Iklan

Iklan

,

Iklan

Ba'alwi Klaim Keturunan Nabi Sejak di Hadramaut

Duta Islam #05
15 Sep 2024, 05:12 WIB Ter-Updated 2024-09-14T23:48:14Z
Download Ngaji Gus Baha
imaduddin ustman tentang klaim ba'alwi keturunan nabi
Ilustrasi foto klan Ba'alwi. Foto: istimewa.


Oleh KH. Imaduddin Ustman Al-Bantani


Dutaislam.or.id - Identitas individu yang memiliki ketersambungan genealogi dengan Nabi Muhammad Saw, menjadi daya tarik tersendiri dalam kehidupan keagamaan umat Islam. Ia terkait dengan sebagian tafsir keagamaan  yang muncul khususnya dari sekte Syi’ah tentang “orang-orang suci” (para imam) dari keturunan Nabi yang disebut  sebagai pewaris kekhalifahan yang sah sepeninggal Nabi.


Proposisi yang mirip dengan tafsir keagamaan di atas namun dilatarbelakangi reason teologis yang berbeda terdapat dalam faham keagamaan mayoritas  madzhab sufi dalam tradisi Ahlusunnah Wal jama’ah yaitu: kewajiban mencintai Ahlu Baitin Nabi (Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) dan anjuran menghormati keturunannya.


Baca: Inilah Isi Surat Habib Usman bin Yahya kepada Snouck Hourgronje


Sebagai imigran, Ba’alwi menghadapi kompetisi ketat untuk merebut otoritas keagamaan di Hadramaut yang sejak ratusan tahun silam memiliki prestasi melahirkan ulama-ulama besar dengan otoritas persuasif yang kuat. 


Untuk interest itu, Ba’alwi memerlukan substitusi dari identitas lama, yaitu mereka  bukan hanya ulama tetapi juga sebagai klan yang memiliki konektifitas  genealogi dengan Nabi Muhammad Saw. Klaim itu tidak berjalan mulus, ulama-ulama yang mengetahui latar belakang mereka menolak klaim itu. 


Dalam kitabnya Al-Burqat al Musyiqah, Ali Al-Sakran menggambarkan: adanya orang-orang hasud kepada keluarga mereka yang tidak mempercayai mereka sebagai keturunan Nabi. (Lihat Ali bin Abu Bakar Al-Sakran, Al-Burqat Al-Musyiqah [Nafaqah Sayyid Ali bin Abdurrahman bin Sahal Jamalullail, Mesir, 1347 H.]  hlm. 122-123)


Nampaknya, penolakan dari ulama-ulama di abad ke-9 H itu tidak diprasastikan dalam bentuk tulisan. Sementara usaha-usaha pemasaran dan peyakinan dari klan Ba’alwi bahwa mereka keturunan Nabi ditulis dalam berbagai kitab mulai abad ke-9 H sampai hari ini. Yang demikian itu membuat kesan sekilas bahwa pada abad ke-9 H itu mereka sudah “Syuhrah Wa al-Istifadloh” sebagai keturunan Nabi.  


Kendati demikian, tersisanya ulama di Yaman hari ini yang tidak mempercayai Ba’alwi sebagai keturunan Nabi, adalah sebuah ciri bahwa tradisi ketidakpercayaan itu tetap dirawat oleh komunitas keulamaan tertentu di sana.


Pemasaran dan publikasi terhadap penduduk di sana tentang produk bahwa mereka adalah keturunan Nabi, dilakukan klan Ba’alwi bukan hanya dengan relasi konvensional antara murid dan guru, tetapi juga dengan doktrinasi transsendental- metafisik yang sulit ditagih scientific evidence (bukti ilmiah)-nya. 


Baca: Pembuktian Nasab dan Tantangan Integritas Rabithah Alawiyah (RA)


Kita ambil sebuah contoh, Ali bin Abu Bakar Al-Sakran dalam Al-Burqat menyatakan bahwa ia mendengar sebuah cerita bahwa ada sebagian orang pilihan telah bermimpi bertemu Nabi Muhammad Saw di atas sebuah bukit di Tarim, lalu Nabi berkata: “Wahai penduduk negeri ini, aku mempunyai titipan untukmu (Ba’alwi)  barang siapa membenci mereka maka mereka membenci aku, barang siapa membuat rida mereka maka ia membuat aku rida”. (Lihat Al-Burqat Al-Musyiqah, hlm. 131).  


Abaikan Pengakuan Klan Ba’alwi

Bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan DNA, hari ini kita dapat mengetahui hubungan biologis antara seorang individu dengan individu lainnya. Apabila pola kromosom Y tidak sama (tidak cocok) maka akan memberikan akurasi 100% kedua laki-laki tersebut bukanlah saudara dari garis ayah. (Sumber: https://genoslaboratory.com/kekerabatan-garis-ayah/


Jika hari ini ada dua laki-laki yang sama-sama mengaku keturunan garis ayah dari Nabi Muhammad Saw, maka ia harus bertemu di kakek bersama sekitar 1500 tahun yang lalu. Jika dua laki-laki hari ini mengaku sebagai keturunan garis ayah dari Nabi Ibrahim AS, maka ia harus bertemu di kakek bersama sekitar 5000 tahun yang lalu. 


Laki-laki yang hari ini berhaplogroup G dengan laki-laki berhaplogroup J1 baru bertemu di kakek bersama di sekitar 45.000 tahun yang lalu. Jika dua laki-laki tersebut sama-sama mengaku keturunan Nabi Muhammad Saw, maka keduanya pasti ada yang palsu karena Nabi Muhammad Saw terverifikasi sebagai sosok historis pada 1500 tahun yang lalu. 


