Iklan

Iklan

,

Iklan

Kitab Alala Lirboyo (PDF) Mengharmoniskan Adab dan Akhlak Pencari Ilmu

1 Mei 2020, 15:06 WIB Ter-Updated 2024-09-15T21:18:55Z
Download Ngaji Gus Baha
kitab dasar pesantren alala
Cover Kitab Alala Lirboyo PDF. Foto: dutaislam.or.id.

Oleh Lufaefi

Dutaislam.or.id - Ilmu adalah keniscayaan sesuatu yang harus dicari oleh setiap orang Islam. Karena pentingnya ilmu bagi seorang Muslim, Nabi Muhammad Saw. melalui hadisnya mewajibkan orang Islam – baik laki-laki maupun perempuan – untuk menuntut ilmu. “Thalabul ‘ilmi faridhatun ‘ala kulli Muslimin wa Muslimatin”.

Hal itu cukup rasional, karena dengan ilmu, maka aktivitas seorang Muslim, utamanya dalam menjalankan ibadah, akan sesuai dengan apa yang diinginkan Allah melalui syariat-Nya. Sebaliknya, tanpa ilmu, seorang Muslim akan menjalankan ibadah tidak lebih hanya karena menghilangkan kewajiban semata.

Karena pentingnya ilmu, ada banyak ulama yang mengarang kitab-kitab yang bernuansa dorongan bagi orang Muslim untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya dengan dibarengi akhlak yang tinggi pula, seperti Adab al-Alim wa al-Muta’alim karya Hadratusyaikh KH Hasyim Asyari, Ta’lim wa Al-Muta’allim karya Syaikh Al-Zarnuji, Al-‘Ilm fi Al-Islam karya Sami Ahmad Al-Mawsili, dan Kitab Alala yang dicetuskan oleh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. Kitab yang disebutkan terakhir tersebut, merupakan kitab yang dikarang untuk membekali para santri pemula yang berada di pesantren dalam mengarungi ilmu.

Baca: Flashdisk Kitab Kuning Isi Ribuan Judul

Kitab Alala merupakan kitab dasar yang masyhur dikaji dan didiskusikan oleh para santri di pesantren, khususnya bagi santri-santri baru. Kitab tersebut dibuat dengan model nadzaman atau sya'iran sehingga tidak rumit untuk dicerna bagi santri-santri yang baru mengenal dunia kitab pesantren. Lebih-lebih, setiap sya'iran dalam Kitab Alala dilengkapi dengan terjemahan Jawa, sehingga memicu para santri baru untuk mau mengenal lebih dalam kitab tersebut.

Sebagai kitab yang dari awal dikarang untuk kalangan pesantren, Kitab Alala memang berhasil dipelajari di berbagai pesantren. Bukan hanya di pesantren Lirboyo yang menjadi objek awal dipelajarinya kitab Alala, tetapi juga di pesantren-pesantren selainnya, seperti di Pesantren Kempek Cirebon, Pesantren Luwung Ragi Brebes, Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Tegal, dan pesantren-pesantren lain. Bahkan, bukan hanya di pesantren, kitab Alala ini juga dipelajari di kampung-kampung oleh anak-anak yang mendalami ilmu agama di Madrasah Diniyah. Tidak lain, semua itu karena berkah yang dimiliki oleh kitab Alala dengan segudang keistimewaannya. 

Kitab Alala terdiri dari 30 bait legendaris. Dikatakan legendaris karena – sejauh pengalaman penulis dari mulai mengaji di Madrasah Diniyah hingga di Pondok Pesantren – syair-syair kitab ini kerapkali dibacakan secara bersama-sama oleh para santri dengan suara yang kencang di setiap selesai belajar.

Oleh para ustadz, santri-santri diminta untuk melantunkan 30 bait cantik kitab tersebut. Suara nadzaman Alala seperti terus terngiang-ngiang di benak penulis hingga penulis selesai mencari ilmu di pondok pesantren.

Kitab ini memiliki jumlah halaman yang cukup tipis, tidak lebih dari 10 halaman. Benar-benar memang diniatkan atau ditujukan untuk para santri pemula sehingga tidak terlalu terbelit-belit dalam mendalami suatu kitab ala pesantren. Sehingga pula, cukup relevan bagi orang tua yang hendak memesantrenkan anaknya, atau bagi siapapun yang akan membuka lembaga pendidikan pesantren, untuk menjadikan kitab Alala sebagai panduan awal yang meski dipegang oleh para calon santri dan santri pemula.

Meskipun kitab Alala terbilang tipis, namun tidak dengan ilmu yang ada di dalamnya. Kitab ini di dalamnya memuat 30 bait yang setiap baitnya terkandung pelajaran, hikmah dan tuntunan yang terbaik bagi para pejuang ilmu. Setiap baitnya dapat memecut semangat berilmu dan berakhlak bagi siapapun yang mempelajari, mendalami, dan menghayatinya secara baik.

=======
IDENTITAS KITAB:
Nama Kitab : Alala Tanalul Ilma (PDF)
Penulis    : Pesantren Agung Lirboyo Kediri
Penerbit   : Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladih
Tebal      : 8 halaman
Size       : 1 MB
Link Download: 


=======

Kitab ini dinamakan dengan nama Alala yang diambil dari sepotong kata dari bait pertama kitab tersebut, yaitu “Alala Tanalul Ilma”, yang maksudnya adalah “Ingatlah, ilmu tidak akan pernah didapatkan”.

