Iklan

Iklan

,

Iklan

Ihya' Ulumiddin Imam Ghazali (PDF), Kitab Tasawwuf yang Harmoni dengan Fiqih

9 Mei 2020, 19:31 WIB Ter-Updated 2024-08-15T17:24:11Z
Download Ngaji Gus Baha
kitab tasawwuf pdf imam al-ghazali ihya ulumiddin darul fikr dan thoha putra
Cover Kitab Ihya' Ulumiddin cetakan Toha Putra Semarang. Foto: dutaislam.or.id.

Oleh Saikul Huda

Dutaislam.or.id - Banyak orang yang tertipu dengan amal-amal. Karena merasa amalnya sudah banyak, mereka tidak mengetahui seperti apakah amal perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt. kelak. Mereka masih iri, dengki, takabur, sum’ah, mencari popularitas di antara manusia dan lainnya.

Di sisi lain, ada segolongan manusia yang mendalami Ilmu Tasawuf belaka tanpa disertai Ilmu Fiqih, Tafsir, Hadits dan sekian perangkat keilmuan yang lain. Padahal, orang yang hanya belajar tasawuf tanpa fiqih dia dekat dengan kezindikan. Sebaliknya, orang yang hanya belajar fiqih tanpa tasawuf dekat dengan kefasikan.

Pada awal mulanya, Imam Al-Ghazali tidak secara khusus menekuni ilmu Tasawuf, melainkan filsafat, ilmu kalam, fiqih dan ushulul fiqih. Al-Ghazali merupakan murid seorang ulama' bermadzhab Syafi'i, yakni Imam Al-Haramain (Syaikh Abdul Malik bin Abdillah Bin Yusuf Bin Muhammad Bin Abdullah Bin Hayyah Al Juwaini An Naisaburi Imam Al Haramaini Abul Ma'ali | 419-478 H).

Baca: Flashdisk Isi Ribuan Kitab Kuning Jutaan Halaman

Dari beliaulah Al-Ghazali menguasai ilmu fiqih. Bahkan beliau pernah menjadi rektor Universitas terkenal An-Nidzomiyah yang merupakan perguruan tinggi kebanggaan Islam pada masa kejayaan Islam zaman Dinasti Abassiyah di Baghdad, Iraq.

Dengan fasilitas yang serba ada dan tercukupi, Al-Ghazali justru merasakan ada yang kurang. Ia sempat mengalami kekeringan spiritual sehingga memutuskan untuk meninggalkan semua itu dan berkelana sambil mendalami ilmu tasawuf dari para sufi.

Di antaranya ia kemudian mempelajari Kitab Qutul Qulub karya Abu Thalib Al-Makki, kitab-kitab Haris Al-Mahasibi, dan kalam-kalam hikmah dari para sufi, di antaranya juga dari Junaid al Bagdadi, As-Sibli, Abu Yazid al Busthomi dan masih banyak yang lainya.

Al-Ghazali sendiri lahir di Kota Thus, Khurasan pada tahun 450 H., dengan nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al Ghazali. Menurut As-Subki, nisbat Al-Ghazali disandarkan pada ayahnya yang seorang pemintal wol dan dijualnya di Pasar Thus pemintal.

Dalam bahasa Arab, pemintal adalah ghozala, disebutlah Al-Ghazali. Ia wafat pada tahun 505 H, dan dimakamkan di Thus (sekarang Iran). Itulah sekilas mengenai siapa panulis Kitab Ihya’ Ulumuddin yang hingga kini masih dipelajari di banyak perguruan tinggi Islam dan pesantren.

Baca: Toko Online Kitab Kuning Makna Pesantren dan Makna Jawa

Pada dasarnya, Kitab Ihya’ Ulumuddin sangat bermanfaat bagi kaum muslimin untuk dipelajari dalam menata hati, pikiran dan perbuatan, yang pada akhirnya menghasilkan perilaku-perilaku yang balance (seimbang) antara dzahir dan batin.

Meskipun kitab Ihya’ Ulumuddin merupakan kitab yang komplek yang dapat dibuat pegangan dalam meniti spiritualitas. Anehnya, masih banyak kaum muslimin yang belum mengetahui isinya apalagi mempelajari urgensinya.

Lebih dari itu, bahkan ada sekelompok kecil umat Islam yang bersikap ironis sampai melarang membaca Ihya', dengan anggapan bahwa ilmu Tasawuf -seperti dalam Ihya Al-Ghazali,- adalah ilmu yang membuat manusia jumud, tidak berkembang dan merupakan salah satu penyebab kemunduran Islam.

Tentu saja hal ini tidak benar adanya. Justru sebaliknya, kemajuan yang dicapai dalam Ilmu Tasawwuf tidak hanya di dunia, melainkan sampai di akhirat, kelak.

