Iklan

Iklan

,

Iklan

Kitab Jawahirul Adab (PDF), Cara Santri Mendapatkan Ilmu Manfaat

13 Mei 2020, 19:58 WIB Ter-Updated 2024-08-06T20:16:53Z
Download Ngaji Gus Baha
pdf kitab jawahirul adab download cara agar santri berkah ilmu
Cover Kitab Jawahirul Adab fi Khuluqith Thullab (PDF). Foto: dutaislam.or.id.

Oleh Mohammad Thoriq Miftahuddin

Dutaislam.or.id - Sangat disayangkan dewasa ini, seiring kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), seharusnya mampu mendorong penuntut ilmu menuju pada kebaikan-kebaikan. Namun faktanya justru menyeret dan merampas jati diri akhlak kepada suatu hal buruk.

Seorang murid atau siswa mulai luntur akhlaknya, serta kehilangan adab. Mereka berani membentak, memukul, dan bahkan ada yang lebih parah yakni membunuh gurunya. Peristiwa tersebut sudah terlampau jauh melewati batas kewajaran untuk menyebutnya sebagai seorang murid, hingga berani membunuh orang tua ketiga atau gurunya.

Baca: Flashdisk Kitab Kuning PDF Ribuan Judul Jutaan Halaman

Berangkat dari permasalahan ini, kitab karangan Al Fadhil Al Allamah Kiai Nawawi Bulumanis, Juwana, Pati, Jawa Tengah, -yang telah diterjemahkan oleh kiai Muhammad Zubairi Ibnu Zein asal Paras, Gempal, Muncar,- dapat menjadi cambuk sekaligus sebagai alternatif untuk menemukan kembali permata adab dan akhlak yang hilang pada diri seorang pencari ilmu karena ditelan zaman.

Kiai Zubairi yang piawai memberi makna di setiap bait karya kiai Nawawi, tentu saja bisa memudahkan pembaca terutama asatidz (para guru) atau thullab (para peserta didik) yang akan mempelajari kitab ini.

Meskipun terjemahan dari beliau (Kiai Zubairi) menggunakan Bahasa Jawa, tapi hal itu tiada lain adalah untuk mempermudah mereka yang mempelajari, khususnya santri Jawa. Bagi mereka pembaca yang tak memiliki latar belakang atau mengerti bahasa Jawa Kromo, akan sulit membaca.

Tetapi hal itu bukanlah suatu alasan yang serius bagi pembaca yang sungguh-sungguh ingin mengambil serta memahami pelajaran yang tertulis dalam kitab ini, khususnya di bidang akhlak dan adab.

Acapkali kita dengar dari pemuka agama bahwa seseorang yang memiliki bekal tatakrama (adab dan akhlak) yang matang, tingkah lakunya benar-benar manusia, bukan hewan tak berakal, yang memiliki tingkah laku sewenang-wenang. Persis pelajaran yang tertulis di dalam bait pertama kitab Kiai Nawawi (hlm. 1)

حمدا لمن علمنا خير الأداب # به تميزنا عن البهائم

(Hamdan liman allamanaa khaira al adaab - bihi tamayyaznaa ‘ani al bahaaim)

Kiai Nawawi memaparkan seluruh pelajaran di dalam Kitab Jawahirul Adab dalam bentuk nadhom (bait-bait) secara ringkas padat. Bait-bait tersebut terdiri dari tiga puluh enam bait dengan bermacam-macam pelajaran tentang akhlak dan adab. Ditambah satu bait sebagai penutup. Total ada tigapuluh tujuh bait.

Umumnya adab dan akhlak merupakan unsur penting yang tidak bisa tidak (harus) diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat oleh siswa atau murid atau santri.

========
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab: Jawahirul Adab Fi Khuluq At-Thullab
Penulis: Kiai Muhammad Zubairi Ibnu Zein
Penerbit: Al Ihsan Offset, Surabaya
Tahun: -
Tebal: 10 halaman (PDF)
Space: 5.98 MB
Link download PDF: Jawahirul Adab Fi Khuluq At-Thullab
========

Maka dari itu, sesungguhnya bentuk dari Kitab Jawahirul Adab ini yang berwujud bait-bait menyimpan sebuah nilai besar. Yaitu bertujuan supaya seluruh isi kitab mudah dihapal, kemudian senantiasa diingat-ingat dan diamalkan dalam aktivitas sehari-hari.

