Cover Kitab Madza fi Sya'ban PDF karya Sayyid Muhammad. Foto: dutaislam.or.id. |
Oleh A. Saepul Munir
Dutaislam.or.id - Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari kalender hijriyah, termasuk salah satu bulan yang memiliki kemulian. Bahkan Nabi Muhammad Saw menisbatkan dirinya pada bulan tersebut, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ad Dailami, "Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah Bulannya Allah Swt. Sya'ban adalah mensucikan, sementara Ramadhan adalah menghapuskan/menutupi (dosa/kesalahan)". Kata Sya'ban secara etimologi bahasa arab memiliki arti bercabang, kenapa dinamakan Bulan Sya’ban? Karena dari sanalah bercabang kebaikan yang banyak sekali.
Mayoritas muslim di Indonesia melakukan berbagai ritual/kegiatan keagamaan pada bulan ini, baik yang dilakukan secara individu maupun bersama-sama; seperti melaksanakan puasa sunnah Bulan Sya’ban, membaca istighfar Bulan Sya’ban, menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan melaksanakan shalat sunnah muthlaq/tasbih di masjid, membaca surat Yasin sebanyak tiga kali dengan maksud dan tujuan tertentu, dan sebagainya.
Namun dalam faktanya ternyata ada sebagian kelompok muslim yang menghukumi bahwa apa yang yang dilaksanakan oleh mayoritas muslim di Indonesia itu termasuk dalam kategori bid’ah yang jelek bahkan sampai dihukumi dengan syirik. Baca: Flashdisk Kitab Kuning PDF Ribuan Judul.
Kitab Ma Dza Fii Sya’ban (Ada apa di bulan Sya’ban?) merupakan salah satu kitab buah karya dari seorang ulama populer, yakni Dr. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani. Kitab ini berusaha mengcounter klaim sepihak dari kelompok muslim yang menganggap bid'ah bahkan syirik kegiatan/rutinitas yang dilakukan oleh mayoritas muslim yang secara spesifik dilaksanakan pada Bulan Sya’ban.
Beliau melakukan pembelaan bahwa ritual/kegiatan yang dilaksanakan oleh mayoritas muslim di Bulan Sya’ban itu memiliki dasar hukum dengan memberikan penjelasan yang sangat logis serta mengemukakan dalilnya, baik dari Al Qur'an maupun dari Hadits Nabi Muhammad Saw., dan beberapa pandangan ulama terkemuka mengenai hal tersebut. Kitab ini memiliki karakter yang sama dengan salah satu kitab karangan beliau, yakni Kitab Mafahim Yajibu An Tushohhah.
Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani menjelaskan, meskipun sebagian dari kegiatan/ritual keagamaan yang dilaksanakan pada bulan sya’ban ini hanya berlandaskan kepada hadits yang kualitasnya adalah dha'if (lemah), tetapi sudah menjadi konsensus ulama ahli hadits dan ulama fiqh bahwa mengamalkan hadits dha'if untuk fadhoilul amal (keutamaan beramal), bukan untuk penetapan sebuah hukum, adalah diperbolehkan. Dalam hal ini beliau mengutip beberapa pendapat dari ulama, diantaranya adalah Al Hafidz Ibnu Rajab, Imam Ibnu Hajar Al Haitami, dan Izzudin bin Abdi Salam.
=========
IDENTITAS KITAB:
Nama Kitab : Ma Dza Fi Sya'ban?
Penulis : Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani
Penerbit : -
Tebal :152 Halaman
Size : -
Link Download PDF: Kitab Ma Dza Fi Sya'ban
=========
Meskipun demikian, Dr. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani tetap selektif dalam menetapkan hadits dhoif (lemah) yang bisa ditolerir dan yang tidak bisa ditolerir. Dalam kitab ini beliau menjelaskan beberapa hadits bathil yang harus ditolak dan tidak boleh diamalkan, diantaranya hadits tentang pelaksanaan shalat pada malam Nishfu Sya'ban sebanyak 100 rakaat dengan membaca surat Al Ikhlas 11 kali di setiap rakaatnya. Dalam hal ini beliau mengutip beberapa pendapat ulama', diantaranya adalah Imam Baihaqi, Ibnu Al Jauzi dan Al Hafidz Al ‘Iraqi.
Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani juga menjelaskan kontroversi para ulama' dalam mekanisme menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, dengan mengemukakan dalil/alasan dari kedua belah pihak. Kemudian mentarjih (menganggap unggul) salah satu dari dua pendapat yang berbeda tersebut.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa permasalahan yang masih menuai kontroversi ketika dipublish ke khalayak umum dengan hanya mengemukakan satu pendapat saja dan mengesampingkan pendapat yang lain dianggap sebagai pembodohan publik yang harus dihindari dan dihilangkan dalam tradisi ilmiah, karena hal itu akan memberikan pemahaman yang salah kepada publik. Masyarakat umum akan menganggap bahwa permasalahan ini tidak terjadi kontroversi dan yang berbeda dengan yang dikemukakan adalah hal yang tidak bisa diterima.
Baca: Download Semua Karya Sayyid Muhammad Al-Maliki
Yang menarik dalam kitab ini, Dr. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani ketika menjelaskan malam Nishfu Sya'ban beliau mengutip pendapat Ibnu Taimiyah yang notabene panutan dari kelompok muslim yang menganggap bahwa beberapa kegiatan/ritual yang dilaksanakan oleh mayoritas muslim sebagai hal yang bid'ah, bahkan syirik.
Hal ini sebagaimana yang beliau lakukan dalam salah satu karyanya yakni Kitab Mafahim Yajibu an Tushohhah ketika beliau menjelaskan bahaya dari takfir (menghukumi kafir orang lain) yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengaku pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan mengutip langsung pernyataan penolakan dari Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ini merupakan strategi dan cara yang jitu dalam mengcounter kelompok yang berbeda pendapat.
Kegiatan populer yang biasa dilaksanakan oleh orang-orang muslim pada malam Nishfu Sya'ban, terutama kaum nahdliyin adalah membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali, dengan niat bacaan, pertama, agar diberikan umur panjang serta memperoleh taufiq untuk melaksanakan taat kepada Allah Swt. Bacaan kedua diniatkan agar terhindar dari segala macam bahaya dan diluaskan rizqinya, dan bacaan ketiga agar mendapatkan kebesaran hati serta mati dalam keadaaan husnul khotimah.
Baca: Toko Online Kitab Kuning Makna Pesantren
Hal ini juga dikupas tuntas oleh beliau Dr. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani dengan membantah klaim sepihak dari kelompok muslim yang menyatakan bahwa itu merupakan hal yang bathil. Beliau menjelaskan bahwa membaca Surat Yasin atau apapun dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan berharap tujuan tertentu termasuk dalam kategori attawasul (memohon perantara) kepada Allah Swt. dengan amal yang baik.
Semua ulama sepakat bahwa bertawasul dengan amal yang baik merupakan hal yang disyariatkan oleh agama, sebagaimana hadits Rasulullah Saw tentang tiga orang yang terjebak di dalam gua. Lebih lanjut beliau menjelaskan beberapa hadits mengenai pelaksanaan sholat dengan tujuan tertentu seperti sholat istikharah (agar diberikan pilihan yang terbaik), shalat taubat, shalat hajat (agar terkabul harapannya), membaca Surat Al-Waqi'ah agar diberi rizki yang luas, membaca ayat terakhir surat Al-Baqarah agar mendapatkan perlindungan, dan sebagainya.
Disamping yang telah dijelaskan di atas, Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al Maliki Al Makki Al Hasani dalam kitab ini menjelaskan keutamaan dan keistimewaan Bulan Sya'ban, yaitu: bulan terjadinya tahwilul qiblat (peralihan kiblat) dari Masjidil Aqsho ke Ka’bah, bulan diangkatnya catatan amal manusia selama satu tahun, bulan diturunkannya ayat perintah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, dan bulan Al-Qur’an.
Beliau juga menjelaskan keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur’an, sholawat, istighfar, tahlil dan berdoa di Bulan Sya’ban serta beberapa redaksinya yang beliau kutip dari hadits dan para ulama. Terutama doa yang biasa dipanjatkan pada malam Nishfu Sya’ban. Ada banyak sekali redaksi doa yang beliau jelaskan dalam kitab, di antaranya; doa Nabi Adam As, doa Syekh Abdul Qodir Al Jailani, dan doa Imam Al Haddad. [dutaislam.or.id/ab]
A. Saepul Munir, tinggal di Subang