Iklan

Iklan

,

Iklan

Ucapan Abdullah bin Umar Tentang Bid'ah Hasanah Shalat Dhuha

Duta Islam #02
24 Agu 2024, 12:50 WIB Ter-Updated 2024-08-24T05:50:33Z
Download Ngaji Gus Baha
bid'ah hasanah shalat dhuha dan dalilnya
Ilustrasi orang akan shalat. Foto: dutaislam.or.id.


Dutaislam.or.id - Ada hal menarik dan agak membingungkan ketika Abdullah bin Umar ra menyatakan bahwa shalat Dhuha adalah bid'ah hasanah. Di sisi lain, dalam riwayat lain, beliau juga mengatakan:


كل بدعة ضلالة، وإن رآها الناس حسنة


Terjemah:

"Setiap bid'ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik." (Al-Ibanah Al-Kubro karya Ibnu Baththah, 1/219, Asy Syamilah)


Ibnu Abi Syaibah mencatat dalam Al-Mushannaf:


حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنِ الْجُرَيْرِيِّ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ الْأَعْرَجِ، قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ عُمَرَ عَنْ صَلَاةِ الضُّحَى، وَهُوَ مُسْنِدٌ ظَهْرَهُ إِلَى حُجْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: بِدْعَةٌ، وَنِعْمَتِ الْبِدْعَةُ !


Terjemah:

"Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, dari Al-Jurairiy, dari Al-Hakam bin Al-A’raj, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Umar tentang shalat Dhuha, yang ketika itu punggungnya bersandar pada kamar Nabi Saw. Ia menjawab, ‘Bid'ah, dan itu adalah sebaik-baik bid'ah’." (Al-Mushannaf, 2/405, no. 7859)


Pandangan Para Ulama Tentang Bid'ah Hasanah

Ibnu Katsir dalam tafsirnya membedakan bid'ah menjadi dua makna: syar'iat dan lughawiyah (bahasa). Bid'ah hasanah yang disebutkan oleh Umar RA tentang shalat tarawih dianggap sebagai bid'ah lughawiyah (dalam pengertian bahasa). (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1/223)


Ibnu Rajab Al-Hanbali mengemukakan pendapat yang serupa dengan Ibnu Katsir dalam Kitab Jami' Al-'Ulum wal-Hikam (2:218). Ibnu Hajar Al-Asqalani juga menjelaskan bahwa bid'ah dalam konteks syariat adalah tercela. (Fathul Bari, 13:253)


Sunnah Tapi Disebut Bid'ah Hasanah

Mengapa shalat tarawih dan Dhuha, yang jelas-jelas sunnah, malah disebut oleh Umar dan Abdullah bin Umar sebagai bid'ah hasanah? Ini karena Nabi Muhammad SAW tidak melakukannya secara rutin, melainkan hanya beberapa kali saja. Diriwayatkan dari Nafi', bahwa Ibnu Umar berkata:


عن نافع، عن ابن عمر ان النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يصلي الضحى الا ان يقدم من غيبة


Terjemah:

"Dari Nafi’, dari Ibnu Umar: Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengerjakan shalat Dhuha kecuali jika baru datang dari bepergian." (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, 2/230-231)


Hadits Pertama Tentang Keutamaan Shalat Dhuha

Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:


يصبح على كل سلامي من أحدكم صدقة. فكل تسبيحة صدقة. وكل تحميدة صدقة. وكل تهليلة صدقة. وكل تكبيرة صدقة. وأمر بالمعروف صدقة. ونهي عن المنكر صدقة. ويجزئ، من ذلك، ركعتان يركعهما من الضحى


Terjemah: "Hendaknya di antara kalian bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, beramar ma’ruf adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan itu semua sudah tercukupi dengan dua rakaat shalat dhuha." (HR. Muslim No. 720, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra, No. 4677, 19995, Ibnu Khuzaimah No. 1225)


Hadits Kedua Tentang Shalat Dhuha

Dari Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:


في الإنسان ستون وثلاث مائة مفصل عليه أن يتصدق عن كل مفصل منه بصدقة قالوا ومن يطيق ذلك يا رسول الله قال النخاعة تراها في المسجد فتدفنها أو الشيء تنحيه عن الطريق فإن لم تجد فركعتا الضحى


Terjemah: "Dalam tubuh manusia terdapat 360 tulang. Ia diharuskan bersedekah untuk tiap ruas tulang itu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang mampu melakukan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Melihat dahak di masjid lalu menutupnya dengan tanah, atau menyingkirkan gangguan dari jalan, atau jika tidak mampu maka shalatlah dua rakaat pada waktu dhuha.” (HR. Ibnu Hibban No. 1642, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahih At-Targhib wat-Tarhib No. 2971, juga diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad)


والحديثان يدلان على عظم فضل الضحى وأكبر موقعها وتأكد مشروعيتها وأن ركعتيها تجزيان عن ثلاثمائة وستين صدقة وما كان كذلك فهو حقيق بالمواظبة والمداومة


Terjemah: "Kedua hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan shalat dhuha, kedudukannya yang tinggi, dan penegasan tentang disyariatkannya shalat ini. Dua rakaat shalat dhuha sudah cukup untuk menggantikan 360 sedekah. Maka shalat ini layak untuk senantiasa dikerjakan secara rutin dan terus menerus." demikian penjelasan Imam Asy-Syaukani tentang kedua hadists di atas. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan