Ilustrasi. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Ada salah satu teks hadis menarik riwayat Imam Abu Dawud terkait siapa keluarga Rasulullah Saw sesungguhnya. Beliau Saw menyatakan:
فِتْنَةُ السَّرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَيْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي، يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّي وَلَيْسَ مِنِّي، وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِي الْمُتَّقُونَ
Terjemah:
Suatu kali, Abdullah bin Umar duduk-duduk bersama Rasulullah Saw, dan beliau mengisahkan berbagai macam fitnah, diantaranya Fitnah Sara.(Kata Rasulullah Saw) Fitnah Sara kemunculannya dari telapak kaki seorang pria dari keturunanku. Dia menganggap dirinya keturunanku padahal bukan. Sebab para kekasihku adalah orang-orang yang bertaqwa.
Yang menarik dalam komentarnya (syarahnya) ialah bahwa orang ini memunculkan fitnah (kekacauan), mengaku keturunan Nabi Saw, padahal secara perilaku bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad Saw.
Sebab, لو كان من أهلي لم يهيج الفتنة -seandainya betul dia mengaku keluargaku, dia tidak akan membuat keresehan. Hal ini senada dengan firman Allah Swt:
قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَۚ اِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ
Terjemah:
"Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik (tidak saleh)". (QS. Hud: 46)
قال الأردبيلي . فيه إعجاز وعلم للنبوة وفيه أن الاعتبار كل الاعتبار للمتقي وإن بعد عن الرسول في النسب ، وأن لا اعتبار للفاسق والفتان عند رسول الله صلى الله عليه وسلم وإن قرب منه في النسب انتهى .
Kesimpulan menarik dari Al-Ardabili di atas menyebutkan bahwa Nabi Saw sangat memperhitungkan orang soleh dan bertaqwa meskipun tidak punya jalinan keluarga dengan Nabi Saw. Dan tidak ada arti apa-apa di hadapan Rasulullah Saw meskipun dia keturunan Nabi apabila fasiq dan suka membuat onar (fitnah).
Subtansi historisnya, keluarga para Nabi adalah mereka yang bertaqwa dan salih, yang membawa jalan kedamaian dan kemaslahatan, putra Nabi Nuh yang seorang perusuh (عمل غير صالح) pun Allah nyatakan bukan bagian dari keluarganya.
Tulisan ini tidak untuk diasosiasikan kepada pihak lain, tapi sebagai penyemangat: ternyata kita orang biasa bisa dicintai Rasulullah Saw dan menjadi prioritas Rasulullah Saw meskipun bukan darah dagingnya. [dutaislam.or.id/ab]