Iklan

Iklan

,

Iklan

Kitab Aqidatut Tauhid (PDF) Memudahkan Memahami Aqa'id 50 (Seket)

13 Mei 2020, 19:17 WIB Ter-Updated 2024-09-17T16:33:53Z
Download Ngaji Gus Baha
karangan kh hasan genggong dalam bahasa madura download pdf
Cover kitab Nadham Aqidatut Tauhid KH. Hasan Genggong. Foto: dutaislam.or.id.

Oleh A. Saepul Munir

Dutaislam.or.id - Kitab Aqidah At-Tauhid merupakan kitab tentang kajian dasar-dasar Ilmu Tauhid dengan bentuk mandzumah (kalam nadzam). Kitab ini menjelaskan sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah Swt dan para Rasul (alaihumus sholatu wassalam) yang berjumlah 50 sifat.

Yakni 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan satu sifat jaiz bagi Allah ditambah dengan empat sifat wajib, empat sifat mustahil dan satu sifat jaiz bagi para Rasul (alaihumus sholatu wassalam) yang terkandung dalam dua kalimat syahadat (Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah), sebagaimana yang terdapat dalam bait nadzam urutan ke-42, yaitu:

جُمْلَتُهَا خَمْسُوْنَ وَهْيَ جُمِعَتْ # عَلَى الشَّهَادَتَيْنِ فَافْهَمْ مَاثَبَتْ

Artinya:
"Seluruhnya berjumlah lima puluh aqidah, terkandung dalam dua kalimah syahadah".

Kitab Aqidah At-Tauhid (PDF) disusun oleh Hadratussyaikh al-Arif Billah KH. Muhammad Hasan bin Syamsuddin bin Qoyiduddin Al Qodiri Al Hasani (qaddasallahu sirrahu) yang lebih dikenal dengan panggilan Kiai Hasan Genggong. Beliau adalah khalifah kedua Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo Jawa Timur.

Baca: Flashdisk Kitab Kuning PDF Ribuan Judul.

Kitab Aqidah at Tauhid  secara keseluruhan memuat sebanyak 75 bait nadzam dengan menggunakan bahar rojaz. Bahar Rajaz adalah salah satu bentuk syair yang konstruksi syairnya mengikuti pola;

مُسْتَفْعِلٌ - مُسْتَفْعِلٌ - مُسْتَفْعِلٌ     مُسْتَفْعِلٌ - مُسْتَفْعِلٌ - مُسْتَفْعِلٌ  

Yang istimewa dalam kitab Aqidah at Tauhid adalah redaksinya yang menggunakan kalam nadzam. Hal ini akan mempermudah bagi siapa saja yang mempelajarinya untuk menghapalkan semua isi kitab. Mengapa? kalam nadzam lebih mudah untuk dihapalkan dibandingkan dengan redaksi kitab yang menggunakan kalam natsar.

Karena itulah, tidak aneh jika banyak para ulama yang menyusun kitab dalam bentuk mandzumah, seperti kitab Al Imrithy (Ilmu Nahwu), Alfiyyah ibn Malik (Ilmu Nahwu), Al Maqshud (Ilmu Shorof), Zubad (Ilmu Fiqh), Aqidatul Awwam (Ilmu Tauhid), Tashil at Turuqot (Ilmu Ushul Fiqh) dan masih banyak lagi.

Kiai Hasan Genggong memulai kitab ini (bait nadzam ke-1 sampai 6) dengan bacaan basmalah, hamdalah dan shalawat atas Rasulullah Saw, keluarganya dan para sahabat (radiaallahu ‘anhum).

Selanjutnya pada bait nadzam yang ke-7 beliau memberi nama kitab ini dengan nama Aqidah at Tauhid.

وَهَذِهِ مَنْظُوْمَةٌ سَمَّيْتُهَا # عَقِيْدَةَ التَّوْحِيْدِ قَدْ رَجَزْتُهَا

Artinya:
"Kitab ini berupa mandzumah bahar Rajaz, aqidah at Tauhid adalah namanya".

Pada bait nadzam ke-8 sampai 10, Kiai Hasan Genggong menjelaskan bahwa kewajiban pertama bagi orang mukallaf (baligh dan berakal) adalah mengetahui Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Baca: Toko Online Kitab Kuning Makna Pesantren

Yang dimaksud dengan mengetahui Allah dan Rasul-Nya adalah mengetahui, mengakui dan menyakini kebenarannya tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya.

Istilah wajib -begitu pula mustahil dan jaiz- dalam pembahasan ini merupakan bagian dari hukum aqli. Jika dikatakan Allah wajib mempunyai sifat wujud, artinya menurut akal yang sehat, wujudnya Allah adalah sesuatu yang harus diterima. Hal ini berbeda dengan istilah wajib dalam hukum syariat seperti ungkapan "mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim".

========
IDENTITAS KITAB: 
Judul Kitab: Aqidatut Tauhid
Penulis: KH. Muhammad Hasan Genggong (1840-1955)
Penerbit: -
Tahun: -
Tebal: 10 halaman (PDF)
Space: 5 MB
Link download PDF: Kitab Aqidatut Tauhid KH Hasan Genggong
========

Pada bait ke-11 sampai dengan 30, Kiai Hasan Genggong baru mulai menjelaskan mengenai sifat wajib Allah yang berjumlah 20 sifat (wujud, qidam, baqo', mukhalafah lil hawadits, qiyamuhu binnafsihi, wahdaniyah, qudrat, irodah, ilmu, hayat, sama’, bahsar, kalam, kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu aliman, kaunuhu hayyan, kaunuhu sami'an, kaunuhu bashiran, kaunuhu muttakaliman).

