Cover Kitab Minhajul Muta'allim PDF. Foto: dutaislam.or.id. |
Oleh Faiq Aminuddin
Dutaislam.or.id - Ilmu dalam bahasa Arab terdiri dari huruf 'ain, lam dan mim. Dalam kitab Minhajul Muta'llim, Imam Al-Ghazali menguraikan pengertian ilmu menurut ahli hikmah; huruf 'Ain merupakan turunan dari 'illiyin sehinga ahli ilmu dapat memperoleh derajat yang tinggi. Adapun huruf lam merupakan turunan dari luthf sehingga ahli ilmu dapat memperoleh kelembutan. Sedangkan mim merupakan turunan dari mulk sehingga ahli ilmu dapat menjadi 'raja'. Dan dengan berkah 'ain, Allah memberi ahli ilmu kemuliaan, dengan berkah lam, Allah memberi kelembutan, dan dengan berkah mim, Allah memberi ahli ilmu kecintaan (disukai orang).
Menurut Imam Ghazali, kebutuhan kita pada ilmu seperti kebutuhan tubuh kita pada makanan dan minuman. Ilmu merupakan asupan bagi kehidupan hati kita.
Kitab Minhajul Muta'aalim merupakan karya Imam Ghazali yang khusus membahas tentang ilmu, Muallim (pengajar) dan muta'allim (pelajar). Pada bagian akhir kitab ini beliau berpesan bahwa risalah atau kitab ini perlu dibaca para pencari ilmu sehingga mereka dapat mengetahui kemuliaan ilmu dan kebahagiaan yang akan diperoleh oleh ahli ilmu baik dunia maupun di akhirat. Dengan pengetahuan tentang ilmu, diharapkan para pencari ilmu dapat lebih termotivasi, lebih sabar atas segala kerepotan saat mencari ilmu dengan niat dan cara yang benar. (hlm: 97)
Kitab yang terdiri atas 3 bab tentang ilmu ini dicetak dan diterbitkan kembali oleh Darut Taqwa (Suriah) pada tahun 2010. Pada terbitan tahun 2010 (cetakan pertama) ini diawali pengantar dari muhaqiq (peneliti) dan biografi muallif, keterangan tentang naskah serta catatan kaki yang kadang sangat panjang.
Pada bagian biografi disebutkan bahwa nama dan nasab muallif adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Beliau dinisbatkan dengan beberapa sebuta: at-thusi, as-syafi'i dan al-ghazali. Beliau juga mempunyai banyak sebutan, seperti syaikh imam bahr, hujjatul islam dan zainul 'abidin. Beliau lahir pada tahun 450 H di desa Thus dan wafat pada tahun 505 H.
Dalam pengantar kitab ini, Imam Ghazali menyatakan bahwa kitab ini merupakan kumpulan point-point penting dan hal-hal yang dapat memotivasi pengembangan ilmu. Setelah memberi pengantar singkat, Imam Ghazali mengawali bab pertama dengan menyajikan beberapa ayat Al-Quran tentang keutamaan ilmu, dalil dan keterangan tenang kewajiban mencari ilmu.
Imam Ghazali menegaskan bahwa kita wajib (fardlu) mencari ilmu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang wajib kita lakukan seperti ilmu yang berhubungan dengan ma'rifatullah (mengenal Allah), shalat, zakat, puasa dan haji, halal-haram, dan lain sebagainya. Adapun mempelajari ilmu sihr, menurut imam Ghazali, hukumnya haram.
=======
IDENTITAS KITAB:
Nama Kitab : Minhajul Muta'allim
Penulis : Imam Al-Ghazali
ISBN : 978-9933-9034-73
Muhaqiq : Ahmad Inayah
Penerbit : Darut Taqwa
Tahun : 2010 M / 1431 (cetakan I)
Tebal : 102 halaman
Ukuran kertas : 209 x 292 mm
Ukuran file : 2,1 MB
Link Download PDF:
=======
Adapun pada bab kedua Imam Ghazali menguraikan tentang pengajar (mu'allim) yaitu pembahasan tentang sifat-sifat dan kewajiban muallim, muru'ah dan ikram, pendidikan (ta'dib), keikhlasan, amal dan ilmu, tanda-tanda pengajar yang shalih, sempit dan kikir ilmu dan lain-lain.
Sedangkan pada bab ketiga diisi dengan uraian tentang muta'allim (pelajar) yang antara lain meliputi uraian tentang kewajiban bapak, pendidikan Al-Qur'an dan berbicara yang baik, adab yang tidak boleh ditinggalkan, kewajiban pelajar, ketaatan dan tawadlu' (rendah hati), mendahulukan hak pengajar (mu'allim) daripada hak kedua orangtua, penghormatan (ta'dzim) pada kitab, guru, dan putra-putri guru, doa untuk mu'allim, pembersihan diri, keikhlasan, dan pakaian.
Pada bagian akhir ada pasal yang berisi nasehat-nasehat dan sebagaimana kitab kuning pada umumnya, bagian paling akhir adalah daftar isi (fihris).
Pentingnya Mengamalkan Ilmu
Di samping menyebutkan beberapa dalil tentang keutamaan ilmu, dalam kitab ini Imam Al-Ghazali juga mengingatkan tentang pentingnya 'amal, salah satunya dengan menyajikan hadist Nabi yang menyatakan bahwa ilmu yang sedikit akan bermanfaat bila bersama dengan amal, sedangkan amal yang banyak tidak akan bermanfaat bila dilakukan dengan kebodohan. Redaksi lengkap, versi, periwayat serta sumber hadits ini dapat kita lihat dalam catatan kaki yang ditambahkan oleh Ahmad Inayah sebagai penahqiq kitab.(hlm: 39)
Menurut Imam Al-Ghazali, ilmu merupakan salah satu pembeda antara manusia dan hewan. Maka kita harus jadi orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu. Betapa mulia kedudukan ilmu sehingga Nabi Saw. memerintah kita untuk menjadi 1. 'alim, atau 2. mut'alliman (pelajar), atau 3. pendengar, atau 4. cinta pada ulama' (ahli ilmu). Nabi melarang kita menjadi kelompok ke-5 (bukan 'alim, pelajar, pendengar, dan bukan juga sekedar penggemar). (hlm:40)
Bagi setan, tidak ada yang lebih dahsyat daripada orang alim yang berbicara atau diam berdasarkan ilmu. Bahkan menurut iblis, diamnya orang alim lebih dahsyat dari pada pembicaraannya. (hlm. 48)
Pentingnya Niat
Niat merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh Imam Ghazali, termasuk niat yang berhubungan dengan ilmu. Hal ini tidak hanya disampaikan dalam kitab Minhajul Muta'allim tapi juga pada kitab-kitab lain. Misalnya pada Kitab Bidayatul Hidayah yang merupakan kitab fiqih, Imam Ghazali juga mengingatkan bahwa bila kita mencari ilmu dengan niat yang salah, maka kita termasuk orang yang sedang merobohkan agama.
Begitu juga dengan pengajar yang membantu pelajar yang seperti itu dianggap sebagai orang yang sedang menuntun ke neraka. Adapun pada Kitab Minhajul Muta'allim, dalam bab kedua, Imam Ghazali menyebutkan bahwa pengajar atau guru, dalam mengajar, wajib niat memberi petunjuk bagi para hamba Allah ke arah kebaikan. (hlm: 70)
Beberapa tanda pengajar yang baik (shalih dan nashih) bagi Imam Ghazali antara lain tidak berharap atau thama' kepada makhluk karena malu kepada sang Khaliq dan tawadlu'.
Adapun tentang keikhlasan niat bagi pelajar dijelaskan Imam Ghazali di dalam bab ketiga. Menurut Imam Ghazali, pelajar, dalam menimba ilmu, wajib berniat untuk memperoleh keridaaan Allah, kehidupan akhirat, menghilangkan kebodohan, menghidupkan agama, mempertahankan Islam, syukur atas akal dan kesehatan badan.
Pada bagian akhir Imam Ghazali memberikan beberapa tips hikmah pada pasal An-Nasha'ih yang antara lain berisi:
Kitab ini sangat penting dibaca, dipahami dan diamalkan oleh para civitas akademika. Walau tidak setebal Ihya' Ulumuddin, kitab ini lumayan detail bahkan menjelaskan hal-hal teknis cara belajar dan jenis makanan yang cocok untuk mendukung proses belajar. [dutaislam.or.id/ab]
Keterangan:
Resensi ini disertakan dalam Lomba Menulis Resensi Kitab Kuning Periode II tahun 2020, kerjasama Unisnu Jepara dan Duta Islam.
Adapun pada bab kedua Imam Ghazali menguraikan tentang pengajar (mu'allim) yaitu pembahasan tentang sifat-sifat dan kewajiban muallim, muru'ah dan ikram, pendidikan (ta'dib), keikhlasan, amal dan ilmu, tanda-tanda pengajar yang shalih, sempit dan kikir ilmu dan lain-lain.
Sedangkan pada bab ketiga diisi dengan uraian tentang muta'allim (pelajar) yang antara lain meliputi uraian tentang kewajiban bapak, pendidikan Al-Qur'an dan berbicara yang baik, adab yang tidak boleh ditinggalkan, kewajiban pelajar, ketaatan dan tawadlu' (rendah hati), mendahulukan hak pengajar (mu'allim) daripada hak kedua orangtua, penghormatan (ta'dzim) pada kitab, guru, dan putra-putri guru, doa untuk mu'allim, pembersihan diri, keikhlasan, dan pakaian.
Pada bagian akhir ada pasal yang berisi nasehat-nasehat dan sebagaimana kitab kuning pada umumnya, bagian paling akhir adalah daftar isi (fihris).
Pentingnya Mengamalkan Ilmu
Di samping menyebutkan beberapa dalil tentang keutamaan ilmu, dalam kitab ini Imam Al-Ghazali juga mengingatkan tentang pentingnya 'amal, salah satunya dengan menyajikan hadist Nabi yang menyatakan bahwa ilmu yang sedikit akan bermanfaat bila bersama dengan amal, sedangkan amal yang banyak tidak akan bermanfaat bila dilakukan dengan kebodohan. Redaksi lengkap, versi, periwayat serta sumber hadits ini dapat kita lihat dalam catatan kaki yang ditambahkan oleh Ahmad Inayah sebagai penahqiq kitab.(hlm: 39)
Menurut Imam Al-Ghazali, ilmu merupakan salah satu pembeda antara manusia dan hewan. Maka kita harus jadi orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu. Betapa mulia kedudukan ilmu sehingga Nabi Saw. memerintah kita untuk menjadi 1. 'alim, atau 2. mut'alliman (pelajar), atau 3. pendengar, atau 4. cinta pada ulama' (ahli ilmu). Nabi melarang kita menjadi kelompok ke-5 (bukan 'alim, pelajar, pendengar, dan bukan juga sekedar penggemar). (hlm:40)
Bagi setan, tidak ada yang lebih dahsyat daripada orang alim yang berbicara atau diam berdasarkan ilmu. Bahkan menurut iblis, diamnya orang alim lebih dahsyat dari pada pembicaraannya. (hlm. 48)
Pentingnya Niat
Niat merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh Imam Ghazali, termasuk niat yang berhubungan dengan ilmu. Hal ini tidak hanya disampaikan dalam kitab Minhajul Muta'allim tapi juga pada kitab-kitab lain. Misalnya pada Kitab Bidayatul Hidayah yang merupakan kitab fiqih, Imam Ghazali juga mengingatkan bahwa bila kita mencari ilmu dengan niat yang salah, maka kita termasuk orang yang sedang merobohkan agama.
Begitu juga dengan pengajar yang membantu pelajar yang seperti itu dianggap sebagai orang yang sedang menuntun ke neraka. Adapun pada Kitab Minhajul Muta'allim, dalam bab kedua, Imam Ghazali menyebutkan bahwa pengajar atau guru, dalam mengajar, wajib niat memberi petunjuk bagi para hamba Allah ke arah kebaikan. (hlm: 70)
Beberapa tanda pengajar yang baik (shalih dan nashih) bagi Imam Ghazali antara lain tidak berharap atau thama' kepada makhluk karena malu kepada sang Khaliq dan tawadlu'.
Adapun tentang keikhlasan niat bagi pelajar dijelaskan Imam Ghazali di dalam bab ketiga. Menurut Imam Ghazali, pelajar, dalam menimba ilmu, wajib berniat untuk memperoleh keridaaan Allah, kehidupan akhirat, menghilangkan kebodohan, menghidupkan agama, mempertahankan Islam, syukur atas akal dan kesehatan badan.
Pada bagian akhir Imam Ghazali memberikan beberapa tips hikmah pada pasal An-Nasha'ih yang antara lain berisi:
- Empat hal yang dapat menambah cahaya mata (nurul 'ain); yakni melihat mushaf, melihat wajah kedua orangtua, melihat Ka'bah, melihat wajah ulama',
- Empat hal yang dapat menerangi hati; yakni membaca surat Al-Ikhash, sedikit makan, duduk bersama ulama', memperbanyak shalat malam, makan tumbuh-tumbuhan (An-Nabatat Al-Ma`kulat).
- Jika Anda ingin melakukan sesuatu, pertama-pertama ingatlah bahwa Allah Allah Swt. selalu hadir dan melihat kita. Oleh karena itu, jika hal yang ingin kita lalukan itu baik, maka lakukanlah dengan khusyu' dan khudlu'. Akan tetapi, jika hal yang ingin kita lakukan itu tidak baik, maka tinggalkan keinginan itu karena takut pada murka dan siksa Allah Swt.
Kitab ini sangat penting dibaca, dipahami dan diamalkan oleh para civitas akademika. Walau tidak setebal Ihya' Ulumuddin, kitab ini lumayan detail bahkan menjelaskan hal-hal teknis cara belajar dan jenis makanan yang cocok untuk mendukung proses belajar. [dutaislam.or.id/ab]
Keterangan:
Resensi ini disertakan dalam Lomba Menulis Resensi Kitab Kuning Periode II tahun 2020, kerjasama Unisnu Jepara dan Duta Islam.
Faiq Aminuddin, pelayan pelajar Irsyaduth Thullab Tedunan, Wedung, Demak