========
IDENTITAS KITAB: 
Judul Kitab: Ihya' Ulumiddin
Penulis: Imam Abu Hamid Al-Ghazali
Penerbit: Darul Fikr, Beirut
Tahun: -
Tebal: 1897 halaman (Jilid 1-4)
Link download PDF:
1. Kitab Ihya' Ulumiddin Imam Al-Ghazali (4 Jilid - Cet Toha Putra)
2. Kitab Ihya' Ulumiddin Imam Al-Ghazali (9 Jilid - Cet Dar Minhaj)
3. Terjemah Kitab Ihya Ulumiddin Jilid 1
4. Terjemah Kitab Ihya' Ulumiddin Imam Al-Ghazali (4 Jilid Lengkap)
========

Bahasa yang digunakan Imam Al-Ghazali dalam empat jilid Kitab Ihya' Ulumiddin sangat mudah dipahami dan sistematis. Setiap juz terdiri atas pembahasan tersendiri, yang meliputi:

Juz pertama (rub'ul ibadat). Seperempat Kitab Ihya' Ulumuddin menerangkan ibadah dan aqidah. Pada kitab Ihya' bagian pertama ini, Al-Ghazali menerangkan rahasia-rahasia adab dan tata cara beribadah beserta sirri atau rahasia-rahasia makna yang terkandung di dalamnya. Tujuannya agar dapat mencapai derajat ikhlas, yang didasarkan atas kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya.

Juz kedua (rub'ul adat). Seperempat kedua Kitab Ihya' Ulumuddin menerangkan adat kebiasaan/interaksi antar sesama, dan bersikap wira’i atau menjaga diri dalam bermasyarakat. Dalam bagian ini Al-Ghazali banyak menjelasakan tata cara makan, minum, menikah, tata cara bekerja yang benar dan kelebihanya. Tiada lain agar umat Islam, dalam bermu'amalah dapat menghasilkan rizeki yang berkah.

Juz ketiga (rub'ul muhlikat). Seperempat lagi kitab Ihya' Ulumuddin menerangkan hal-hal yang dapat merusak amal seseorang, -akhlak tercela yang diperintah oleh Al-Qur'an membersihkannya. Dalam rub'ul muhlikat ini, Ihya' juga menjelasakan sebab-sebab yang memicu munculnya penyakit hati dan cara mengobatinya.

Di antara penyakit-penyakit hati yang dikupas tuntas pada kitab ini adalah afatul lisan (bahaya lisan) seperti berbohong, takabur, ghibah, adu domba, menghina. Tak pula Al-Ghazali juga mengurai detail tentang cinta dunia, cinta jabatan, riya', ujub, marah disertai pula cara pengobatannya dan menjaga diri agar selamat dari semua itu.

Juz keempat (rub'ul munnjiyat). Seperempat kitab Ihya' Ulumuddin lagi, yang terakhir, menerangkan hal-hal yang dapat menyelamatkan manusia -akhlak terpuji. Dalam bagian ini juga diterangkan hal yang dapat menumbuhkan perilaku terpuji dan buah dari perilaku tersebut.

Lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan ihwal taubat dan tatacara agar seseorang beristiqamah dalam bertaubat. Di sini kita dapat mengetahui arti penting syukur,  bagaimana cara bersyukur yang benar.

Selanjutnya, dalam juz keempat Ihya Ulumiddin ini, Al-Ghazali juga menjelaskan bab raja' (harapan) dan khauf (takut) dimana keduanya harus seimbang. Antara harapan dan takut tidak boleh unggul salah satunya. Jika lebih unggul raja', bisa mengakibatkan kepercayaan diri berlebihan, dan apabila lebih unggul khaufnya, maka dapat berimbas pada sikap pesimistis.

Bab faqir, zuhud, tawakal juga dibahas lengkap di bagian Ihya' juz keempat, lalu diakhiri dengan pasal mahabbah atau cinta pada Allah Swt. sebagai puncak ilmu tasawwuf.

Baca: Link Download Kumpulan Kitab Karya Imam Ghazali (كتب الغزالي) PDF

Menariknya, dalam menguatkan argumentasinya di Ihya' Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menampilkan dalil-dalil nash secara sistematis dan berurutan, mulai dari Al-Qur’an, Hadits shahih, dan hadis-hadis yang statusnya di bawah shahih dan hadis dha'if.

Menurut penelitian Al-Iraqi, hadits yang tidak ditemukan asalnya, oleh Imam Al-Ghazali dicantumkan hanya sebagai pendukung dan memperkuat penjelasan berdasar Al-Qur’an maupun hadis shahih, perkataan para sahabat, tabi'in dan pendapat para ulama' lalu diakhiri dengan natijah (kesimpulan) dari penulis.

Az-Zabidi, sebagai pensyarah kitab Ihya' Ulumiddin, dalam Kitab Al-Ithaf Sadatul Muttaqin mengatakan:

"Aku belum pernah melihat semisal kitab-kitab yang dikarang oleh para ahli fiqih yang di dalamnya terkumpul antara dalil naql (Al-Qur'an dan Al-Hadits), ilmu nadzar (pemeriksaan dan dalil yang menguatkannya) pemikiran dan atsar (perkataan para sahabat) seperti dalam Ihya' Al-Ghazali".

Dari ulasan di atas, kita dapat memahami bersama tentang betapa pentingnya ilmu tasawuf. Lebih lebih yang diprakarsai oleh Imam Al-Ghazali, yang berhasil menggabungkan antara fiqih dan tasawuf. Dengan begitu, Al-Ghazali berharap orang yang membaca dan mempelajarinya tidak condong ke salah satunya saja. [dutaislam.or.id/ab]

Saikul Huda, Pondok Pesantren Darus Salam, Pasir Sakti, Lampung Timur

Iklan