Kitab Fathul Jawad Makna Pesantren. |
Dutaislam.or.id - Kitab Fathul Jawad Syarah Mandhumah Ibnul Imad ini ditulis oleh Abul Abbas Syihabuddin Ahmad ibnu Hamzah Ar-Romli, lebih dikenal dengan sebutan Ar-Romli Senior (Ar-Romli al-Kabir). Beliau adalah ayah dari Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Ar-Romli (wafat 1004 H./1596 M.), atau yang biasa disebut Ar-Romli Yunior (Ar-Romli al-Shaghir), seorang ulama terkemuka dalam mazhab Syafi‘i yang menulis kitab Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj.
Meskipun tidak ada data pasti mengenai tanggal kelahiran Ar-Romli Senior, kita dapat memperkirakan bahwa ia lahir pada akhir abad ke-9 H/15 M, berdasarkan kelahiran putranya, Ar-Romli Yunior, pada tahun 919 H/1513 M. Ar-Romli Senior wafat pada tahun 957 H/1550 M, dan jenazahnya dishalatkan di Masjid Al-Azhar sebelum dimakamkan di Kairo, Mesir.
Baca: Flashdisk Kitab Kuning PDF Makna Pesantren
Dalam tradisi literatur madzhab Syafi'i, kitab Fathul Jawad bukan satu-satunya karya dengan nama tersebut. Ada juga kitab serupa yang ditulis oleh Ibnu Hajar Al-Hatami (wafat 973 H/1566 M), seorang ulama terkemuka lainnya dalam mazhab Syafi'i yang menulis Tuhfatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj. Kitabnya berjudul Fathul Jawad bi Syarhil Irsyad ala Matnil Irsyad, yang merupakan komentar terhadap Matan Irsyadul Ghawi fi Masalikil Hawi, karya Ibnul Muqri (w. 837 H/1433 M).
Kitab Fathul Jawad adalah syarah (penjelasan) atas bait-bait syair yang ditulis oleh Syihabuddin Ahmad bin Imaduddin Imad Al-Aqfahsi (wafat 808 H/1405 M), yang lebih dikenal sebagai Ibnul Imad. Beliau hidup sekitar satu abad sebelum Ar-Romli Senior. Tidak ada informasi pasti mengenai judul bait-bait syair karya Ibnul Imad ini, tetapi dalam kitab Fathul Jawad, Ar-Romli Senior hanya menyebutnya sebagai Mandhumah Ibnul Imad.
Tema utama dari syair-syair Ibnul Imad yang dikomentari oleh Ar-Romli Senior adalah mengenai benda-benda najis yang ditoleransi (najasat ma'fuw anha). Ibnul Imad menguraikan tentang 66 benda atau kasus yang termasuk dalam kategori ini.
Dalam konteks fikih, benda-benda najis yang ditoleransi adalah kategori khusus (istitsna'iyah) dari benda-benda najis yang nyata (najasat waqi'iyyah atau ainiyyah), selain kategori benda-benda najis berat (mughalladhah) seperti air kencing, darah, nanah, dan sebagainya.
Meskipun pada dasarnya benda-benda tersebut berstatus najis, berdasarkan pertimbangan tertentu seperti ukuran, kadar, atau kesulitan untuk menghindarinya (masyaqqah al-ihtiraz), mereka dianggap suci secara hukum (thahir hukman).
Baca: Flashdisk Ebook Islami 32 GB
Oleh karena itu, benda-benda ini tidak perlu dibersihkan, meskipun untuk keperluan ibadah ritual (mahdhah) yang mempersyaratkan kesucian fisik dari najis, seperti salat, thawaf, dan khutbah. Adapun bentuk najis lain, bisa Anda pelajari lebih lanjut. Silakan:
Semoga bermanfaat. [dutaislam.or.id/ab]