Iklan

Iklan

,

Iklan

Gus Baha': Pemimpin Islam Pasti Sekuler dalam Berpolitik

29 Mar 2021, 17:06 WIB Ter-Updated 2024-08-11T19:58:46Z
Download Ngaji Gus Baha
pendapat gus baha tentang politik dalam islam
Pemimpin Islam dalam Berpolitik Pasti Sekuler. Foto: dutaislam.or.id.

 
Dutaislam.or.id - Saat Ngaji Tafsir Jalalain Surat At-Taubah ayat 1-7, pada tahun 2009, Gus Baha' pernah menyatakan kalau pemimpin Islam pasti sekuler bila dia berpolitik. 


Gus Baha' menyatakan, Nabi Muhammad Saw. tidak pernah terbunuh karena saat beliau di Makkah, ia dilindungi oleh kaumnya Suku Quraish bersama sekutu, yang saat itu disebut sebagai halif (حليف). Dulu, teritorial negara bukan berdasarkan geografi atau wilayah, melainkan kesukuan. 


Di masa Jahiliyah misalnya, antar suku di Arab biasa menjalin kerjasama dengan suku lainnya untuk melindungi diri dari musuh. Abu Hakam (nama kunyah asli Abu Jahal), tidak pernah berhasil membunuh Nabi Saw karena beliau dilindungi sekutu Suku Quraish. 


Baca: Download MP3 Gus Baha' Lengkap


Ada aturan saat itu, bila antar anggota halif melakukan pembunuhan, hukumannya sangat berat, yakni membayar 100 ekor unta. Kesepakatan antar suku inilah yang membuat Abu Jahal tidak punya jalan membunuh Rasulullah Saw. meskipun dia sangat menginginkannnya. 


Berbeda dengan Abu Bakar, yang bukan suku Quraish. Untuk melindungi dirinya, Abu Bakar bahkan harus bersekutu dengan suku lain di luar Makkah saat itu, tanpa melihat agama sukunya. Tapi, karena Abu Bakar memperoleh posisi sebagai anggota kehormatan Suku Quraish, ia aman dari ancaman Abu Jahal. 


Bilal bin Rabah yang seorang budak pun jadi korban kedhaliman Abu Jahal cs karena dia tidak memiliki kekuatan politik seperti Nabi Muhammad Saw. 


Karena itulah Gus Baha' memastikan, setiap muslim yang betpolitik pasti sekuler. Maksudnya, demi agama, bekerjasama dengan pihak lain adalah mutlak. Tanpa pandang bulu darimana sukunya berasal dan agamanya apa. 


Sekuler yang dimaksud Gus Baha' bukanlah sekuler yang mengesampingkan hukum Tuhan, melainkan tuntutan menjalin kerjasama dengan kelompok lain atau kompromi dengan fakta-fakta sosial. 


Nabi sendiri pernah mendapatkan sekutu atau halif dari Suku Khuza'ah dalam perjanjian Khudaibiyah. Di Madinah, Nabi Saw. juga menjalin koalisi dengan Yahudi Bani Quraidlah dan Bani Nadhir agar mereka mengakui kewarganegaraan Nabi Muhammad Saw. di Madinah. 


Hidup tanpa mitra atau halif itu tidak bisa. Sejarah membuktikan hal itu. Bila ingin mengetahui siapa saja halif-halif besar Rasulullah Saw., Gus Baha' menyatankan supaya membaca Kitab Hayatus Shahabah. (Download PDF). 


"Jadi tidak ada sejarahnya, orang berpolitik kok fanatik," terang Gus Baha' yang juga menjelaskan sejarah Humaini usai menggulingkan Pahlevi di Iran yang kemudian bekerjasama dengan Perancis. 


"Potong tangan saya," demikian kata Gud Baha' memastikan pendapatnya di atas. Silakan download MP3 Gus Baha' Tafsir Jalalain DISINI. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan