Ilustrasi hukum sentuhan kulit lelaki dan perempuan dalam thawaf. Foto: dutaislam.or.id. |
Oleh KH. Mohammad Ma'ruf Khozin
Dutaislam.or.id - Saya mengangkat tema ini sebagai solusi bukan untuk mencari pendapat yang ringan-ringan untuk tasahul (gampangan), tapi karena memang sangat berat menjalani thawaf jika tiap bersentuhan dengan wanita harus berwudlu' sebagaimana dalam Madzhab Syafi'i. Baca artikel sebelumnya: Hukum Sentuhan Tangan Suami Istri dalam Thawaf.
Bersentuhan Kulit Lelaki dan Perempuan
Imam Syirazi menggunakan dalil dalam Al-Quran:
ﻭﺃﻣﺎ ﻟﻤﺲ اﻟﻨﺴﺎء ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻨﻘﺾ اﻟﻮﺿﻮء ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﻠﻤﺲ اﻟﺮﺟﻞ ﺑﺸﺮﺓ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﺃﻭ اﻟﻤﺮﺃﺓ ﺑﺸﺮﺓ اﻟﺮﺟﻞ ﺑﻼ ﺣﺎﺋﻞ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻓﻴﻨﺘﻘﺾ ﻭﺿﻮء اﻟﻻﻣﺲ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ {ﺃﻭ ﻻﻣﺴﺘﻢ اﻟﻨﺴﺎء ﻓﻠﻢ ﺗﺠﺪﻭا ﻣﺎء ﻓﺘﻴﻤﻤﻮا} "
Terjemah:
Menyentuh wanita dapat membatalkan wudlu', yaitu laki-laki menyentuh kulit perempuan dan sebaliknya. Maka wudlu' orang yang menyentuh batal berdasarkan firman Allah: "... Atau kalian menyentuh perempuan dan tidak menemukan air maka tayamum..." (QS. An-Nisa': 43)
Bagaimana bila dalam kondisi thawaf? Imam Nawawi yang mensyarah Kitab Al-Muhadzab menjelaskan:
ومما تعم به البلوى في الطواف ملامسة النساء للزحمة فينبغي للرجل أن لا يزاحمهن وينبغي لهن أن لا يزاحمن بل يطفن من وراء الرجال فان حصل لمس فقد سبق تفصيله في بابه والله أعلم
Terjemah:
Di antara kesulitan yang telah umum dijumpai dalam thawaf adalah bersentuhan laki-laki dan perempuan karena berdesakan. Maka dianjurkan bagi laki-laki agar tidak berdesakan dengan perempuan, juga sebaliknya. Perempuan hendaknya thawaf di belakang laki-laki. Jika bersentuhan maka telah dijelaskan hukumnya (di bab wudlu')" (Kitab Al-Majmu': 8/16)
Untuk uraian lebih jelasnya, buka Kitab Al-Majmu jilid II, hlm: 30.
(فرع) في مذاهب العلماء في اللمس قد ذكرنا أن مذهبنا أن التقاء بشرتي الاجنبي والاجنبية ينتقض سواء كان بشهوة وبقصد أم لا ولا ينتقص مع وجود حائل وان كان رقيقا وبهذا قال عمر بن الخطاب وعبد الله بن مسعود وعبد الله بن عمر وزيد بن أسلم ومكحول والشعبي والنخعي وعطاء بن السائب والزهرى
Terjemah:
Pasal tentang [endapat para ulama dalam persoalan bersentuhan. Sudah kami sampaikan bahwa Madzhab Syafi'i bertemunya kulit laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dapat membatalkan wudlu', baik ada syahwat atau tidak, sengaja atau tidak. Tapi jika ada penghalang, meski tipis, maka tidak batal. Inilah pendapat Umar bin Khatab, Abdullah bin Mas'ud, Ibnu Umar, Zaid bin Aslam, Makhul, Syu'bi, Nakhai, Atha bin Saib dan Zuhri.