Lalu menurut para pakar DNA, Nabi Muhammad Saw itu tergolong berhaplogroup apa? Professor Ubaidillah, seorang pakar DNA dari Timur Tengah, sebagaimana termuat dalam buku Muqaddimat ‘Ilm al-Ansab, mengatakan:


"Setelah meneliti dan melakukan banyak tes dan analisis laboratorium terhadap DNA untuk mengetahui keragaman ras manusia, para peneliti menemukan bahwa warisan genetik Arab termasuk dalam ras tersebut (J1). Peneliti Profesor Ali bin Muhammad Al- Shehhi mengatakan: Kita dapat memberi nama pada jenis  J1 dengan DNA suku Arab…Para peneliti juga menemukan bahwa gen Ismail bin Ibrahim, dengan dua cabangnya: Adnani dan Qahtani, terkelompokan ke dalam J1c3d." (Lihat: Khalil bin Ibrahim, Muqaddimat fi Ilmil Ansab,  hlm. 189-191 -diringkas)


Berikut ini daftar haplogroup Y DNA yang dimuat dalam Kitab Muqaddimat Fi ‘Ilm Al-Ansab (hlm. 181-185):


  1. Haplogroup A: adalah haplogroup untuk keturunan bangsa Etiopia, Sudan,
  2. Haplogroup B: Afrika
  3. Haplogroup C: India, Srilangka, Asia  Tenggara,
  4. Haplogroup D: Asia tengah, Mongoloia, Selatan Asia.
  5. Haplogroup E: Afrika.
  6. Haplogroup G: Utara Asia Tengah, Pakistan, Afganistan. Haplogroup G Disebut Haplogruop Kaukasus kerena ke luar dari haplo ini 2 % dari penduduk barat laut Eropa, 8-10 % dari penduduk  Asbania, Italia, Yunan, Turki, 30% dari penduduk Georgia dan Azerbaijan, 50% dari penduduk Ositia Utara, 18% dari orang Druze, 10% dari Yahudi Askenazi, dan 20% dari Yahudi Maroko.
  7. Haplogroup R: Utara laut hitam dari Orasia, Eropa Timur, India, Irlandia.
  8. Haplogroup I: Eropa, Viking.
  9. Haplogroup H: India Dravida, Pastun, Iran.
  10. Haplogroup L: India
  11. Haplogroup M: Guinea
  12. Haplogroup N: Utara Asia, Cina, Mongolia,
  13. Haplogroup O: Asia Timur, Cina, Malaysia, Vietnam, Indonesia, Korea, Jepang.
  14. Haplogroup K: Iran, Mesir, Papuanugini.
  15. Haplogruop Q: Amerika
  16. Haplogroup S: Papuanugini, Indonesia, Melanesia
  17. Haplogroup T: Iran, Mesir, Afrika.
  18. Haplogroup  J: Timur Tengah, Arab Syamiyah.
  19. Haplogroup J2: Asia Tengah, Iran, India, Kurdi.

 

Prof Ubaidillah juga mengatakan:


“DNA adalah stempel yang dijadikan pegangan di masa depan. Ia adalah hukum pasti bagi pengakuan nasab perorangan atau kelompok. Dan akan membawa keengganan untuk meneliti surat-surat dan manuskrip-manuskrip sejarah masa lalu yang berkaitan dengan nasab. DNA pula akan menggantikan stempel para syekh dan ahli nasab karena ilmu nasab adalah ilmu  riwayat yang bersifat dzanni…ilmu DNA akan merubah ilmu nasab dari ilmu dzanni yang bersifat tarjih yang terkadang terjadi pemalsuan menjadi ilmu yang rasional yang terhormat yang berdasar hasil-hasil tes yang presisi yang tidak akan salah dengan kekuasaan, hikmah, dan pengaturan  Allah Azza wajalla”. (Sumber: Muqaddimat, hlm. 179)


Dari sini penulis mengatakan bahwa pengakuan Klan Ba’alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw seharusnya diabaikan. Karena berdasarkan tes DNA para individu dari Klan Ba’alwi diperoleh hasil bahwa mereka terkelompokkan dalam Haplogroup G, bukan J1. 


Baca: Fakta Sejarah Ba'alwi yang Didatangkan Penjajah Belanda


Berdebat tentang keabsahan surat dari sebuah kalung emas tidak ada gunanya,  jika setelah diperiksa bahwa kalung itu ternyata bukan terbuat dari emas tetapi hanya tembaga biasa. Individu atau komunitas tertentu yang mengaku memiliki konektivitas genealogi kepada Nabi,  ketika terjadi khilafiyah secara ilmu nasab dan sejarah, baru dianggap laik untuk ditelusuri setelah lulus uji DNA. Jika DNA-nya saja sudah melenceng, maka penulusuran ilmu nasab dan sejarah itu menjadi kontraproduktif, tidak signifikan dan absurd


Tetapi tidak salah juga jika setelah kita mengetahui bahwa kalung emas itu adalah palsu, kita tetap  menelusuri sebenarnya siapa yang telah mengeluarkan surat kalung itu, agar diketahui siapa yang memalsukan. [dutaislam.or.id/ab]


Bersambung ke: Makam Palsu Ahmad bin Isa Al-Muhajir.


Keterangan:

Artikel adalah bagian pertama dari karya KH. Imaduddin Ustman Al-Bantani berjudul lengkap "Migrasi Klan Ba’alwi dan Pengakuan Sebagai Keturunan Nabi" yang sedianya dijadikan bahan diskusi publik di UIN Walisongo Semarang, 10 September 2024. Tapi batal. Redaksi memuatnya dalam beberapa judul. 

Iklan