Iklan

Iklan

,

Iklan

6 Konsep Ilmu Menurut Quraish Shihab

Duta Islam #07
27 Des 2020, 06:40 WIB Ter-Updated 2024-08-17T20:54:05Z
Download Ngaji Gus Baha

alim terhadap ilmu
Quraish shihab ilmu. Foto: istimewa

Dutaislam.or.id -
Kata 'Alim ( عالم ) terambil dari akar kata 'ilm ( علم ) yang menurut pakar-pakar bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf 'ain, lam, dan mim dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Perhatikan misalnya kata-kata 'alamah (alamat) yang berarti tanda yang jelas bagi sesuatu atau nama jalan yang mengantar seseorang menuju tujuan yang pasti. 'Ilmu demikian juga halnya, kata ini diartikan sebagai suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu objek. Allah swt. dinamai 'Alim ( عالم ) atau 'Alim karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap bagi-Nya hal-hal yang sekecil apa pun.


Dalam Al-Qur'an ditemukan banyak sekali ayat-ayat yang menggunakan akar kata yang sama dengan al-'Alim. Kata 'Alim dalam Al-Qur'an ditemukan sebanyak 166 kali. Di samping itu terdapat pula sekian banyak kata 'Alim yang menunjuk kepada Allah swt., sebagaimana banyak juga yang menunjuk-Nya dengan menggunakan redaksi A'lam ( أَعلم = lebih mengetahui ). Banyaknya ayat serta beraneka ragamnya bentuk yang digunakan itu, menunjukkan betapa luas dan banyak ilmu Allah swt. Ilmu-Nya mencakup seluruh wujud, ( وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ) "ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu" (QS. al-An'am: 80). 


Baca: Alam Semesta dalam Perspektif Al-Qur'an


Segala aktivitas lahir dan batin manusia diketahui-Nya (QS. Ghafir: 19), jangankan yang rahasia, yang lebih tersembunyi dari rahasia yakni hal-hal yang telah dilupakan oleh manusia dan yang berada di bawah sadarnya pun diketahui oleh Allah swt. ( وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى  ) "Jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia (mengetahuinya serta) mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi dari rahasia" (QS. Thaha: 7). Di samping itu, Dia pun telah mengetahui apa pun yang terjadi, sebelum terjadinya (QS. al-Hadid: 22). Pengetahuan semua makhluk bersumber dari pengetahuan-Nya (QS. al-Baqarah: 255). Allah "mengajar dengan qalam," yakni mengajar manusia melalui upaya mereka dan mengajar apa yang mereka tidak diketahui, tanpa usaha mereka, tetapi langsung sebagai curahan rahmat-Nya. Begitu informasinya dalam Al-Qur'an.


Manusia tentu saja dapat meraih ilmu berkat bantuan Allah, bahkan istilah 'alim pun dibenarkan Al-Qur'an untuk disandang manusia (QS. adz-Dzariyat: 28), tetapi betapapun dalam dan luasnya ilmu manusia terdapat sekian perbedaan antara ilmunya dan ilmu Allah.


Pertama, dalam hal objek pengetahuan, Allah mengetahui segala sesuatu, manusia tidak mungkin dapat mendekati pengetahuan Allah. Pengetahuan mereka hanya sebagian kecil dari setetes samudera ilmu-Nya ( وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ) " Tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS. al-Isra': 85).


Kedua, kejelasan pengetahuan manusia tidak mungkin dapat mencapai kejelasan ilmu Allah. Penyaksian manusia yang paling jelas terhadap sesuatu, hanya bagaikan melihatnya di balik tabir yang halus, tidak dapat menembus objek yang disaksikan sampai ke batas terakhir.


Ketiga, ilmu Allah bukan hasil dari sesuatu, tetapi sesuatu itulah yang merupakan hasil dari ilmu-Nya, sedang ilmu manusia dihasilkan dari adanya sesuatu. Untuk hal yang ketiga ini, Al-Ghazali memberi contoh dengan pengetahuan pemain catur dan pengetahuan pencipta permainan catur. Sang Pencipta adalah penyebab adanya catur, sedang keberadaan catur adalah sebab pengetahuan pemain. Pengetahuan pencipta mendahului pengetahuan pemain, sedang pengetahuan pemain diperoleh jauh sesudah pengetahuan pencipta catur. Demikianlah ilmu Allah dan ilmu manusia.


Keempat, ilmu Allah tidak berubah dengan perubahan objek yang diketahui-Nya. Itu berarti tidak ada kebetulan di sisi Allah, karena pengetahuan-Nya tentang apa yang akan terjadi, dan saat kejadiannya sama saja di sisi-Nya.


Kelima, Allah mengetahui tanpa alat sedang ilmu manusia diraihnya dengan panca indra, akal, dan hatinya, yang semuanya didahului oleh ketidaktahuan (QS. an-Nahl: 78).


Keenam, ilmu Allah kekal, tidak hilang dan tidak pula dilupakan-Nya (QS. Maryam: 64). Demikian, wa Allah A'lam. [dutaislam.or.id/ka]


Sumber:

Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 17-18, ditulis oleh  M. Quraish Shihab 


Iklan