpikir, sedangkan ilmu gramatika menjauhkan kita dari kesalahan lisan dalam berucap. Lisan yang salah ucap, makna bisa menyimpang. Maka hati-hatilah dalam berfikir karena berpengaruh pada ucapan. Hati- hatilah berucap karena berpengaruh pada arti dan makna.
Kailani adalah syarah atau ulasan dari kitab Matan Tashrif Al-Izzy sebagai salah satu kitab Ilmu Shorof. Kitab ini sangat membantu pemula mempelajari ilmu Shorof. Secara garis besar, kitab ini mengulas empat pasal, yaitu: amtsilah min tashrif hadzihil af'al, mudo'af, mu'tal, mahmuz, dan bina' ism zaman wa al-makan.
Baca: Flashdisk Isi 3000 Lebih Kitab Kuning PDF
Sebelum mengulas empat pasal tersebut penulis mengulas terlebih dahulu definisi tashrif secara etimologi dan terminologi, klasifikasi fi'il, dan wazan fi'il. Kita menjadi tahu bahwa ruang lingkup ilmu Shorof itu hanya fi'il, bukan isim ataupun huruf, sehingga ulasannya hanya seputar fi'il, karena hanya fi'il lah yang selaras dengan definisi tashrif atau shorof.
Penulis menjelaskan bahwa dalam ranah Ilmu Shorof, fi'il terbagi menjadi tsulatsi dan ruba'i, mujarrad dan mazid, salim dan ghairu salim. Jumlah seluruhnya ada delapan, -disertai dengan definisinya masing-masing. Mengulas wazan dan mauzun memang bukan tujuan, tapi fi'il tidak akan terlepas dari keduanya. Jika tidak mengerti wazan dan mauzun, maka akan sulit memahami ulasan selanjutnya dalam Kitab Kailani (PDF) ini.
Wazan berarti timbangan atau pola, sedangkan mauzun berarti yang ditimbangnya (terpola). Dari wazan, kita bisa mengetahui pola sebuah kata Arab yang memiliki makna berbeda-beda. Makna kata bisa berbeda karena polanya juga berbeda. Namun penulis tidak mengulas makna dari pola tersebut satu persatu.
Sub judul yang pertama sesuai dengan nama pasalnya. Di dalamnya terdapat contoh-contoh perubahan suatu kata, dinamakan dengan tashrif istilahi dan tashrif lughawi atau yang kita kenal dengan sebutan nasrif dan ngiyas. Dimulai dengan fi'il madli karena berada dalam urutan pertama dalam tashrif, dan seterusnya, sampai fi'il nahi.
Baca: Toko Online Kitab Makna Pesantren dan Makna Pegon Jawa
Pasal fi'il mudlari' sangat kompleks daripada lainnya, karena banyak hurf yang suka disandingkan dengan fi'il mudlari', seperti awamil jawazim, awamil nawasib, dsb, yang dapat memengaruhi makna. Penyebab lainnya, karena bentuk lain seperti fi'il amar, nahy, isim fa'il dan isim maf'ul terbuat dari fi'il mudlari` yang disertai dengan sedikit perubahan.
Pasal mudlo'af berada pada pasal selanjutnya. Penulis Kitab Kailani mengulas bukan saja pada contoh, tetapi disertai dengan pengertian menurut etimologi dan terminologi, pembagiannya, seluk-beluk sebuah kata, perubahannya seperti apa, dan alasannya kenapa.
========
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab: Syarah Kailani (PDF)
Penulis: Syaikh Abu Al-Hasan Ali bin Hisyam Al-Kailany
Penerbit: -
Tebal: 32 halaman (PDF)
Size total: 2.18 MB
Link download PDF: Kitab Syarah Kailani
========
Kebanyakan orang yang belajar Ilmu Shorof pasti merasa kesulitan dalam mencerna pasal mu'tal, yang diulas pada pasal berikutnya. Mengapa? Karena di dalamnya terdapat perubahan yang sulit diprediksi; harus meng-i'lal terlebih dahulu. Meng-i'lal ada tiga cara; hadzf (membuang), qalb (mengganti huruf), dan naql (memindahkan harkat).
Dilihat dari definisinya, dalam fi'il mu'tal harus ada salah satu huruf illat (alif, wawu, dan ya'), dan letaknya tidak ditentukan. Sehingga fi'il mu'tal berdasarkan letaknya, terbagi menjadi delapan.
