Memelihara anak yatim bisa dekat dengan Rasulullah Saw. Foto: dutaislam.or.id. |
Dutaislam.or.id - Islam menempatkan perhatian yang besar pada pemeliharaan dan perlindungan anak yatim. Anak yatim adalah mereka yang kehilangan ayah atau kedua orang tuanya sebelum mencapai usia dewasa.
Dalam Al-Qur'an dan hadits, terdapat banyak dorongan bagi umat Islam untuk memperhatikan nasib anak yatim, karena hal ini bukan hanya merupakan tindakan kemanusiaan, tetapi juga salah satu amalan mulia yang mendekatkan seorang Muslim kepada Allah dan Rasul-Nya.
Salah satu keutamaan terbesar dalam memelihara anak yatim adalah janji untuk dekat dengan Nabi Muhammad Saw di surga. Rasulullah Saw bersabda:
أنا وكافل اليتيم في الجنة هكذا
Terjemah:
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim akan berada di surga seperti ini.” Rasulullah Saw kemudian mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, serta merenggangkan keduanya sedikit (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah Saw menggambarkan hubungan yang dekat di surga antara beliau dan mereka yang peduli terhadap anak yatim, dengan menggunakan simbol jarak jari telunjuk dan jari tengah yang hanya sedikit terpisah.
Memelihara anak yatim bukan hanya memberikan dampak bagi anak tersebut, tetapi juga memberikan pengaruh positif bagi hati seseorang. Hati yang keras karena kesibukan duniawi, atau karena hilangnya rasa empati dan kasih sayang, dapat dilunakkan dengan berinteraksi dan merawat anak yatim.
Rasulullah Saw mengajarkan bahwa salah satu cara untuk melembutkan hati adalah dengan memperhatikan anak yatim dan memberikan mereka kasih sayang. Dalam kehidupan sehari-hari, memberi cinta dan perhatian kepada anak yatim dapat menyadarkan seseorang akan pentingnya kehadiran Allah dan kelembutan hati terhadap sesama manusia.
Anak yatim sering kali menghadapi tantangan ekonomi setelah kehilangan orang tua mereka. Oleh karena itu, syariat Islam mendorong kita untuk tidak hanya memberikan perlindungan emosional, tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan fisik dan material mereka terpenuhi. Rasulullah Saw bersabda:
خَيْر بَيْت فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْت فِيهِ يَتِيم يُحْسَن إِلَيْهِ
Terjemah:
"Rumah terbaik di antara umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik" (HR. Ibnu Majah).
Hadits ini menegaskan bahwa rumah seorang Muslim yang merawat anak yatim dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab adalah rumah yang diberkahi. Sebaliknya, dalam hadits yang sama, Rasulullah Saw memperingatkan:
وَشَرّ بَيْت فِي الْمُسْلِمِينَ بَيْت فِيهِ يَتِيم يُسَاء إِلَيْهِ
Terjemah:
"Dan rumah terburuk di antara umat Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk" (HR. Ibnu Majah).
Melalui pernyataan ini, Rasulullah Saw mengingatkan bahwa tanggung jawab terhadap anak yatim harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya memberi makan atau pakaian, tetapi juga menjaga perasaan mereka, memberi pendidikan, dan memastikan mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kasih sayang.
Selain balasan di dunia berupa kebahagiaan dan kedamaian hati, Islam juga menjanjikan perlindungan di hari kiamat bagi mereka yang menjaga anak yatim. Di hari di mana setiap orang mencari pertolongan, orang yang memelihara anak yatim akan mendapatkan kedudukan istimewa di sisi Allah dan Nabi-Nya.
Hal ini mengingatkan umat Islam bahwa kebaikan yang dilakukan di dunia, terutama dalam memelihara anak-anak yang membutuhkan, akan membawa keberkahan di kehidupan setelah mati. [dutaislam.or.id/ai/ab]