Agar nikmat bertambah dari Allah. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Setelah menjelaskan tentang "Taqwa, Jalan Terbukanya Rezeki dan Penyebab Jadi Kaya", kini beranjak pada pasal selanjutnya: Mengikat Nikmat dengan Cara Bersyukur Kepada Allah.
Syukur yang sebenar-benarnya syukur adalah memiliki hati yang bahagia atas nikmat Allah dan anugerah-Nya yang telah Dia berikan kepada Anda dengan tanpa berbuat maksiat kepada-Nya, disertai lisan dan hati yang selalu memperbanyak ucapan alhamdulillah.
Allah berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
Artinya:
"Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu". (QS. Ibrahim: 7)
Diriwayatkan dari Sayyidah A'isyah, suatu kali, Nabi pernah masuk ke rumah dan melihat sepotong makanan terletak di tanah. Lalu, Nabi mengupasnya sambil bersabda, "A'isyah, berbuat baiklah atas nikmat Allah. Ketahuilah, bila nikmat sudah hilang dari satu keluarga, sulit sekali nikmat itu kembali". (HR. Baihaqi).
Salah satu doa Rasulullah Saw adalah;
اللهم أَعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Artinya:
"Ya Allah, tolonglah aku senantiasa bersyukur kepada-Mu, dan makin baik ibadah kepada-Mu". (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Baca: Pekerjaan Tercela dan Dilarang dalam Pandangan Islam
Ibnu Abbas juga meriwayatkan tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah Saw., berikut ini:
اللهم إني أعوذ بك من زوال نعمتك وفجأة نقمتك وتحول عافيتك وجميع سخطك
Artinya:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu atas hilangnya nikmat-Mu, dari mendadaknya amarah-Mu, dari berubahnya pengampunan-Mu, dan dari seluruh murka-Mu". (HR. Muslim).
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga pernah menyatakan begini:
قيدوا النعم بالشكر لله
Artinya:
"Ikatlah kenikmatan dengan bersyukur kepada Allah".
Hasan Al-Bashri juga berkata, "Allah itu menganugerahi nikmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Bila ia tidak bersyukur, Allah akan menukar (nikmat itu) dengan adzab".
Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i meriwayatkan cerita Sayyidina Ali yang pernah mengucapkan kalimat kepada seorang lelaki Hamdan (nama daerah), begini:
"Memperoleh nikmat itu dengan syukur. Syukur diikat dengan tambahan anugerah (mazid). Keduanya (antara syukur dan bertambahnya nikmat) ada dalam satu paket ikatan. Bertambahnya nikmat Allah tidak akan terputus sampai syukurnya seorang hamba ikut terputus pula". [dutaislam.or.id/ab]
Keterangan:
Artikel ini adalah terjemahan Kitab Kaifa Takunu Ghaniyyan karya Habib Sa'ad Al-Aidrus yang ditulis oleh M. Abdullah Badri. Redaksi Duta Islam menyunting sekedarnya agar mudah dipahami pembaca. Pasal selanjutnya berjudul: Menjadi Kaya dengan Membaca Surat Al-Waqiah.