Hadist dan dalil tentang doa |
Kekuatan doa dalam Islam diibaratkan sebagai pedang. Mengapa? Karena janji Allah Swt. tentang doa sangat banyak dan bertebaran bahkan hadits tentang doa juga ratusan riwayat ditulis.
Dutaislam.or.id - Dus, doa merupakan senjata dan perisai bagi kaum mukminin. Sementara, benteng doa dan senjatanya adalah tangisan. Dalam ajaran Islam, doa menempati posisi sangat penting. Tidak hanya digunakan untuk meminta kebutuhan hidup semata, melainkan sebagai sarana berinteraksi dengan Allah Swt. dan juga sarana beribadah.
“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang bagi agama dan cahaya dari langit,” demikian kutip hadis yang diriwayatkan dari Al-Hakim.
Berdoa diwajibkan bagi setiap manusia yang hidup di dunia ini, karena memang mahkluk tak akan ada apa-apanya jika dengan Allah Swt., Sang Pemilik Alam Semesta. Sehingga sebagai manusia sudah sepatutnya sering memanjatkan doa kepada Allah Swt. sebagai bentuk kelemahan diri di hadapan Allah Rabbul Alamin.
Firman Allah Swt.
Artinya:
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku. Ia akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mukmin : 60)
Secara tekstual, doa merupakan bentuk mashdar dari kata da’a-yad’u (دعا- يدعو) yang bermakna memanggil, mengundang atau menyeru. Dalam bahasa Jawa, doa diartikan sebagai “ngundang”. Kata ini juga memiliki beberapa variasi mashdar, diantaranya: da’wan, da’wah, dan da’wa.
Secara etimologis, doa bermakna memohon, minta diambilkan sesuatu (oleh), membutuhkan, menuturkan kebaikan, meminta tolong, mencari kebaikan, menisbatkan (kepada orang lain), mengajak dan mendorong (untuk melakukan suatu perbuatan).
Sedangkan pengertian doa menurut istilah syariat Islam adalah suatu permohonan atau permintaan dan ucapan dalam hati kepada Allah Swt.
Syeikh Ibnu Manzhur menyatakan bahwa arti doa secara etimologisnya adalah menyeru. Namun secara istilah, ada beberapa pendapat tentang makna doa ini, di antaranya permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt. (Lihat Lisanul Arab)
Imam al Khaththabiy rahimahullah mengatakan: “Doa adalah bila seorang hamba memohon pertolongan dan meminta bantuan kepada-Nya. Sedangkan hakikat doa ialah menampak kefaqiran kepada-Nya, membebaskan dan membersihkan diri dari daya dan kekuatan, ini merupakan ciri-ciri ‘ubudiyyah seseorang, merasakan kelezatan manusiawi yang mana didalamnya terkandung makna pujian kepada Allah Swt. serta pengakuan terhadap sifat kedermawanan Allah Swt.”. (Lihat Sya’nud Du’a).
Menurut kalangan ahli ushul dan fiqih, makna doa adalah tuntutan perbuatan (perintah) dari derajat yang rendah kepada derajat yang lebih tinggi. Karena itu, doa adalah salah satu bentuk dari permintaan. Yakni, permintaan kita manusia yang hina kepada Sang Khaliq, Allah Swt.
Yang pasti, inti dari doa itu sendiri adalah permohonan untuk mendatangkan manfa’at dan permohonan agar dilepaskannya atau dihindarkannya kemudaratan, sebagaimana dijelaskan IIbnul Qayyim al-Jauziyyah pula. (Lihat: Ad Du’aa, Mafhumuhu, Ahkamuhu, Akhta’un, Taqa’u fiihi yang dalam edisi Indonesia berjudul: “Berdoa Sesuai Sunnah”)
Dutaislam.or.id - Dus, doa merupakan senjata dan perisai bagi kaum mukminin. Sementara, benteng doa dan senjatanya adalah tangisan. Dalam ajaran Islam, doa menempati posisi sangat penting. Tidak hanya digunakan untuk meminta kebutuhan hidup semata, melainkan sebagai sarana berinteraksi dengan Allah Swt. dan juga sarana beribadah.
“Doa adalah senjata orang mukmin, tiang bagi agama dan cahaya dari langit,” demikian kutip hadis yang diriwayatkan dari Al-Hakim.
