Perbedaan makna adna. Foto: Dutaislam |
Dutaislam.or.id - Makna adna digunakan di dalam Al-Qur'an dengan berbagai makna sesuai dengan konteksnya masing-masing pada:
1. Pada (QS.Al-Baqarah: 61), menurut Az-Zajjaj di dalam Tafsir Al-Qurthubi, adna berarti 'lebih sedikit nilainya'. Di dalam ayat ini, adna digunakan berkaitan dengan jawaban Nabi Musa as. kepada Bani Israil yang meminta agar makanan yang selalu mereka makan yang merupakan pemberian dari Allah, yaitu manna dan salwa diganti dengan sayur-mayur/ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah. Musa menjawab, "Maukah kamu mmgambil yang lebih rendah nilainya sebagai pengganti yang lebih baik?";
2. Pada (QS. Al-Baqarah: 282), berarti 'lebih dekat' (kepada menghilangkan keraguan) dan digunakan berkaitan dengan perlunya pencatatan di dalam bertransaksi karena hal itu akan dijadikan bukti yang kuat jika di kemudian hari terjadi masalah;
Baca: Mengenal Tempat yang Dekat Dengan Manusia - Tafsir Al-Qur'an
3. Pada (QS. An-Nisa': 3), berarti 'sekurang-kurangnya', yang digunakan berkaitan dengan jumlah maksimal wanita yang boleh dinikahi. Jika merasa tidak mampu berlaku adil kepada mereka, baik dari segi material maupun spiritual, maka seseorang menikahi satu saja atau menikahi hamba yang dimiliki agar tidak banyak tanggungan yang menyebabkan sulit berbuat adil. Demikian Asy-Syafi'i dan Ibnu Katsir di dalam tafsirnya.
Arti yang sama digunakan di dalam (QS. Ahzab: 51), yang digunakan berkaitan dengan Nabi dan istrinya, beliau bebas menentukan untuk memilih salah satu dari mereka, khususnya yang pernah dipisah karena hal itu sekurang-kurangnya dapat memberikan ketetapan hati, tidak sedih, dan kerelaan mereka;
4. Pada (QS. Al-A'raf: 169, berarti 'kesenangan dunia', digunakan berkaitan dengan suatu kaum yang jahat lagi rakus terhadap kesenangan dunia, padahal mereka itu mewarisi kitab Taurat;
5. Pada (QS. Ar-Rum: 3), disebutkan adnal-ardh yang berarti 'daerah yang lebih dekat. Para ulama berbeda pendapat tentang maksud ayat ini, ada yang menafsirkan kalimat tersebut dengan daerah Syam. Menurut Mujahid, yang dimaksud adalah Al-Jazirah, suatu daerah di antara Irak dan Syam.
Ikrimah berpendapat, Azra'at, suatu daerah di antara Syam dan negara Arab. Ibnu Atiyah menyimpulkan bahwa jika yang dimaksud adalah Azra'at maka daerah ini lebih dekat ke Mekah; jika disebut Al-Jazirah, itu lebih dekat kepada Kisra, daerah Persia; dan jika yang dimaksud adalah Yordania, ia lebih dekat kepada Romawi.
Ayat ini berkaitan dengan Kerajaan Romawi yang akan mendapat kekalahan pada suatu daerah yang disebut adnal-ardh dan setelah itu mereka juga akan memperoleh kemenangan di kemudian hari;
6. Pada (QS. As-Sajadah: 21), disebutkan al-'adzab al-adna yang berarti 'siksa yang dekat/kecil/tidak lama lagi'. Para ulama juga bervariasi di dalam memberikan tafsir adna ayat ini. Menurut Jalalain, yang dimaksud adalah pembunuhan, penawanan, paceklik, dan penyakit. Ibnu Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud adalah semua bentuk cobaan yang ditimpakan Allah kepada manusia di dunia dan juga berarti hukuman di dalam setiap pelanggaran hudud.
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah siksa kubur. Ibnu Mas'ud berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pembunuhan dengan pedang pada perang Badr; demikian juga di dalam riwayat Bukhari, Muslim, dan Malik. Ayat ini berkaitan dengan peringatan Allah kepada orang-orang fasik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang dekat (di dunia) agar mereka dapat sadar sebelum datangnya siksaan yang lebih besar di akhirat;
7. Pada (QS. Al-Ahzab: 59), diartikan dengan 'lebih mudah', digunakan berkaitan dengan keharusan jilbab bagi wanita Muslim karena hal itu akan lebih mudah dikenal sebagai pakaian orang baik-baik;
8. Pada (QS. An-Najm: 9) dan (QS. Ar-Rahman: 54), diartikan dengan 'lebih dekat'. Yang pertama berkaitan dengan malaikat Jibril yang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad di dalam posisi yang lebih dekat kepadanya dan yang kedua berkaitan dengan buah di surga yang mudah dipetik karena sangat dekat;
9. Pada (QS. Al-Mujadilah: 7), diartikan 'kurang/sedikit', digunakan berkaitan dengan orang yang mengadakan perundingan rahasia, dan Allah selalu menyertai mereka. Jika jumlahnya tiga orang Allah yang keempatnya dan jika lima orang, Allah yang keenamnya. Kurang atau lebih dari jumlah itu Allah selalu beserta mereka di manapun berada.
Di dalam (QS. Al-Muzammil: 20), juga diartikan sama yaitu berkaitan dengan kebiasaan Nabi saw. melakukan shalat malam pada saat-saat kurang dari dua pertiga malam.
Meskipun digunakan dengan arti yang berbeda, arti-arti itu tidak terlepas dari makna denotatif kata adnd ltu sendiri, yaitu'dekat'. Kata itu tidak hanya berlaku untuk menyatakan keadaan tempat/jarak, seperti pada (QS. An-Najm: 9), (Ar-Rahman: 54) dan (Ar-Rum: 3), tetapi juga dapat digunakan berkaitan dengan jumlah (sebagai jumlah minimal). Bahkan, digunakan sebagai bentuk metaforis, yaitu kehidupan dunia, seperti pada (QS. Al-A'raf: 169) di atas. [dutaislam.or.id/ka]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 53-54, ditulis Zubair Ahmad