Iklan

Iklan

,

Iklan

Kitab Kaimiya'us Sa'adah (PDF-Drive) Makna Pesantren dan Terjemahnya

Duta Islam #05
22 Sep 2024, 04:27 WIB Ter-Updated 2024-09-21T21:27:28Z
Download Ngaji Gus Baha
kitab kimia sa'adah pdf makna pesantren
Kitab Kaimiya'us Sa'adah versi cetak.


Dutaislam.or.id - Kebahagiaan sejati (sa'adah) sebenarnya tidak perlu dicari jauh-jauh. Semua bahan untuk mencapainya sudah ada dalam diri setiap manusia. Kuncinya terletak pada kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan paling inti dari dirinya. Inti dari manusia, menurut Imam Al-Ghazali, penulis Kitab Kaimiya'us Sa'adah adalah hati nurani, sementara bagian lainnya hanya berperan sebagai pelengkap dan pembantu hati tersebut.


Dalam pandangan Al-Ghazali, manusia bisa diibaratkan sebagai sebuah kerajaan. Hati nurani berfungsi sebagai raja, akal sebagai penasihat bijaknya, syahwat sebagai gubernur yang mengelola kebutuhan biologis, amarah sebagai polisi yang menjaga ketertiban, dan anggota tubuh sebagai para pekerja yang melaksanakan perintah. Tugas raja adalah memutuskan segala perkara dengan bijak, berdasarkan nasihat dari akal yang sehat dan jernih.


Baca: Flashdisk Kitab Kuning PDF Makna Pesantren


Syahwat, sebagai salah satu komponen penting, memiliki peran yang esensial dalam mempertahankan kehidupan individu dan melanjutkan generasi manusia. Syahwat adalah dorongan biologis yang memastikan kebutuhan pokok terpenuhi. Namun, meskipun penting, syahwat dapat menjadi ancaman jika tidak dikendalikan. Layaknya seorang gubernur yang korup, syahwat yang dibiarkan tanpa batas akan menjerumuskan diri pada kehancuran.


Begitu pula amarah, yang berfungsi sebagai pelindung diri dan penjaga disiplin, bisa menjadi kekuatan yang merusak jika tidak terkontrol. Amarah yang meledak-ledak, seperti polisi yang zalim, tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga menyakiti orang lain di sekitarnya.


Sebagaimana sebuah kerajaan yang makmur hanya dapat tercapai apabila raja mengikuti nasihat dari penasihat yang jujur, begitu pula manusia akan mencapai kebahagiaan jika hati nuraninya mendengarkan suara akal sehat. Keputusan yang diambil berdasarkan pikiran yang jernih akan membawa manusia pada kehidupan yang seimbang dan bahagia.


Namun, jika hati lebih memilih mendengarkan bisikan liar dari syahwat dan amarah yang tidak terkendali, kehidupan seseorang akan penuh dengan kesengsaraan. Akal yang sakit, yang kehilangan kemampuan untuk membedakan antara kebaikan dan keburukan, akan membiarkan syahwat dan amarah menguasai hati. Akibatnya, manusia terjebak dalam perilaku yang merusak dan menjauh dari kebahagiaan yang sejati.


Kesimpulannya, kebahagiaan manusia tidak ditentukan oleh hal-hal di luar dirinya, tetapi oleh kemampuan mengelola komponen-komponen dalam dirinya sendiri. Hati nurani sebagai pusat keputusan harus selalu mendengarkan akal sehat dan menyeimbangkan kebutuhan biologis serta emosi agar tercipta kehidupan yang harmonis. Sebagaimana seorang raja bijak yang mendengarkan nasihat terbaik dari penasihatnya, manusia yang bijaksana akan mencapai kebahagiaan dengan mengikuti bimbingan akal yang sehat.


Bila tertarik membacanya lebih lanjut selain uraian di atas, silakan: 



Semoga bermanfaat. Terimakasih. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan