Iklan

Iklan

,

Iklan

Kitab Manhaj Dzawin Nadzhar (PDF) dan Ketawadhu'an Syaikh Mahfudz Tremas

14 Sep 2020, 18:42 WIB Ter-Updated 2024-09-19T00:50:50Z
Download Ngaji Gus Baha
pdf kitab manhaj dzawin nadhar syaikh mahfudz tremas

Oleh Zidan Syahrul Akbar

Dutaislam.or.id - Hadist sangat penting untuk dipahami, dikarenakan hadist merupakan hujjah tertinggi setelah Al-Qur'an. Dalam memahami hadist terdapat dua pembahasan yang berbeda, yakni  ilmu hadist yang membahas periwayatan (ilmu hadist riwayah) dan ilmu hadist yang membahas kualitas hadistnya (ilmu hadist dirayah).

Pembahasan ilmu hadist dirayah dinilai sangat sulit, sebab pembahasannya menentukan diterima (maqbul) atau ditolak (mardud)nya suatu hadist. Oleh karena itu, orang yang menilai tentunya harus memahami hadist dari sisi matan, sanad, dan perawinya. Al-Hafidz Imam As-Suyuthi salah satu contoh ulama’ yang ahli di bidang hadist dan ilmu hadist, bahkan  beberapa fan ilmu lainya.

Karya Ibnul Kutub (sebutan As-Suyuthi) yang sangat populer di bidang ilmu hadist ialah kitab Nadhmud Duror yang dikenal dengan sebutan Alfiyah As-Suyuthi. Kitab ini ditulis dalam bentuk nadzam, sehingga perlu adanya kitab yang mensyarahinya agar mudah dipahami. Dalam konteks inilah Syarah Syaikh Mahfuzh (pengarang Manhaj Dzawin Nadzhar) atas kitab tersebut diakui oleh banyak kalangan sebagai yang terbaik dalam memahami pola pikir As-Suyuthi.

Syaikh Muhammad Mahfuzh bin Abdullah bin Abdul Mannan bin Diman Dipomenggolo At-Tarmasi Al-Jawi menamai Kitab Syarah Alfiyah As-Suyuthi dengan sebutan Manhaj Dzawin Nadzhar bi Syarhi Manzhumah Ilmil Atsar yang oleh beliau disingkat dengan sebutan Manhaj Dzawin Nadhzar saja.

Beliau mengawali penulisan kitabnya dengan ucapan syukur kepada Allah, shalawat kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat, dan para tabi’in. Beliau juga menyebutkan bahwa dalam menyarahi, ia berlandaskan pada tiga sumber utama yakni, Muqaddimah Ibn Shalah karya Ibn Shalah, Nuzhah Al-Nazhar Syarah Nukhbat Al-Fikr fi Mustholah Ahli Atsr karya Ibn Hajar al-Atsqalani, serta Tadribur Rawi fi Syarhit Taqrib karya As-Suyuthi.

Keautentikan Manhaj Dzawin Nadzhar ini terbukti setelah beliau juga menyebutkan sanadnya dalam meriwayatkan Alfiyah hingga sambung kepada pengarang aslinya. Beliau dapat sanad dari dua jalan gurunya, yaitu Syaikh Muhammad Syatha Al-Makky dan Syaikh Muhammad Amin ibn Ahmad Al-Madini. Hal ini disampaikan lengkap dalam kitab beliau setelah menyampaikan khutbah dalam muqaddimahnya.

Terdapat 81 cabang pembahasan pada kitab ini. Beliau menjelaskan ulang beberapa cabang yang sudah dikelompokkan oleh As-Suyuthi menjadi satu tentang Al-Gharib wal Gharib wa Al-Mustafizh wal Mutawatir dengan pembahasan yang terpisah, supaya lebih dapat dipahami lagi. Akan tetapi dalam menyarahi, Syaikh Mahfudz masih tetap menggunakan metode klasik, yaitu memberikan syarah terhadap nadham kata per kata bahkan huruf per huruf. Mungkin, tujuan beliau ingin pembaca bisa lebih memahami makna per kata setiap nadzam, namun terkadang malah sulit di pahami karena kurang bisa menyimpulkan dikarenakan pembahasannya  melebar.

Adapun sistematika pembahasan yang dipakai Syaikh Makhfudz dalam menulis kitab Manhaj Dzawin Nadzar sangat argumentatif. Beliau mengutip ayat Al-Qur'an sebagai penguat. Contohnya ketika Syaikh Mahfudz mensyarahi kata As-Shahabah

نوع "معرفة الصحابة" : (و هم) اى الصحابة رضي الله تعالى عنهم (عدول كلهم) سواء من لابس الفتن وغيرهم (لا يشتبه) لقوله تعالى _-- وكذالك جعلناكم امة وسط_ الاية : اى عدولا.

Contoh diatas sebagai bukti bahwa Syaikh Mahfudz menggunakan potongan ayat Al-Qur'an وكذالك جعلناكم امة وسط untuk memperkuat syarahnya (hlm: 266).

Beliau juga mengutip beberapa hadist sebagai penguat atau digunakan sebagai contoh. Contohnya ketika beliau menjelaskan masalah Riwayah Al-Aqran. Yaitu ketika menyarahi bait وفي الصحاب اربع في سند. Syaikh Mahfudz menulis:

قال الترمسى : (و) جد (في الصحاب اربع) يروي بعضهم عن بعض (في سند) لمتن واحد : كحديث الزهري عن السا ئب بن يزيد عن حويطب بن عبد العزى عن عبدالله بن السعدي عن عمر بن الخطاب مرفوعا " ما جاءك الله به من هذا المال من غير اشراف ولا سؤال فخذه, وما لا, فلا تتبعه نفسك "

Dalam syarahnya, Syaikh Mahfudz menuliskan hadist dengan sanadnya sebagai penjelasan dari masalah Riwayah Al-Aqran (hlm: 287). Ketika mengutip hadist, adakalanya ditakhrij dengan sanad dan nilai hadist, adakalanya juga tanpa ditakhrij dan tanpa disebutkan sanadnya. Contoh salah satunya seperti syarahnya pada نوع اداب طالب الحديث terdapat hadist yang tidak disebutkan sanadnya قال الترمسي : "كفى بالمرء كذبا ان يحدث بكل ما سمع" (hlm: 229).

Dalam kitab ini ada indikasi kuat Syaikh Mahfudz merupakan sosok yang tawadlu' kepada guru-gurunya. Beliau menyarahi kitabnya dengan banyak mengutip pendapat ulama’. Terkadang ia melakukannya untuk tarjih atau hanya sebagai pembanding. Tarjih yang dilakukan beliau tidak menggunakan perkataan yang jelas, seperti perkataan الارجح عندي (yang unggul menurutku) atau الظاهر لي (yang jelas menurutku), akan tetapi menggunakan وصححه فلان (yang dibenarkan fulan) atau واختار فلان (yang dipilih fulan). Hal ini menjadi bukti ketawadlu'an beliau.

=======
IDENTITAS KITAB
Nama Kitab  : Manhaj Dzawin Nadzhar bi Syarhi Manzhumah Ilmil Atsar
Penulis    : Syaikh Muhammad Mahfuzh bin Abdullah bin Abdul Mannan bin Diman Dipomenggolo At-Tarmasi Al-Jawi
Tahqiq    : -
Penerbit  : Daar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut Libanon
Tahun : 2003
Tebal    : 378 halaman
Zise    : 8,91 MB
Link Download PDF : Kitab Manhaj Dzawin Nadzhar
=======