Sifat mustahil bagi Allah yaitu kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah, dan yang terakhir adalah sifat jaiz bagi Allah, yaitu fi'lu kulli mumkinin au tarkuhu (melakukan seluruh hal yang mungkin atau meninggalkannya).

Keseluruhan sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20 itu dijelaskan oleh Kiai Hasan Genggong dengan bahasa jelas, singkat dan sarat akan makna. Contohnya ketika beliau menjelaskan sifat wujud; wujud Allah tidak terikat oleh ruang, waktu maupun jihah (arah; atas, bawah, depan, belakang, dsb.) karena wujud Allah sebelum adanya ruang, waktu dan jihah sebagaimana yang terdapat pada bait nadzam ke-11dan 12.

وُجُوْدُ رَبِّيْ اللهُ أَوَّلُ الصِّفَاتْ # ِبلَا زَمَانٍ وَمَكَانٍ وَجِهَاتْ
فَاِنَّهُ قَدْ كَانَ قَبْلَ الْأَزْمِنَةْ # وَسَائِرِ الْجِهَاتِ ثُمَّ الْاَمْكِنَةْ

Namun ketika menjelaskan sifat mustahil bagi Allah Swt, Kiai Hasan Genggong hanya menggunakan kata "أَضْدَادُهَا" (kebalikan dari sifat-sifat wajib).  Hal ini tentunya akan menjadi masalah tersendiri bagi para pelajar pemula yang masih buta tentang nama sifat-sifat mustahil bagi Allah. Penggunaan kata "أَضْدَادُهَا" juga akan kita jumpai ketika Kiai Hasan Genggong menjelaskan tentang sifat mustahil bagi para Rasul.

Selanjutnya, Kiai Hasan Genggong pada bait nadzam yang ke-31 sampai 36 beliau menjelaskan sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz bagi para Rasul. Sifat wajib bagi para Rasul berjumlah empat, yaitu: shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathanah (cerdas).

Baca: Ihya' Ulumiddin Imam Ghazali (PDF), Kitab Tasawwuf yang Harmoni dengan Fiqih

Begitu juga sifat mustahil bagi para Rasul berjumlah empat yaitu kidzib (pembohong), khianat (tidak dapat dipercaya), kitman (menyembunyikan) dan baladah (bodoh). Sementara sifat jaiz bagi para Rasul adalah al a'radlul basyariah (sifat kemanusiaan), sebagaimana manusia yang lainnya.

Kitab Aqidah at Tauhid selain menjelaskan sifat-sifat yang berkaitan dengan Allah dan Rasul-Nya juga membahas mengenai kejadian-kejadian ghaib yang harus diakui dan diyakini kebenarannya oleh setiap orang muslim. Di antaranya adalah iman kepada hari akhir, hari kebangkitan, neraca amal, neraka, surga, shirath (jembatan) dan sebagainya.

Penjelasan mengenai kejadian-kejadian ghaib tersebut dibahas lengkap dengan bahasa yang jelas, singkat dan padat. Contohnya ketika Kiai Hasan menjelaskan kondisi manusia ketika di yaumil hisab (hari perhitungan amal); ada yang berat hisabnya, ada juga yang ringan hisabnya, bahkan ada juga yang tidak dihisab sama sekali.

ثُمَّ الْحِسَابُ بَعْضُهُمْ قَدْ نُوْقِشَا # وَشُدِّدَتْ أُمُوْرُهُ فَدَهِشَا
وَبَعْضُهُمْ حِسَابُهُ يَهُوْنُ # وَبَعْضُهُمْ أَحَقُّ مَا يَكُوْنُ
وَبَعْضُهُمْ مَنْ لَاحِسَابَ أَصْلًا # وَمَثَّلُوْا عُكَاشَةَ السَّائِلَا

Yang paling menarik bagi penulis adalah bait nadzam yang terakhir dalam kitab ini.

تَارِيْخُهَا فِى عَامِ غَشْلَوٍ اَتَى # وَبَيْتُهَا فِى عَجَبٍ قَدْ ثَبَتَا

Kiai Hasan Genggong menjelaskan keterangan tahun penulisan dan jumlah bait nadzam kitab ini dengan menggunakan konsep perhitungan abajadun, konsep perhitungan yang sudah mulai dilupakan oleh kalangan santri.

Hal ini juga memberikan indikasi bahwa Kiai Hasan Genggong sangat ahli dalam bidang sastra Arab. Kitab ini disusun pada tahun 1336 H yang diungkapkan beliau dengan kata “غَشْلَوٍ”, sementara jumlah bait nadzam kitab Aqidah at Tauhid diungkapkan dengan kata “عَجَبٍ” yang artinya 75.

Untuk memudahkan memahaminya penulis sertakan tabel konsep perhitungan abajadun sebagai berikut:

rumus menghitung abajadun dalam arab pegon jawa
Rumus hitung Abajadun dalam Bahasa Arab. Foto: dutaislam.or.id.

Yang unik dari kitab Aqidah at Tauhid ini, kitab ini sudah diberi makna gandhul dengan bahasa Madura yang merupakan bahasa sehari-hari di lingkungan kediaman Kiai Hasan Genggong.

Kitab Aqidah at Tauhid ini sangat cocok untuk dipelajari oleh para pemula dalam memahami dasar-dasar ilmu Tauhid, terlebih bagi anak-anak akan mudah untuk menghapalnya karena bentuknya yang berupa nadzaman. [dutaislam.or.id/ab]

A. Saepul Munir, tinggal di Subang

Iklan