Al-ghaniy maha kaya. Foto: dutaislam.or.id |
Dutaislam.or.id - Kata aghniya' (أَغْنِيَاءَ) adalah bentuk jamak (plural) dan kata ghani (غْنِي), yang merupakan ism fa'il dari ghaniya, yaghna, ghinan. Menurut Ibnu Faris, kata ghinan mempunyai dua arti asal. Pertama, yadullu 'ala al-kifayah (menunjukkan cukup). Kedua shaut (suara). Contoh pemakaian yang pertama adalah, ganiya fulan, dengan arti katsura madluhu (banyak hartanya).
Al-ghani berarti shahib al-mal al-katsir (orang yang mempunyai harta banyak). Di dalam bahasa Indonesia, kata ghani (غْنِي) biasa diartikan. sebagai 'orang kaya', jamaknya aghniya' (orang-orang kaya). Contoh pemakaian yang kedua adalah taghanna dengan arti tarannama (ia bernyanyi). Al-ghani adalah salah satu nama dan sifat Allah (al-asma' ul-husna), berarti Allah tidak butuh kepada siapapun, sedangkan yang lain butuh kepada-Nya.
Kata aghniya' (أَغْنِيَاءَ) di dalam Al-Qur'an disebut empat kali, yaitu di dalam (QS. Al-Baqarah: 273), (QS. Ali-Imran: 181), (QS. At-Taubah: 93), dan (QS. Al-Hasyr: 7). Kata ghani disebut 20 kali. Di dalam bentuk fi'l madhi kata itu disebut 16 kali, di dalam bentuk fi'l mudhari' disebut 31 kali, dan di dalam bentuk ism maf'ul disebut dua kali.
Kata aghniya' (أَغْنِيَاءَ) di dalam (QS. Al-Baqarah: 273) disebut di dalam konteks pembicaraan tentang orang-orang yang berhak diberi infak dan sedekah, antara lain orang miskin, orang yang terikat oleh jihad di jalan Allah sehingga mereka tidak dapat berusaha. Karena mereka mencegah diri dari meminta-minta maka ada orang mengira bahwa mereka orang kaya.
Kata aghniya' (أَغْنِيَاءَ) di dalam (QS. Al-Imran: 181) disebut di dalam konteks pernyataan Allah, bahwa Ia mendengar ucapan orang yang mengatakan, "Allah fakir dan kami kaya." "Kami akan menuliskan apa yang mereka ucapkan itu," demikian firman-Nya.
Kata aghniya' (أَغْنِيَاءَ) di dalam (QS. At-Taubah: 93) berkaitan dengan masalah jihad dan peperangan. Ada orang-orang kaya yang mempunyai harta dan kendaraan untuk ikut berperang, tetapi mereka tidak mau berjihad; bahkan, lebih suka tinggal bersama orang-orang yang memang tidak mungkin berjihad karena tidak ada harta dan kendaraan. Sikap orang-orang kaya seperti ini tidak disukai Allah dan Allah mengunci hati mereka.
Kata aghniya' (أَغْنِيَاءَ) di dalam (QS. Al-Hasyr: 7) berhubungan dengan masalah pembagian harta rampasan. Rampasan tersebut adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang di dalam perjalanan agar harta rampasan tersebut tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya.
Sementara itu, kata ghani (غْنِي) yang disebut di dalam Al-Qur'an pada umumnya merupakan sifat dan nama Allah, kecuali kata ghaniyyan (غَنِيًّا) yang tersebut di dalam (QS. An-Nisa': 6 dan 135). Kata ghaniyyan (غَنِيًّا) di dalam Ayat 6 berkaitan dengan wali anak yatim. Kalau ia kaya hendaklah ia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu.
Akan tetapi, kalau ia miskin maka ia boleh memakan harta itu menurut yang patut (sesuai dengan upah kerjanya). Kata ghaniyyan, (غَنِيًّا) pada Ayat 135 di dalam konteks keharusan berlaku adil. Setiap orang dituntut untuk menegakkan keadilan dan kesaksian karena Allah, walaupun terhadap diri sendiri, ibu bapak, atau karib kerabat, baik orang yang terdakwa/tergugat itu kaya maupun miskin, karena Allah lebih tahu kemaslahatan keduanya. [dutaislam.or.id/ka]
Sumber:
Ensiklopedia Al-Qur'an, Kajian Kosakata, Jilid: I, hlm: 59-60, Hasan Zaini