Aspek Kebahasaan juga sangat diperhatikan oleh Syaikh Mahfudz. Sebab menurutnya, syarah yang dapat diterima adalah syarah yang didasarkan pada landasan-landasan kebahasaan. Seperti dalam segi nahwu و هذه الفية تحكى ادرر # منظومة ضمنتها علم الاثلر  قوله (ﻣﻨﻈﻮﻣﺔ) ﺑﺎﻟﺮﻓﻊ ﻧﻌﺖ ﻟﻸﻟﻔﻴﺔ أو ﺑﺎﻟﻨﺼﺐ ﺣﺎل ﻣﻦ ﺿﻤﻴﺮ "ﺗﺤﻜﻲ. Atau dalam segi hurufnya seperti huruf اما yang terdapat dalam ﻧﻮع اﻟﺤﺪﻳﺚ اﻟﻤﻘﻠﻮب : اﻟﻘﻠﺐ ﻓﻲ اﻟﻤﺘﻦ وﻓﻲ اﻹﺳﻨﺎد ﻗﺮ #  إﻣﺎ بابدال الذي به اﺷﺘـﻬﺮ beliau mengatakan bahwa imma pada lafadz tersebut merupakan huruf tafshil (mempunyai makna tafshil). Dalam istilah Nahwu para ulama menyebut imma tafshiliyyah (hlm: 101).

Seperti yang dilakukan As-Suyuthi, Syaikh mahfudz dalam kitab ini seakan-akan membuka peluang kepada para pembaca untuk menyarahi kitabnya. Beliau terkadang dalam menyebutkan perkataan ulama' tidak menyebutkan secara jelas, akan tetapi hanya sebutan panggilannya seperti imamuna atau kata indana yang ditujukan kepada Imam Syafi’i, atau hanya pada kitabnya seperti قال فى الكافية , قال في الملحة dll.

Terkadang beliau menisbatkan dengan perkataan yang sangat umum, yakni قال بعضهم. Hal ini terkadang tidak bisa diketahui secara sepintas, akan tetapi harus ada penelitian lebih lanjut, sehingga dapat mengerti siapa yang dimaksudkan dalam perkataan-perkataan tersebut.

Di akhir penulisan Kitab Manhaj Dzawin Nadzhar ini disebutkan lengkap informasi mengenai kronologi kitab. Seperti ditulis pada tahun 1328 H awal bulan Dzulhijjah dan selesai pada saat Asharnya hari Jum'at, tanggal 14 Rabi'ul awal tahun 1329 H. Jadi beliau menulis kitab ini dalam 4 bulan 14 hari di kota Makkah.

Syaikh Mahfudz menemukan bait-bait Alfiyah As-Suyuthi ini hanya berjumlah 980 bait, sehingga ia menulis 20 bait yang dinadhamkan, dengan peletakan yang tidak kumpul. Seperti 14 bait pada نوع المعل lalu 1 bait pada نوع اداب طالب الحديث ditambah 4 bait pada اسباب الحديث dan 1 bait pada انواع عشرة من الاسماء والكنى. Kemudian beliau mengakhiri pembahasannya dengan shalawat dan doa.

Dari pembahasan yang kami paparkan dan jelaskan mengenai Kitab Manhaj Dzawin Nadzhar yang dikarang oleh Syaikh Mahfudz mengindikasikan bahwa kitab ini sangat layak untuk dijadikan referensi dalam memahami ilmu hadist. Isinya sangat argumentatif, yang dilengkapi dengan Al-Qur'an, hadist dan pendapat-pendapat ulama' -sebagai penguat pendapat Syaikh Mahfudz. Dilengkapi juga dengan aspek kebahasaan yang tinggi meliputi Nahwu, Shorof dan hurufnya.

Meskipun ada beberapa kekurangan yang ditemukan, semisal ada  beberapa kata yang masih butuh penjelasan atau metodenya yang masih klasik, hal itu tidak menjadikan kitab ini dianggap kurang lengkap atau kurang relevan. Kitab ini dikarang oleh syaikh karismatik dari Nusantara, yang menjadi syaikh di Haramain hingga akhir hayatnya dan sudah tidak diragukan kealimannya. [dutaislam.or.id/ab]

Keterangan:
Resensi ini disertakan dalam Lomba Menulis Resensi Kitab Kuning Periode II tahun 2020, kerjasama Unisnu Jepara dan Duta Islam.

Zidan Syahrul Akbar, tinggal di Rejodadi, Panceng, Gresik

Iklan