المذهب الثاني لا ينتقض الوضوء باللمس مطلقا وهو مروى عن ابن عباس وعطاء وطاوس ومسروق والحسن وسفيان الثوري وبه قال أبو حنيفة لكنه قال إذا باشرها دون الفرج وانتشر فعليه الوضوء
Terjemah:
Madzhab kedua, bersentuhan tidak batal secara mutlak. Ini adalah riwayat dari Ibnu Abbas, Atha, Thawus, Masruq, Hasan, Sufyan Tsauri. Juga pendapat Abu Hanifah, beliau berkata: "Jika menyentuh wanita selain kemaluannya dan ngacheng, maka wajib wudlu'"
المذهب الثالث ان لمس بشهوة انتقض والا فلا وهو مروى عن الحكم وحماد ومالك والليث واسحق ورواية عن الشعبى والنخعي وربيعة والثوري وعن أحمد ثلاث روايات كالمذاهب الثلاثة
Terjemah:
Madzhab ketiga bahwa bersentuhan dengan syahwat dapat batal wudlu'. Jika tidak ada syahwat maka tidak batal. Pendapat ini diriwayatkan dari Hakam, Hammad, Imam Malik, Laits, Rabiah, dan Tsauri. Imam Ahmad memiliki 2 pendapat seperti 3 Madzhab di atas
Kenapa tidak diarahkan pada rincian orang yang menyentuh (اللامس) dan orang yang disentuh (الملموس) saja? Saya melihat posisi thawaf bukan soal orang yang menyentuh dan disentuh, tapi saling bersentuhan tanpa ada yang bertujuan menyentuh dulu. Terlebih di area padat mendekati Hajar Aswad, maqam Ibrahim, ketika ada pengepelan lantai, saat tiba-tiba ada orang nyelonong atau gerakan tak terduga lainnya. Imam Nawawi berkata:
ﻗﻠﺖ: ﻭﻟﻮ اﻟﺘﻘﺖ ﺑﺸﺮﺗﺎ ﺭﺟﻞ ﻭاﻣﺮﺃﺓ ﺑﺤﺮﻛﺔ ﻣﻨﻬﻤﺎ، اﻧﺘﻘﻀﺘﺎ ﻗﻄﻌﺎ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻣﻠﻤﻮﺱ
Terjemah:
Aku berpendapat: jika kulit laki-laki dan perempuan bersentuhan karena keduanya bergerak maka keduanya batal secara pasti dan tidak ada pihak yang disentuh (Kitab Ar-Raudhah: 2/75)
Kesimpulan
Boleh ikut pendapat kedua dan ketiga di atas. Apa tidak Talfiq (mencampraduk Madzhab)? Ya ikut yang membolehkan saja. Sebab terlalu berat bagi masyarakat umum mempelajari bab bersuci 2 madzhab sekaligus. Dikasih penjelasan fiqih Syafii saat Manasik saja masih diulang lagi pertanyaan ketika di Makkah, kok mau dibebani lintas Madzhab. Pendapat yang membolehkan Talfiq disampaikan oleh Mufti Al-Azhar:
ﻓﻔﺮﻳﻖ ﺫﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﺻﺤﺔ اﻟﺘﻘﻠﻴﺪ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻭﻟﻮ ﻓﻰ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻮﺭﺓ اﻟﻤﻠﻔﻘﺔ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺒﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻮﺟﻪ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﺇﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﺫﻫﺐ اﻟﻜﻤﺎﻝ ﺑﻦ اﻟﻬﻤﺎﻡ ﻓﻰ اﻟﺘﺤﺮﻳﺮ، ﺣﻴﺚ ﺻﺮﺡ ﺑﺠﻮاﺯ اﻟﺘﻘﻠﻴﺪ ﻣﻄﻠﻘﺎ
Terjemah:
"Sekelompok ulama memilih boleh taklid secara mutlak meskipun dalam bentuk permasalahan yang menggabungkan dua madzhab (talfiq) seperti contoh di atas (wudlu' dan salat berbeda antara Syafi'iyah dan Malikiyah). Inilah yang dipilih oleh Syaikh Kamal Al-Hammam dalam Kitab At-Tahrir, bahwa taqlid secara mutlak adalah boleh" (Baca Darul Ifta' Al-Mishriyah, Ahkam At-Talfiq, hlm. 172).
[dutaislam.or.id/ab]
KH. Mohammad Ma'ruf Khozin, Ketua Aswaja Center PWNU Jawa Timur.