Bagi lidah orang Indonesia, mengucapkan huruf illat mungkin tidak ada masalah, tapi bagi orang Arab -sebagai pemilik bahasa,- terasa sulit. Terlebih ketika huruf illat tersebut dihadapkan dengan huruf-huruf yang dianggap sulit bagi orang Arab. Sehingga digantilah melalui satu langkah, dua langkah, atau bahkan ketiganya, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Penjelasan soal ini cukup lengkap ada dalam Kitab Kaailani.
Tingkat kesulitan memahami pasal mahmuz dalam Kitab Kailani, ada di bawah pasal mu'tal, mengingat sebelumnya penulis telah mengulas lengkap. Ada kesamaan teori dengan pasal sebelumnya (mu'tal). Pembaca tinggal mengulang dan mengingat-ingat kembali. Adapun hukum fi'il mahmuz ini seperti fi'il shahih, karena hamzah adalah huruf shahih.
Mengucapkan hamzah selain permulaan kata kebanyakan dengan cara dibuang atau menggantikannya dengan huruf lain, karena mengucapkan hamzah di tengah dan di akhir kata dirasa berat menurut orang Arab.
Baca: Download 400 Lebih Ebook Fiqih Lintas Madzhab Bahasa Indonesia
Selanjutnya, pasal terakhir Kailani hanya terdiri atas satu lembar. Itu artinya kesulitan pembaca tidak perlu dikhawatirkan, karena sedikit teori dalam mengulas isim zaman dan isim makan dari fi'il shahih, mu'tal, mudlo'af dan mahmuz. Sebelum tanbih (pengingat), ada ulasan penulis Kailani mengenai isim alat.
Kelebihan
Segala sesuatu itu pasti ada alasannya, pun demikian dengan saya memilih kitab ini untuk diresensi. Secara kasatmata, kitab ini pembahasannya tipis, padat, dan ringkas tetapi mudah dipahami, mudah didapat dan harganya sangat terjangkau. Selain itu, ada kelebihan lain setelah dianalisis, yaitu:
- Menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga cocok bagi pemula.
- Disertai dengan alasan logis
- Disertai dengan alasan munculnya sebuah kaidah atau teori
- Setiap kaidah atau teori disertai dengan contoh
- Menjadi kitab rujukan adanya karya lain yang menggunakan bahasa arab atau bahasa Indonesia. Seperti buku karya dosen yang disertai dengan mind map sehingga mudah dipahami oleh mahasiswanya.
- Disertai dengan tanbih (pengingat). Salah satu alasannya karena dianggap mudah, sehingga terlupakan. Seperti pada paragraf terakhir sebelum pasal pertama dan pasal terakhir.
- Disertai dengan tambahan yang berhubungan dengan dunia tashrif, seperti terdapat pada pasal terakhir yang membahas mahmuz. Penulis menyantumkan bahwa ketika ada dua hamzah berkumpul, maka hamzah urutan kedua digantikan dengan huruf yang sesuai dengan harakat sebelumnya. Contoh: اإمان – ايمان
Kekurangan
- Pembahasannya merambat, namun masih dalam satu pasal. Seperti membahas isim alat dalam pasal isi zaman dan isim makan,
- Sulit dalam mencari dalil atau teori karena berbentuk natsar,
- Tidak disertai daftar isi, sehingga membutuhkan waktu untuk mencari pembahasan yang diinginkan,
- Tidak ada muqaddimah (kata pengantar atau pendahuluan) sehingga kita tidak mengetahui alasan penulis memberi syarah (ulasan) pada kitab Tashrif Al-Izzy,
- Tidak dicantumkan biodata penulis, sehingga kita tidak mengenal lebih jauh sosok penulis kitab,
- 61,5 persen dari 13 orang hasil survei yang saya lakukan, mereka memilih nadzam dalam mempelajari ilmu alat (Nahwu dan Shorof) dengan alasan yang beragam, salah satu alasannya agar mudah dihapal dengan bisa di masuki nada lagu. Sehingga dapat mengurangi setres yang diasumsikan sebagai ilmu yang sulit dipelajari.
Teori tanpa praktik saja akan percuma dan sia-sia, sebaliknya praktik tanpa teori rasanya akan hampa. Kuncinya sering dilatih dan dipakai, maka lambat-laun lidah akan lihai dan tidak kaku. Seperti pepatah mengatakan "bisa karena terbiasa".
Begitupun dalam mempelajari Kitab Kailani ini, butuh terbiasa agar bisa, seperti yang dilakukan para santri Ponpes Baitul Hikmah yang terkenal dengan ilmu alatnya. Setiap habis Subuh dan Ashar, mereka menyebutnya talaran (menashrif lugawi dan istilahi, dll.). [dutaislam.or.id/ab]
Firdah Fadilah, tinggal di Sukabumi