Pada setiap bait kitab ini, mufradat (kosakata) yang dipilih tergolong tidaklah sulit meski untuk murid atau santri yang masih tahap awal dalam belajar. Diharapkan, seseorang yang mempelajari Kitab Jawahirul Adab ini, akan langsung bisa memahami sekaligus mempraktikkan pelajarannya dengan mudah.

Dalam bait ke-4 hingga ke-15, penulis menyisipkan keterangan tentang anjuran dan perintah mengagungkan guru dan ahlinya, kitab-kitab yang dipelajari, hingga cara bergaul dan pentingnya mencari teman atau sahabat yang baik.

Tujuannya tiada lain adalah agar pembaca yang sedang dalam thalabul ilmi (mencari ilmu), akan memperoleh ilmu yang manis dan mahal harganya, artinya ilmu yang bermanfaat dan penuh barakah dari Allah Swt., sang pemilik pengetahuan hakiki.

Dalam bait ke-16 dan 17, Kiai Nawawi juga mewanti-wanti (mengingatkan) kepada pencari ilmu agar mereka selalu dalam keadaan suci ketika belajar serta rajin mengulang-ulang pelajaran di waktu-waktu yang terbaik, yaitu sebelum Shalat Subuh atau waktu Sahur.

Kepada thullab (santri atau pencari ilmu) juga dianjurkan agar tetap merawat rasa semangat dan memiliki stok rasa sabar yang lebih, kendati seseorang yang berilmu (alim) adalah calon seorang yang akan memiliki derajat tinggi. Mereka harus melewati beberapa cobaan, ibarat menaiki tangga demi tangga yang akan mengantarkannya kepada keberhasilan belajar.

Selain hal di atas, pencari ilmu tentunya harus menyertai usahanya secara terus-menerus dengan berdoa di waktu-waktu pilihan. Seperti yang tertulis di bait ke-17, yakni setelah shalat fardhu.

Kitab Jawahirul Adab ini juga memberikan dorongan kepada santri agar terus melanggengkan membaca Al-Qur’an. Sebab, Al-Qur’an, selain menjadi pedoman bagi umat muslim juga merupakan sumber dari segala ilmu. Membaca selawat kepada Nabi Muhammad Saw. juga penting sebagai kunci supaya diberi kemudahan dalam segala urusan, termasuk belajar.

Pada bait ke-20 hingga ke-26, Kiai Nawawi menjelaskan pelajaran tentang sifat-sifat yang harus dijauhi oleh seorang santri, misalnya; sifat ujub, riya’, pamer, serakah, iri, dan mencintai dunia.

Baca: Kitab Aqidatut Tauhid (PDF) Memudahkan Memahami Aqa'id 50 (Seket)

Bait selanjutnya sampai terakhir ialah menerangkan tentang pentingnya sebuah niat. Seyogyanya bagi pencari ilmu, sebelum berangkat atau akan memulai belajar, harus berniat sebenar-benarnya hanya karena Allah untuk mendapatkan ridha-Nya.

Kiai Nawawi juga menjelaskan menu hidangan tentang paling utamanya ilmu yang harus disantap atau dipelajari lebih dulu oleh penuntut ilmu, yakni ilmu tentang mengetahui hukum-hukum Allah (ilmu tauhid), kemudian ilmu yang membahas tentang rukun-rukun shalat (ilmu fikih), baru setelah itu, ilmu-ilmu lain, seperti ilmu membersihkan hati, di mana setelah mempelajarinya seorang santri akan merasa betah dan senang hatinya ketika melakukan amal-amal baik.

Bagaimanapun anjuran-anjuran di dalam kitab Jawahirul Adab yang ditulis Kiai Nawawi ini sudah sepatutnya mendapat perhatian khusus dari para pendidik atau ustadz, serta penting untuk diajarkan kepada peserta didik atau santri. Sehingga, dengan begitu, karakter akhlak dan adab yang baik sejak dini.

Bukankah mendapat sebuah pengetahuan itu mudah jika pencari ilmu belajar secara tekun? Namun tanpa ridha seorang guru, sepertinya ilmu tersebut muskil menjadi ilmu yang manfaat dan barakah. [dutaislam.or.id/ab]

Mohammad Thoriq Miftahuddin, santri Pesantren Al-Bidayah
dan mahasiswa IAIN Tulungagung

Iklan