Penjelasan hoax di al-qur'an. Foto: dutaislam |
Dutaislam.or.id - Kata adza'u (أَذَاعُوا) yang merupakan bentuk fi'il madhi (kata kerja lampau) dengan pelaku banyak berasal dari kata adza'a - yudzi'u - idza'atan.
Adza'a (أَذَاع) sendiri merupakan fi'il madhi mazid (bertambahan), yakni mengandung huruf tambahan, yaitu hamzah (أَ) di awalnya. Kata dasarnya adalah dza'a (ذَاع); terdiri dari huruf dzal, ya', dan 'ain. Dalam Al-Qur'an, adza'u (أَذَاعُوا) disebutkan sekali, yakni pada (QS. An-Nisa': 83).
Ibnu Faris menyebutkan bahwa kata yang terdiri dari huruf dzal, ya, dan 'ain menunjuk arti 'tampaknya sesuatu dan menyebarnya'. Dari akar kata ini lahir ungkapan, dza'al-khabaru (berita itu menyebar); rajulun midzya'un (seseorang yang tidak menutupi rahasia). Bentuk jamaknya, al-madzayi'u.
Selanjutnya, adza'u (أَذَاعُوا) disebut didalam konteks pelukisan karakteristik orang-orang munafik yang apabila mendengar berita kemenangan orang-orang beriman, mereka berubah menjadi dengki, dan apabila mendengar berita ketakutan (kekalahan), mereka 'menyebarkannya'.
Selanjutnya, ditegaskan bahwa apabila berita ini diserahkan kepada Rasul dan para ulil amri di antara orang-orang beriman, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenaran akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri).
Sungguh kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, niscaya kamu sekalian akan mengikuti setan (menjadi penyebar berita-berita yang tidak jelas kebenarannya), kecuali sedikit diantara kamu (yang tidak menyebarkan kecuali kebaikan). [dutaislam.or.id/ka]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 54, Salahuddin