Iklan

Iklan

,

Iklan

Bersikap Keras Kepala Akan Seperti Abu Jahal

Duta Islam #07
5 Jan 2021, 00:35 WIB Ter-Updated 2024-08-17T20:55:26Z
Download Ngaji Gus Baha
jangan sombong dan egois
Jangan keras kepala. Foto: istimewa


Dutaislam.or.id - Kata 'anid merupakan mashdar dari kata 'anada (عند), berakar dari huruf-huruf 'ain, nun, dan dal, yang mengandung arti mengetahui kebenaran namun menolaknya, melawan kebenaran dengan sadar, atau berpegang teguh pada pendapatnya dan berkeras kepala.


Kata 'anid terulang di dalam Al-Qur'an sebanyak empat kali, yakni (QS. Hud: 59), (QS.Ibrahim: 15), (QS. Qaf: 24), dan (QS. Al-Muddatstsir: 16). Ayat-ayat yang disebut pertama dan keempat, kata 'anid/'anidan (عنيد \ عنيدا) menunjukkan arti menentang, sedangkan ayat-ayat yang disebut kedua dan ketiga menunjukkan arti keras kepala. Jadi, seseorang yang bersikap menentang atau keras kepala dinamai 'anid (عاند) dan mu'anid (معاند).

 

Al-Maraghi menjelaskan bahwa makna kata 'anid yang terdapat di dalam (QS. Hud: 59), adalah bahwa Allah telah menimpakan siksaan kepada kaum 'Ad karena ingkar kepada ayat-ayat Tuhan (Allah) dan hujah-hujah-Nya. Bahkan, mereka tidak patuh kepada rasul-rasul-Nya yang telah Allah utus untuk mengajak kepada tauhid dan mengikuti perintah-Nya. Kaum 'Ad itu, sekalipun hanya bermaksiat kepada seorang rasul, namun kemaksiatan mereka kepada seseorang mengandung arti kemaksiatan kepada seluruh manusia.


Baca: Sejarah Kaum Add (عاد) Menurut Ahli Tafsir Al-Qur'an


Hamka berpendapat bahwa kata 'anidan (عنيدا) berarti menentang. Pengertian yang demikian ini terdapat di dalam (QS. Al-Muddatstsir: 16). Menurutnya kata 'anidan sama dengan kata 'inad (عناد), yakni termasuk satu cabang kufur yang jahat. Kafir itu ada tiga macam/ yaitu (1) kafir inkar, artinya tidak mau terima, lahir batin, mulut tidak terima, dan hatipun tidak terima, (2) kafir nifaq, artinya hati tidak terima tetapi mulut pura-pura terima, dan (3) kafir 'inad, artinya hati telah menerima, tetapi mulut masih berkeras dan bertahan, tidak mau menerima. Segala alasannya telah patah, tempat tegak telah goyang, tetapi demi menjaga kedudukan atau gengsi maka ditolaknya juga kebenaran yang ada, itulah yang dimaksud dengan 'anid (عنيد).


Menurut Ath-Thabari bahwa ayat di atas berbicara tentang seorang tokoh musyrikin di Mekah yang bernama Al-Walid ibnu Al-Mughirah. Ia telah tertarik untuk memeluk Islam disebabkan kekagumannya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an, tetapi ia dijumpai oleh Abu Jahal yang datang merayu guna menghalangi maksud Al-Walid untuk memeluk Islam. Dialog antara kedua tokoh penentang Islam tersebut, sebagai berikut. 


Abu Jahal berkata, "Hai paman! Sesungguhnya kaummu akan mengumpulkan harta kekayaan untuk diberikan kepadamu dengan maksud agar Engkau mengganggu Muhammad". 


Al-Walid berkata, "Bukankah (kaumku) suku Quraisy telah mengetahui bahwa aku adalah seorang yang terkaya di antara mereka?". Jadi untuk apa mereka mengumpulkan harta untukku? Selanjutnya 


Abu Jahal berkata "Kalau demikian ucapkan suatu perkataan yang menunjukkan bahwa Engkau ingkar dan tidak menyetujui apa (Al-Qur'an) yang disampaikan oleh Muhammad!" 


Al-Walid berkata "Apa yang harus aku katakan. Demi Tuhan, tidak seorangpun di antara kalian yang lebih mengetahui syair-syair, prosa, dan puisi daripada yang aku ketahui. Demi Tuhan, apa yang disampaikan oleh Muhammad tidak serupa dengan semua itu. Demi Tuhan, ucapannya manis, bagus dan indah, gemilang dan cemerlang. Ucapannya tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Kesemuanya yang telah aku ketahui lebih rendah daripadanya." 


Abu Jahal berkata, "Kaummu tidak akan rela terhadapmu sampai Engkau mengucapkan sesuatu yang tidak mendukung Muhammad saw. 


Al-Walid berkata, "Kalau demikian biarkan aku berpikir dahulu. (Al-Walid berpikir sampai akhirnya dia berketetapan untuk menyatakan), "Sesungguhnya yang disampaikan Muhammad adalah sihir yang tidak dimiliki kemampuan semacam itu oleh orang lain."


M. Quraish Shihab menegaskan bahwa peristiwa di atas merupakan sebab turun Ayat-ayat 11-30 (QS. Al-Muddatstsir), yang keseluruhan isinya berbicara tentang Al-Walid dari dua sisi. Sisi pertama adalah pembicaraan Al-Qur'an tentang aneka ragam anugerah yang diberikan kepada tokoh tersebut, baik berupa harta yang melimpah, putra-putra yang berkedudukan tinggi, dan kemudahan-kemudahan yang tidak terbatas. Sisi kedua adalah ancaman akibat ulahnya mengingkari sesuatu yang telah diketahui kebenarannya, menanti tekanan kaumnya atau mengikuti dorongan ambisinya mendapat kedudukan dan harta yang lebih banyak. Jadi, Al-Walid, Abu Jahal, dan lain-lain adalah orang-orang yang paling mengetahui bahkan menikmati keindahan susunan redaksi Al-Qur'an, tetapi mereka tidak dapat menangkap makna di balik susunan tersebut. Itu berarti, apa yang dialami oleh Al-Walid merupakan kafir 'inad, yakni kekafiran di dalam arti mengingkari, bahkan menentang walaupun telah mengetahui kebenarannya.


Baca: Mengenal Perbuatan Manusia dengan Amal Shalih Menurut Al-Qur'an


Kata 'anid dipahami pula di dalam pengertian keras kepala, sebagaimana ditegaskan di dalam (QS. Ibrahim: 15). Menurut Al-Maraghi bahwa masing-masing dari dua golongan, yakni para rasul dan umat meminta pertolongan dan bantuan kepada Allah. Para rasul meminta pertolongan kepada Allah atas umat mereka dan umat meminta pertolongan atas dirinya sendiri. Maka, Allah menjelaskan kesudahan orang-orang musyrik bahwa kemenangan hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Dengan demikian, binasalah setiap orang yang sombong karena berpegang teguh pada pendapatnya, berlaku sewenang-wenang, melawan kebenaran, dan keras kepala. Jadi, semua sikap yang disebutkan terakhir ini merupakan cakupan makna dari kata 'anid. [dutaislam.or.id/ka]


Sumber:

Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 22-23, ditulis oleh Muhammadiyah Amin


Iklan