Berdoa diwajibkan bagi setiap manusia yang hidup di dunia ini, karena memang mahkluk tak akan ada apa-apanya jika dengan Allah Swt., Sang Pemilik Alam Semesta. Sehingga sebagai manusia sudah sepatutnya sering memanjatkan doa kepada Allah Swt. sebagai bentuk kelemahan diri di hadapan Allah Rabbul Alamin.
Firman Allah Swt.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya:
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku. Ia akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mukmin : 60)
Secara tekstual, doa merupakan bentuk mashdar dari kata da’a-yad’u (دعا- يدعو) yang bermakna memanggil, mengundang atau menyeru. Dalam bahasa Jawa, doa diartikan sebagai “ngundang”. Kata ini juga memiliki beberapa variasi mashdar, diantaranya: da’wan, da’wah, dan da’wa.
Secara etimologis, doa bermakna memohon, minta diambilkan sesuatu (oleh), membutuhkan, menuturkan kebaikan, meminta tolong, mencari kebaikan, menisbatkan (kepada orang lain), mengajak dan mendorong (untuk melakukan suatu perbuatan).
Sedangkan pengertian doa menurut istilah syariat Islam adalah suatu permohonan atau permintaan dan ucapan dalam hati kepada Allah Swt.
Syeikh Ibnu Manzhur menyatakan bahwa arti doa secara etimologisnya adalah menyeru. Namun secara istilah, ada beberapa pendapat tentang makna doa ini, di antaranya permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Allah Swt. (Lihat Lisanul Arab)
Imam al Khaththabiy rahimahullah mengatakan: “Doa adalah bila seorang hamba memohon pertolongan dan meminta bantuan kepada-Nya. Sedangkan hakikat doa ialah menampak kefaqiran kepada-Nya, membebaskan dan membersihkan diri dari daya dan kekuatan, ini merupakan ciri-ciri ‘ubudiyyah seseorang, merasakan kelezatan manusiawi yang mana didalamnya terkandung makna pujian kepada Allah Swt. serta pengakuan terhadap sifat kedermawanan Allah Swt.”. (Lihat Sya’nud Du’a).
Menurut kalangan ahli ushul dan fiqih, makna doa adalah tuntutan perbuatan (perintah) dari derajat yang rendah kepada derajat yang lebih tinggi. Karena itu, doa adalah salah satu bentuk dari permintaan. Yakni, permintaan kita manusia yang hina kepada Sang Khaliq, Allah Swt.
Yang pasti, inti dari doa itu sendiri adalah permohonan untuk mendatangkan manfa’at dan permohonan agar dilepaskannya atau dihindarkannya kemudaratan, sebagaimana dijelaskan IIbnul Qayyim al-Jauziyyah pula. (Lihat: Ad Du’aa, Mafhumuhu, Ahkamuhu, Akhta’un, Taqa’u fiihi yang dalam edisi Indonesia berjudul: “Berdoa Sesuai Sunnah”)
Dalil-Dalil Pentingnya Berdoa dalam Al-Qur’an
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku itu dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu. Maka, hendaknya mereka itu memenuhi (semua perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.S Al-Baqarah: 186).
Firman Allah Swt. dalam surat lain tentang doa:
. أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Artinya;
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan serta yang menjadikan kamu (wahai manusia) sebagai khalifah di bumi. Apakah disamping Allah Swt. ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya.” (QS. An-Namal : 62)
Yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.
Firman Allah Swt.:
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كـُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَلهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Artinya:
"Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan." Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah Swt. dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)." (QS. Al- A’raaf : 29)
Firman Allah Swt.
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah Swt.) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Swt. itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raaf : 56)
Firman Allah Swt. Swt..
يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Artinya:
"Ia menyeru selain Allah Swt., sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang amat jauh (melencengnya).” (QS. Al-Hajj :12)
Hadits Rasulullah Saw Tentang Doa
“Berdoalah kalian kepada Allah Swt. dengan meyakini bahwa doa akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah Swt. tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan tidak serius.”
Dalam hadits dari Abu Hurairah juga, Nabi Muhammad shallAllahu alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Artinya:
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia (dan besar pengaruhnya) di sisi Allah selain daripada doa.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jika memahami hal ini, maka gunakanlah doa pada Allah Swt. sebagai senjata untuk meraih harapan.
