Kitab Hushunul Hamidiyah Makna Pesantren. |
Dutaislam.or.id - Ilmu Tauhid adalah salah satu ilmu pokok yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim yang telah mencapai usia dewasa dan memiliki akal yang sehat (mukallaf). Bersama dengan ilmu Fiqih dan Akhlak, Tauhid menjadi pilar utama yang membentuk pondasi keimanan dan amalan seorang Muslim.
Dalam akidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), rukun iman pertama adalah iman kepada Allah. Bagian ini menuntut seorang Muslim untuk meyakini sifat-sifat Allah yang wajib ada pada-Nya. Sifat yang paling dasar dan pertama yang wajib diketahui adalah wujud, atau keberadaan Allah Swt.
Baca: Kitab Kuning PDF Makna Pesantren dalam Flashdisk
Dalil wujud atau keberadaan Allah dapat dibuktikan secara logis (dalil aqli) melalui adanya alam semesta. Namun, bagaimana alam semesta bisa dijadikan bukti keberadaan Allah? Apakah benar bahwa alam semesta bersifat baru, atau justru bersifat qadim (tanpa awal)? Dan jika alam semesta ini baru, bagaimana argumentasi logis yang mendukungnya?
Sederet pertanyaan ini telah dijawab secara mendalam oleh Sayyid Husain Afandi al-Jisri al-Tharabalisi dalam kitabnya Hushunul Hamidiyyah. Kitab ini mengupas tentang sifat-sifat Allah yang wajib dan yang mustahil dengan penjelasan logis, sehingga memudahkan para pelajar, baik santri maupun masyarakat umum, dalam memahami konsep Tauhid.
Dalam pembahasan tentang sifat wujud, Sayyid Husain menggunakan argumen aqli (logis) dan tidak bersandar hanya pada dalil naqli (teks dari Al-Qur'an dan Hadis). Hal ini bertujuan untuk menjangkau mereka yang belajar Tauhid melalui pemikiran rasional.
Baca: Logika Rasional Mujizat Nabi dalam Kitab Hushunul Hamidiyyah (الحُصون الحميدية - PDF)
Menurut beliau, keberadaan Allah adalah sesuatu yang wajib secara akal, dan mustahil jika Allah tidak ada (‘adam). Argumen utama yang digunakan adalah keberadaan alam semesta yang bisa disaksikan oleh setiap manusia. Alam ini, dengan segala komponennya, menunjukkan sifat baru atau diciptakan setelah tidak ada. Jika alam semesta baru, maka ada sesuatu yang menciptakannya. Beliau menjelaskan:
"Dengan demikian, alam pasti ada yang menciptakan. Sedangkan alam dikatakan baru karena alam ini menetapi sifat-sifat baru. Seperti gerak, diam, terdiri dari berbagai bentuk, baik berbentuk hewan, tumbuhan, tambang, dan sebagainya, di mana materi dan esensi alam tidak terlepas dari salah satu sifat-sifat baru tersebut. Setiap benda yang menetapi sifat-sifat baru, maka dia termasuk benda baru."
Dalam penjelasannya, Sayyid Husain Afandi menyebutkan bahwa alam semesta ini memiliki berbagai sifat seperti gerak dan diam, yang semuanya menunjukkan kebaruan. Gerak dan diam adalah sifat-sifat yang tidak mungkin ada dalam sesuatu yang qadim, karena sifat-sifat tersebut menandakan perubahan atau proses. Jika sifat-sifat alam menunjukkan kebaruan, maka esensi alam itu sendiri juga baru. Dengan kata lain, alam semesta tidak bisa dikatakan qadim—atau telah ada sejak dulu tanpa awal—karena sifat-sifatnya menunjukkan bahwa ia mengalami perubahan dan keterciptaan.
Beberapa orang mungkin berargumen bahwa esensi alam adalah qadim, sementara sifat-sifatnya adalah baru. Namun, Sayyid Husain menegaskan bahwa argumen ini tidak mungkin benar. Esensi dan sifat suatu benda tidak bisa dipisahkan—meskipun mereka berbeda, mereka tidak terpisah satu sama lain. Jika sifat-sifat alam adalah baru, maka alam itu sendiri pun baru.
Dalam logika Tauhid, konsep ini penting karena menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta, baik materi maupun sifat-sifatnya, memerlukan penciptaan. Alam tidak bisa menciptakan dirinya sendiri, dan karena itu, mesti ada Dzat yang menciptakannya, yakni Allah.
Pendekatan logis ini mengajak setiap Muslim untuk merenungi ciptaan di sekelilingnya sebagai tanda-tanda keberadaan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, alam semesta dengan segala keteraturannya merupakan ayat (tanda) yang menunjukkan keberadaan dan kekuasaan Allah. Oleh karena itu, memahami Tauhid bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga panggilan akal sehat untuk mengakui bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah bukti dari adanya Sang Pencipta.
Baca: Flashdisk Kitab Terjemah Bahasa Indonesia (32 GB)
Sebagai ilmu yang mendasar, Tauhid menanamkan keyakinan yang kokoh dalam hati setiap Muslim tentang keberadaan Allah dan sifat-sifat-Nya. Sifat wujud adalah yang pertama kali harus diyakini, dan dari sini, berbagai sifat lainnya—seperti qiyam binafsih (berdiri sendiri) dan baqa (kekal)—mengikuti. Semua ini tidak hanya menambah pemahaman tentang konsep ketuhanan, tetapi juga memperkuat iman seorang Muslim dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Kesimpulannya, mempelajari Ilmu Tauhid dengan metode logis seperti yang dijelaskan dalam Kitab Hushunul Hamidiyyah memberikan pondasi yang kuat bagi keimanan seorang Muslim. Dengan memahami bahwa alam semesta ini adalah ciptaan yang baru, kita menyadari kebesaran Allah sebagai Sang Pencipta yang wajib ada dan mustahil tidak ada. Alam semesta dan segala isinya adalah bukti nyata dari kekuasaan dan kebijaksanaan Allah yang Maha Agung.
Silakan baca dengan cara:
Semoga bermanfaat. [dutaislam.or.id/ab]