Makam Mbah Kiai Santri, Pecangaan Wetan, Pecangaan, Jepara. Foto: dutaislam.or.id. |
Dutaislam.or.id - Selain Mbah Sentono dan Mbah Salafulllah (samping pohon Kemuning yang berbau wangi), di Pecangaan Wetan, Kecamatan Pecangaan, Jepara, terdapat makam leluhur yang oleh warga sekitar disebut sebagai Makam Mbah Kiai Santri.
Letak makamnya hanya berjarak ratusan meter dari Makam Mbah Sentono dan Nyai Mutmainnah, dan berdekatan dengan mushalla warga Dukuh Karangsambung, Pecangaan Wetan. Saat tim Pemburu Makam ziarah ke sana pada Rabu, 30 Desember 2020, makam sudah dibangun baik sejak dua tahun terakhir.
Baca: Cerita Mbah Suko Dimakamkan di Raguklampitan, Batealit, Jepara
Rofi'i disebut-sebut sebagai warga desa yang memiliki perhatian serius membangun makam. Sebelum dibangun, makam Mbah Kiai Santri ditumbuhi pohon rimbun Sonokeling tanpa atap, hingga terkesan tak tarawat.
Untuk membangun makam, akhirnya, pohon itu dibeli oleh pengusaha asal Korea senilai Rp. 54 juta. Hasil menjual pohon Sonokeling itulah yang kemudian digunakan sebagai biaya awal membangun makam yang lokasinya sekarang berada di tanah milik H. Rusdi (alm).
Disebut Kiai Santri karena pemilik makam merupakan sosok waliyullah yang sangat mencintai para pencari ilmu, alias santri. Mbah H. Zuhri, juru kunci makam menyatakan, saat ada santri balik lagi ke pondok, mereka biasanya wasilah ke Mbah Kiai Santri, agar ilmunya berkah dan bermanfaat.
Diceritakan, pernah ada orang yang tiba-tiba terpental jauh ke luar area makam setelah ziarah. Rupanya, dia tidak berwasilah, tapi nelik meminta nomor. Innalillah. Mbah Kiai Santri dikenal sangat tidak ridla bila ada yang berbuat maksiat. Peristiwa ini terjadi berkali-kali.
Tidak banyak yang mengetahui siapa sosok Kiai Santri sebenarnya. Menurut istri Mbah Zuhri, Maslikah, beliau asal Cirebon dan dulu makamnya ada di seberang kali di daerah Karangrandu, Pecangaan, Jepara.
Baca: Makam Mbah Modin Klipo Mindahan
Mbah Kiai Santri tiba-tiba pindah ke tanah milik H. Rusdi karena saat di Karangrandu, banyak orang yang -entah sengaja atau tidak- berak di atas atap genteng makam. Karena itulah, Mbah Kiai Santri tidak menginingkan bila makamnya dibangun dengan atap, saat sudah pindah ke Pecangaan Wetan. Demikian menurut keterangan juru kunci, H. Zuhri.
Menurut cerita turun-temurun yang diterima Asymawi dan Maslikah, warga setempat, perpindahan makam Mbah Kiai Santri -dari Karangrandu ke Pecangaan Wetan- mengikuti aliran sungai, dan konon terdorong oleh ikan.
Tim Pemburu makam belum berhasil melacak silsilahnya karena harus bertemu dulu dengan Kiai Murtaqib, Pulodarat, yang saat itu belum bisa ditemui. [dutaislam.or.id/ab]