Maksud ilmu tidak akan pernah bisa didapatkan adalah bahwa untuk mendapatkan ilmu seseorang harus mengikuti tuntunan-tuntunannya, sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Alala melalui 30 bait magicnya. Sehingga cukup jelas bahwa kitab ini disusun agar menjadi tuntunan bagi para pencari ilmu supaya bisa mendapatkan ilmu secar baik, bukan saja menjadi pengetahuan, tetapi juga dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Baca: Kitab Kuning Makna Pesantren dan Makna Jenggot

Dalam analisa penulis, secara garis besar, kitab Alala di dalamnya terkandung dua hal penting yang harus dimiliki oleh seorang Muslim [dan Muslimah]. Dua hal tersebut yaitu ilmu dan akhlak. Kitab tipis legendaris ini secara tidak langsung mengisyaratkan kepada kita semua bahwa ilmu dan akhlak merupakan dua hal yang saling berkelindan. Salah satunya tidak bisa dilepaskan dari yang lainnya. Mencoba melepaskan salah satunya, agaknya predikat seseorang dikatakan sebagai Muslim yang sejati sulit untuk didapatkan.

Pada dua bait pertama misalnya berbunyi:

Alala tanalul ilma illa bisittatin # saunbika ‘an majmu’iha bi bayanin (bait ke-1)
Ketahuilah bahwa ilmu tidak akan pernah didapat kecuali dengan enam hal # yang [enam hal itu] akan aku [kata pengarangnya] jelaskan keseluruhannya

Dzuka’in wa hirsin wasthibarin wa bulghatin # wa irsyadi ustadzin wa thulizzamani  (bait ke-2)
[enam hal itu yakni] cerdas, keinginan kuat, sabar, ongkos # bimbingan guru dan lamanya waktu

Dua bait awal yang menjadi pembuka dimulainya penjelasan kitab ini menjadi pelajaran awal bagi para pengkaji kitab Alala, bahwa ilmu itu merupakan sesuatu yang mulia, sempurna dan bernilai tinggi. Ia tidak akan pernah bisa didapatkan hanya dengan lamunan atau berdiam diri. Namun secara garis besar, ia hanya bisa didapatkan dengan cara seseorang memiliki kekuatan yang ekstra dalam hal kemauan, kesabaran, dan semangat yang tinggi untuk meniti jalan ilmu.

Dari 30 bait yang termaktub dalam Kitab Alala ini, ada banyak bait yang secara khusus membahas soal ilmu yang itu menjadi panduan atau keutamaan bagi para pencarinya. Seperti bait ke-5 tentang ilmu menjadi perhiasan bagi pemiliknya; bait ke 7-8 tentang kedudukan pemilik ilmu sebagai orang yang memiliki keutamaan dalam bertakwa dan mudah mendapatkan petunjuk; bait ke-17 tentang abadinya kehidupan seorang yang berilmu, dan juga pada bait-bait lainnya.

Keunikan yang lain yang dimiliki kitab tipis ini bukan hanya membahas soal pentingnya ilmu, tetapi juga urgensi akhlak sebagai hal yang “wajib” dimiliki oleh orang yang menuntut ilmu. Seperti salah satunya tercatat dalam bait ke-14 yang berbunyi:

Ida tamma ‘aqlul mar’i qolla kalamuhu # wa ayqin bihumqil mar’i inkana muktsiron
Jika seseorang akalnya sempurna maka ia sedikit bicara # sedangkan orang yang banyak bicara bagaikan orang gila

Bait di atas menjadi pengingat bagi siapa saja, khususnya bagi pencari ilmu, untuk tidak banyak berbicara akan hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Membicarakan sesuatu yang tidak memiliki faidah bagi kehidupan di akhirat hanyalah perbuatan yang sia-sia. Pencari ilmu harus menyedikitkan bicara, dan lebih memperbanyak belajar, menelaah dan mentadaburi setiap ilmu yang sedang dikajinya.

Dengan begitu, kemanfaatan ilmu akan mudah untuk diraih. Beberapa akhlak yang lain yang dicontohkan dalam kitab Alala adalah mementingkan guru daripada orang tua (hlm. 5), menjauhi buruk sangka (hlm. 6), tidak membarengi orang yang jelak akhlaknya (hlm. 7), dan lain-lainnya.

Baca: Download Ribuan Judul Buku Keislaman Gratis

Sebagai sebuah karya manusia, Kitab Alala bukanlah kitab yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Kekurangan kitab ini diantaranya; tidak menyebutkan siapa pengarangnya [hanya menyebut nama Pesantren Lirboyo] dan tidak adanya penjabaran makna lebih mendalam pada setiap baitnya.

Dalam tradisi pesantren, mengirimkan hadiah Al-Fatihah untuk pengarang kitab adalah sebuah tradisi yang baik. Jika dalam kitab ini tidak disebut siapa penyusunnya, akan menyulitkan pengkaji kitab Alala untuk kepada siapa seharusnya Al-Fatihah dikirim ketika akan mengkaji kitab Alala. Sedangkan penjelasan yang terlalu simpel membuat pembaca sedikit kesulitan memahami filosofi setiap bait Kitab Alala.

Ala kulli hal, kitab Alala adalah kitab dasar bagi siapa saja yang akan mulai melewati tangga ilmu. Mempelajari kitab ini akan membentuk pribadi seorang santri untuk menyeimbangkan ilmu dan akhlak dalam proses belajar dan setelah mendapatkan ilmunya.

Karena harmonisasi antar keduanya merupakan  harga mati yang harus dimiliki seorang Muslim, sehingga perjalanan mencari ilmu dapat menghasilkan pelajar yang cerdas sekaligus berakhlak, di mana keduanya merupakan tonggak bagi kemajuan peradaban bangsa dan agama. Wallahu a’lam. [dutaislam.or.id/ab]

Lufaefi, tinggal di Brebes

Iklan