Dalam hadits lain, Rasulullah Saw bersabda:
"Doa seseorang itu akan dikabulkan selagi dia tidak terburu-buru menyebabkan dia berkata: Aku Berdoa Tetapi Tidak Dikabulkan." (HR. Bukhari)
Rasulullah Saw juga bersabda:
"Tidak ada seorang muslim yang menghadapkan mukanya kepada Allah Swt. untuk berdoa, kecuali Allah Swt. akan memberikannya, kadang dipercepat dan kadang diperlambat." (HR. Ahmad)
Rasulullah Saw bersabda:
"Perbanyaklah berbuat baik agar orang-orang mendoakan kebaikan untukmu, karena sesungguhnya seorang hamba itu tidak mengetahui, melalui lisan siapakah doanya dikabulkan atau ia diberi rahmat." (HR. Al Khatib) Rasulullah Saw bersabda: "Berlindunglah kalian kepada Allah Swt. dari musibah yang memayahkan, kecelakaan yang menghinakan, takdir yang buruk dan penghinaan musuh." (HR. Bukhari).
Rasulullah Saw bersabda:
"Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang amal perbuatan yang paling baik buat kalian, paling suci (berharga) disisi kalian, dan paling banyak mengangkat derajat (pahala) kalian dan lebih baik bagi kalian daripada meng-infakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada perang menghadapi musuh kalian, lalu kalian memukul leher mereka dan mereka memukul leher kalian. Mereka menjawab: Tentu saja kami mau. Nabi Saw bersabda: Ber-Dzikir kepada Allah Swt." (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Saw bersabda:
"Dunia itu terkutuk, terkutuk (pula) apa yang ada padanya kecuali ingat kepada Allah Swt. dan apa yang mengiringinya atau orang yang mengajar atau orang yang belajar." (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya seseorang benar-benar dihambat rezekinya disebabkan oleh dosa yang dikerjakannya. Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa. Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan." (HR. ibnu hibban melalui ibnu tsauban r.a)
Rasulullah Saw bersabda:
"Semoga Allah Swt. merahmati seorang hamba yang mengucapkan kebaikan lalu ia mendapatkan keuntungan, atau ia diam tidak mengatakan hal yang buruk lalu ia selamat." (HR. Ibnu Mubarak).
Dalam hadits riwayat Ahmad juga menyatakan begini:
“Tiada seorang muslim yang berdoa dengan satu doa yang di dalamnya tidak ada unsur dosa dan pemutusan tali silaturahim, melainkan Allah Swt. akan memberinya satu dari tiga perkara, yakni: doanya akan segera dikabulkan; atau akan disimpan untuknya di akhirat kelak; atau ia akan dihindarkan dari keburukan yang sepadan dengan permintaannnya. 'Para sahabat berkata.’Kalau begitu kami akan banyak berdoa.’Nabi menyahut, ‘Allah Swt. lebih banyak karunia-Nya'.”
Sebagian sahabat Nabi Muhammad radhiyAllahu ‘anhum berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ رَبُّنَا قَرِيبٌ فَنُنَاجِيهِ ؟ أَوْ بَعِيدٌ فَنُنَادِيهِ ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ
Artinya:
“Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kami dekat sehingga kami cukup bersuara lirih ketika berdoa, ataukah Tuhan kami itu jauh sehingga kami menyerunya dengan suara keras?” Kemudian Allah Swt. Ta’ala menurunkan ayat 186 dari surat Al-Baqarah di atas. (Majmu’ Al Fatawa, 35/370).
Penuh yakinlah bahwa Allah Swt. akan mengabulkan setiap doa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallAllahu alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
Artinya:
“Berdoalah kepada Allah Swt. dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah Swt. tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa mengingat Allah Swt. hingga kedua matanya menangis karena takut kepada Allah Swt., hingga sebagian dari air matanya itu menetes ke tanah, niscaya Allah Swt. tidak akan meng-azabnya dihari kiamat." (HR. Al Hakim)
Bermohonlah kepada Tuhanmu di saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah Swt. berfirman (hadits Qudsi): "Barangsiapa berdoa (memohon) kepada-Ku di waktu dia senang (bahagia) maka Aku akan mengabulkan doanya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon maka Aku kabulkan dan barangsiapa rendah diri kepada-Ku maka aku angkat derajatnya, dan barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri maka Aku merahmatinya dan barangsiapa mohon pengampunanKu maka Aku ampuni dosa-dosanya." (Ar-Rabii').
Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt. berfirman:
"Hai anak Adam, sesungguhnya selama kamu berdoa kepada-Ku dan kamu mengharapkan kepada-Ku, Aku ampuni kamu bagaimanapun keadaanmu sebelumnya, Aku tidak perduli. Hai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu mencapai awan dilangit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku, Aku ampuni kamu dan Aku tidak perduli. Hai anak Adam, sekiranya kamu mendatangi Aku dengan membawa kesalahan-kesalahan yang hampir memenuhi bumi, kalau kamu bertemu Aku nanti dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu, pasti Aku mendatangi kamu dengan membawa ampunan yang hampir memenuhi bumi pula." (HR. Tirmidzi)
Begitu Allah Swt. sangat Maha Pengasih dan Penyayang. Maka hendaknya kita berdoa kepada-Nya dengan keyakinan, khusyuk, dan juga merendahkan diri. Karena kita yakin Allah Swt. Maha Kuasa, maka Allah Swt. Swt.. bisa mengabulkan apa saja permintaan hamba-Nya selama di dalamnya tidak mengandung unsur dosa dan pemutus tali silaturahim sesama muslim. Maka yakinlah, Allah Swt. akan mengabulkan doa kita dan janganlah ragu pada kuasa Allah Swt.. (Diambil dari: “Jangan Biarkan Doa Anda Sia-sia!” karya Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani).
Tentang Terkabulnya Sebuah Doa
Kedekatan Allah Swt. yang umum dengan ilmu-Nya, ini berlaku pada setiap makhluk.Kedekatan Allah Swt. yang khusus pada hamba-Nya dan seorang muslim adalah yang berdoa pada-Nya, yaitu Allah Swt. akan mengijabahi (mengabulkan) doanya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, hlm. 87)
Kedekatan Allah Swt. pada orang yang berdoa adalah kedekatan yang khusus –pada macam yang kedua- (bukan kedekatan yang sifatnya umum pada setiap orang). Allah Swt. begitu dekat kepada orang yang berdoa dan yang beribadah padaNya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah Swt. adalah ketika ia sujud. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 15/17)
Siapa saja yang berdoa pada Allah Swt. dengan menghadirkan hati ketika berdoa, menggunakan doa yang ma’tsur (dituntunkan), menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya doa (seperti memakan makanan yang haram), maka niscaya Allah Swt. akan mengijabahi doanya.
Terkhusus lagi jika ia melakukan sebab-sebab terkabulnya doa dengan tunduk pada perintah dan larangan Allah Swt. dengan perkataan dan perbuatan, juga disertai dengan mengimaninya. (Lihat Taisir Al Karimir Rahman, hlm. 87)
Lalu pahamilah bahwa ada beberapa jalan Allah Swt. mengabulkan doa. Dari Abu Sa’id, Nabi shallAllahu alaihi wa sallam bersabda,
« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
Artinya:
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah Swt. selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah Swt. akan memberinya tiga hal, yakni [1] Allah Swt. akan segera mengabulkan doanya, [2] Allah Swt. Swt.. akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah Swt. akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi shallAllahu alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah Swt. nantinya lah yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid).
Boleh jadi dan itu sangat bisa bahwa Allah Swt. menunda mengabulkan doa. Boleh jadi pula Allah Swt. mengganti keinginan kita dalam doa dengan sesuatu yang Allah Swt. anggap lebih baik. Atau, pula Allah Swt. akan mengganti dengan pahala di akhirat. Jadi doa tidak akan sia-sia.
Berikut ini adalah wejangan menyejukkan hati dari cucu Nabi shallAllahu alaihi wa sallam. Sayyidina Al-Hasan bin ‘Ali radhiyAllah anhuma berkata,
من اتكل على حسن اختيار الله له، لم يتمن شيئا. وهذا حد الوقوف على الرضى بما تصرف به القضاء
Artinya:
“Barangsiapa yang bersandar kepada atas baiknya pilihan Allah Swt. untuknya, maka ia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain kondisi yang telah Allah Swt. pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridla (menerima) atas semua ketentuan takdir dalam semua situasi (yang Allah Swt.) berlakukan (bagi hamba-Nya)”. (Lihat: Siyaru A’laamin Nubalaa’: 3/262 dan Al-Bidayah wan Nihaayah: 8/39).
Sangat banyak bukan, dalil yang memerintahkan untuk berdoa? Ayat dan hadits tentang doa pun jumlahnya tak terhitung. Yakinlah, bahwa pilihan Allah Swt., itulah yang terbaik. Berdoalah. Allah Maha Mendengarkan hambanya. [dutaislam.or.id/ab]