KH. Muharror Ali saat memberikan tausiyah di Ponpes Ar-Roudloh, Robayan, Kalinyamatan, Jepara, Senin (30 Oktober 2023) malam. Foto: dutaislam.or.id. |
Dutaislam.or.id - Dalam pengajian umum di Pondok Pesantren Ar-Roudloh Robayan, Kalinyamatan, Jepara, KH. Muharror Ali (Blora) menjelaskan alasan mengapa Nabi Muhammad Saw diperingati kelahirannya, tapi kiai atau ulama diperingati hari wafatnya.
Menurut kiai kelahiran Robayan tersebut, maulid untuk Rasulullah Saw karena sejarah hidup Nabi Saw sejak lahir hingga wafat tidak pernah melakukan kesalahan (makshum). Beda dengan kiai atau ulama', yang tentu melakukan banyak kesalahan semasa hidup. Jasanya dikenang setelah wafat.
Demikian tutur KH. Muharror Ali yang disampaikan dalam pengajian yang dirangkai dalam helatan haul KH. M. Syafi' Al-Hafidz, pendiri Pondok Pesantren Ar-Roudloh, Robayan, Jepara, Senin (31/10/2023) malam.
Lebih lanjut Kiai Muharror Ali mengungkapkan nasib manusia yang dia bagi menjadi empat: 1). Baik sejak lahir hingga wafat (para Nabi dan Rasul), 2). Buruk sejak lahir hingga mati (seperti Fir'aun dan Abu Jahal), 3). Hidupnya menyimpang, wafatnya baik (seperti Sayyidina Umar ra), dan 4). Hidupnya penuh kebaikan tapi wafat su'ul khotimah (seperti kisah Barshisha).
Baca: Pesan KH. Ulil Albab Arwani Kepada Ahli Penghapal Al-Qur'an
Yang dihitung oleh Allah, lanjut Kiai Muharror Ali, adalah akhir masa hidup manusia, الأمور بخواتيمها (timbangan perkara manusia ada di akhir periode hidupnya. Secara hakikat, yang mengetahui ending (akhir) sejarah hidup manusia hanya Allah Swt. "Karena itulah, jangan tergesa ngecap (menuduh) orang lain buruk," ungkap murid KH. Arwani Amin (Kudus) tersebut.
Dia kemudian mencontohkan Sayyidina Umar ra, yang sebelum masuk Islam pernah ingin membunuh Rasulullah Saw, tapi berkat dia tertarik dengan lima ayat awal Surat Thaha, dia bertaubat.
Demikian pula dengan Jacques Yves Cousteau (Baca: Cokasto), ilmuan kelautan asal Perancis yang masuk Islam setelah tertarik kebenaran ayat 19 dan 20 Surat Ar-Rahman. Beda dengan Gary Miler, dia tertarik menjadi muallaf setelah merenungi ayat ke-30 Surat Al-Ambiya'.
Nama-nama di atas adalah bagian dari beberapa contoh nama muallaf yang di akhir hidupnya mendapatkan hidayah dari Allah Swt setelah merenungi makna ayat-ayat dalam Al-Qur'an. Tidak ada yang mengetahui akhir hayat kecuali Allah Swt.
Ayat Al-Qur'an untuk Sembuhkan Penyakit
Saking keramatnya Al-Qur'an, ayat-ayat Al-Qur'an juga bisa dijadikan wasilah doa. KH. Muharor Ali menjelaskan, Surat Al-Qolam ayat 17-20 pernah dia gunakan untuk mengobati (nyuwuk) penyakit udun (bisul).
Caranya, baca ayat 17-20 dan di ayat ke-20, ulangi hingga tiga kali, tiupkan ke telapak tangan, usapkan ke lokasi bisul. InsyaAllah mujarab. Ini teks lengkap amalannya.
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ وَلَا يَسْتَثْنُونَ فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّن رَّبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ
Surat Hud ayat 44 juga bisa digunakan sebagai wasilah menghentikan aliran darah haidl. Ini sangat bermanfaat untuk kaum perempuan yang sedang beribadah umroh tapi terhalang datang bulan menstruasi.
Cara untuk mengamalkannya adalah membaca بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ sebelum membaca ayat ke-44 Surat Hud di bawah ini.
وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Terjemah:
"Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim". (QS. Hud: 44).
Setelah membaca, tadahkan ludah ke telapak tangan, lalu, usapkan ke lokasi keluarnya darah haidl. InsyaAllah mujarab. [dutaislam.or.id/ab]