Iklan

Iklan

,

Iklan

Kitab Muhadharah Haulal Isra' wal Mi'raj (PDF Drive) - Tanpa Ta'wil Tajsim dan Tasybih

6 Des 2023, 01:06 WIB Ter-Updated 2024-08-06T21:20:15Z
Download Ngaji Gus Baha
kitab tentang isro miroj nabi muhammad
Teks penjelasan mengapa Nabi mulai Mi'rojnya dari Masjidil Aqsha, bukan Masjidil Haram.
Foto: dutaislam.or.id.

Oleh M Abdullah Badri

Dutaislam.or.id - Kitab Muhadharah Haulal Isra' wal Mi'raj (Kuliah/Kajian Seputar Isra' dan Mi'raj) ini adalah kumpulan tulisan penulisnya, Muhammad Muhyiddin Sirojuddin yang pernah ditalaqqi/disampaikan isinya secara langsung kepada Al-Mufassir Syaikh Abdullah Sirojuddin Al-Husaini, yang (barangkali) disebut dalam mukaddimahnya sebagai Al-Imam Asy-Syaikh.

Karena sifatnya seperyi kumpulan makalah, wajar bila terjadi pengulangan substansi di sana sini. Tapi hal itu justru membuat pembaca makin mudah mengingat argumentasi yang dibangun penulisnya dalam kitab ini.

Misalnya pendapat penulis soal mi'rajnya Nabi ila Sidratil Muntaha. Bagi dia, -tidak sebagaimana para mufassir Al-Qur'an yang tidak menyatakan kekufuran bagi yang tidak mengimani adanya mi'raj (tanpa isra')- Isra' Nabi Muhammad Saw. ada dan termaktub jejaknya dalam Al-Qur'an, yakni Surat An-Najm.

Baca: Jual Kitab Kuning Makna Gandul Pesantren

Sejak awal surat, ayat-ayat indah An-Najm menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah sampai ke Sidratil Muntaha, alam yang di atasnya tidak ada alam lain kecuali kefanaan, alam yang Mala'ikat Jibril tidak bisa melawatinya, sampai berkeringat, dan Jibril menyebut alam itu sebagai "maqom ma'lum" Nabi Muhammad Saw. (hlm. 21)

Sepanjang kitab ditulis 193 halaman, penulis tidak pernah terlihat sedikitpun berpikir mujassimah atau musyabbihah, sebagaimana kalangan wahabi dan khawarij. Ia juga tidak membiarkan ayat-ayat musyabbihat yang digunakannya -untuk membangun argumentasi pentingnya persitiwa Isra' Miroj- berlalu tanpa keterangan, seperti Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah yang membiarkan kalimat Allah "fauqal Arasy" (di atas Arays) tanpa ta'wil.

Tegas penulis menyatakan bahwa Allah dapat dilihat oleh makhluknya. Ia menyatakan hal ini berkali-kali dalam banyak tempat di halaman kitabnya ini. Hadits riwayat Abu Dzar yang menceritakan Nabi Muhammad Saw. telah melihat Allah saat Isro' juga berkali-kali dikutip penulis.


Bukti bahwa Allah dapat dilihat oleh manusia adalah saat Nabi ditanya "Hal Ro'aita Robbak" (Apakah kamu melihat Tuhan-Mu?). Rasulullah Saw. menjawabnya, "Ro'aitu Nuron" (aku melihat Nur), atau "Qod Ro'aitu Nuron Anna Arohu" (Dengan nur-Nya aku melihat-Nya). (hlm. 80). [dutaislam.or.id/ab]

[Download Muhadharat Haul Isra': 17 MB]

Keterangan:
Butuh waktu konsentrasi setidaknya 2-3 jam untuk membaca semua tema penting Kitab Muhadharah Haulal Isra' wal Mi'raj. Bisa dibaca sambil tiduran dalam bentuk PDF. Silakan download bagi yang minat baca, melalui link yang sudah disediakan di atas.

Iklan