Makam Ahmad bin Isa Al-Muhajir? Foto: istimewa. |
Sebelum membaca artikel ini, bacalah artikel sebelumnya: Ba'alwi Klaim Keturunan Nabi Sejak di Hadramaut
Oleh KH. Imaduddin Ustman Al-Bantani
Dutaislam.or.id - Klan Ba’alwi, di abad sembilan mengklaim dirinya sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw melalui jalur Ahmad bin Isa yang hidup di abad 3-4 Hijriah. Untuk menyambungkan historiografi dan genealogi mereka dengan Ahmad bin Isa, mereka mengklaim bahwa Ahmad bin Isa Hijrah dari Bashrah ke Hadramaut; mereka menyambungkan silsilah mereka dari abad sembilan Hijriah sampai abad ke-4 Hijriah sebagai berikut:
- Ali (w. 895 H.), bin
- Abubakar al Sakran, bin
- Abdurrahman Assegaf, bin
- Muhammad Maula Dawilah, bin
- Ali bin Alwi al-Gayyur, bin
- Muhammad (Faqih Muqoddam), bin
- Ali, bin
- Muhammad (Sahib Mirbat), bin
- Ali Khaliqosam, bin
- Alwi (w.400 H>.), bin
- Ubaid/‘Ubaidillah/Abdullah (w.383 H.), “bin”
- Ahmad (w.345 H.), bin
- ‘Isa al-Naqib (w.300 H.), bin
- Muhammad al-Naqib (w.250 H.), bin
- ‘Ali al-‘Uraidi (w.210 H.), bin
- Ja’far al-Sadiq (w.148 H.), bin
- Muhammad al-Baqir (w.114 H.), bin
- ‘Ali Zaenal Abidin (w.97 H.), bin
- Sayidina Husain (w.64 H.), bin
- Siti Fatimah al-Zahra (w.11 H.), binti
- Nabi Muhammad Saw. (w.11 H.).
Susunan silsilah bersumber di atas dari Ali al Sakran (hal.148-149). Tahun wafat yang penulis sebutkan tersebut diambil penulis dari sebuah arikel yang berjudul "Inilah Silsilah Habib Rizieq Shihab. Keturunan Ke-38 Nabi Muhammad?" (https://artikel.rumah123.com/inilah-silsilah-habib-rizieq-shihab-keturunan-ke-38-nabi-muhammad-124800). Angka tahun versi Ba’lawi penting ditampilkan untuk mengukur konsistensi dan keakuratan data mereka untuk dikomparasi data dari sumber lainnya.
Baca: Ciri Orang yang Memalsukan Nasab Nabi Muhammad Saw
Klaim nasab tersebut batal berdasar kesaksian kitab-kitab nasab abad ke-5 sampai ke-9 Hijriyah bahwa Ahmad tidak punya anak bernama Ubaid/Ubaidillah/Abdullah. Diantara kitab-kitab nasab yang ditulis di abad ke-5-9 Hijriah adalah:
- Tahdzibul Ansab, karya Imam Al Ubaidili (w.437 H.),
- Al-Majdi, karya Al-Umari (w. 490 H.),
- Muntaqilatut Tahalibiyah, karya Ibnu Thabathaba (w. 400-an H.),
- Al-Syajaratul Mubarakah, karya Imam Al-Fakhrurazi (w.606 H.),
- Al-Fakhri fi Ansabit Thalibin, karya Azizuddin Abu Tolib Ismail bin Husain al-Marwazi (w.614 H.),
- Al-Ashili fi Ansabit Thalibiyyin, karya Shofiyuddin Muhammad ibnu al-Thaqthaqi al-Hasani (w.709 H.),
- Al-Tsabatul Mushan, karya Ibn al- A’raj al-Husaini (w.787 H.),
- Umdatut Thalib, karya Ibnu Inabah (w.828 H.) .
Nama Ubaid sebagai anak Ahmad bin Isa secara formal baru muncul dalam kitab keluarga Ba’alwi, Al-Burqat al-Musyiqat karya Ali bin Abubakar al-Sakran (w.895 H.), setelah 550 tahun wafatnya Ahmad bin Isa. Kitab nasab dan sejarah setelah abad ke-9 yang menulis Ubed sebagai anak Ahmad bin Isa kesemuanya akan bermuara merujuk kepada kitab Al-Burqat tersebut.
Urutan silsilah seperti itu diokulasi Ali bin Abubakar al-Sakran dari Kitab As-Suluk karya Al-Janadi (w.732 H.) ketika menyebut seorang ulama' bernama Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid bin Ali bin Muhammad bin jadid bin Abdullah bin Ahmad bin Isa.
Menurut Ali Al-Sakran, Jadid bin Abdullah yang terdapat dalam silsilah itu adalah saudara laki-laki dari Alwi bin Ubaid. Lalu Ubaid itu adalah nama lain dari Abdullah. Klaim Ali al-Sakran ini tanpa dalil. Tidak ada kitab-kitab nasab atau sejarah yang mengkonfirmasi bahwa Jadid adalah saudara dari Alwi.
Terlepas dari bahwa informasi Al-Suluk tentang nasab Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa itu tertolak kitab-kitab nasab, bahwa klaim adanya ikatan persaudaraan antara Jadid dan Alwi itupun tertolak juga karena diambil dari ruang hampa tanpa ada bukti dan dalil. Jadi, usaha Ba'alwi untuk melakukan okulasi silsilah kepada Nabi ternyata mengambil batang yang salah.
Benarkah Ahmad bin Isa Bergelar "Al-Muhajir"?
Ahmad bin Isa, dalam historiografi internal Ba’alwi bergelar “Al-Muhajir”. Gelar ini sebagai alibi bahwa narasi Ahmad bin Isa mempunyai keturunan di Hadramaut itu reliabel, karena ia berpindah dari Bashrah ke Hadramaut dan kemudian menetap di sana, buktinya ia bergelar “Al-Muhajir”.
Baca: Daftar Makam yang Diba'alwikan di Pekalongan, Jateng
Padahal, tidak ada kitab sezaman atau yang mendekati Ahmad bin Isa yang menyatakan ia berhijrah ke Hadramaut, seperti tidak juga ada dalil bahwa ia bergelar “Al-Muhajir”. Kitab-kitab nasab dari mulai abad ke-5 sampai abad ke-9 tidak ada yang menginformasikan bahwa Ahmad bin Isa berhijrah dari Bashrah ke Hadramaut; tidak ada pula dari kitab-kitab tersebut yang menyatakan bahwa Ahmad bin Isa bergelar “Al-Muhajir”.
Ahmad bin Isa Dimakamkan Di Hadramaut?
Ba’alwi ber-hujjah (alasan) hijrahnya Ahmad bin ‘Isa ke Hadramaut itu valid dan relaibel dengan dalil adanya bukti arkeologis berupa makam Ahmad bin ‘Isa di Husaysah, Hadramaut.
Pertanyaannya, apakah benar makam yang diklaim sebagai makam Ahmad bin ‘Isa itu asli? Apakah makam itu sudah dikenal sejak wafatnya Ahmad bin ‘Isa tahun 345 H.? Sumber sezaman atau yang mendekati apa yang bisa memberi kesaksian bahwa benar Ahmad bin ‘Isa dimakamkan di Husaysah?
Al-Janadi (w.732 H.), sebagai sejarawan yang gemar merekam adanya makam tokoh yang diziarahi orang, tidak mencatat di Husaysah ada makam Ahmad bin ‘Isa. Ia merekam keberadaan makam dua orang anak yang popular di Shan’a di sebuah masjid yang dikenal dengan Masjid Al-Syahidain; ia juga merekam makam seorang dokter Irak yang dianggap pahlawan di Qinan dan ia berziarah di sana.
Tetapi ia tidak merekam adanya makam Ahmad bin ‘Isa. Artinya pada tahun 732 H>. itu, makam Ahmad bin ‘Isa belum dikenal (dibaca ‘tidak ada’) seperti saat ini. Telah berjarak 387 tahun sejak wafatnya, makam Ahmad bin ‘Isa belum dikenal orang.
Baca: Tak Ada Peran Habaib dalam Bukti Manuskrip Sejarah Berdirinya NU
Lalu kapan mulai adanya cerita bahwa Ahmad bin ‘Isa dimakamkan di Husaysah? Berita awal yang didapatkan adalah berita dari Bamakhramah (w.947 H.) dalam kitabnya Qaladat al-Nahr Fi Wafayyat A’yan al-Dahr. Dalam kitab tersebut dinyatakan adanya dua pendapat mengenai makam Ahmad bin ‘Isa.
Pendapat pertama mengatakan ia wafat dan dimakamkan di Husaysah; pendapat kedua mengatakan ia wafat di Qarah Jasyib. (Lihat: Abu Muhammad al-Tayyib Abdullah bin Ahmad Ba Makhramah, Qaladat al-Nahr Fi Wafayyat A’yan al-Dahr [Dar al-Minhaj, Jeddah, 1428 H.] juz 2 hlm. 618).
Lalu berdasar apa makam Ahmad bin ‘Isa ini dipastikan ada di Husaisah seperti yang sekarang masyhur sebagai makamnya? Bamakhromah menyebutkan (juz 2, hlm. 618) bahwa makam itu diyakini sebagai makam Ahmad bin ‘Isa karena ada Syaikh Abdurrahman menziarahinya, dan ada cahaya yang dapat dilihat dari tempat yang diyakini sebagai makam Ahmad bin ‘Isa itu.
Seperti itulah makam Ahmad bin ‘Isa ditemukan, yakni bukan berdasarkan naskah yang menyatakan bahwa ia memang dimakmkan di Husaysah, dan bukan karena memang makam itu telah ada sejak hari wafatnya yaitu tahun 345 H., tetapi diitsbat berdasarkan ijtihad.
Berarti makam Ahmad bin ‘Isa baru ditemukan, bahkan dibangun di abad sembilan atau sepuluh Hijriah, yaitu sekitar 602 tahun setelah hari wafatnya. Dari sana, keberadaan makam Ahmad bin ‘Isa di Husaysah ini, berdasar kesimpulan tidak adanya peristiwa hijrah-nya ke Hadramaut, sangat meyakinkan untuk dikatakan bahwa makam itu adalah makam palsu. [dutaislam.or.id/ab]
Bersambung ke: Sahib Mirbat "Faqih Muqoddam" yang Sunyi dalam Sejarah.
Keterangan:
Artikel adalah bagian ke-2 dari karya KH. Imaduddin Ustman Al-Bantani berjudul lengkap "Migrasi Klan Ba’alwi dan Pengakuan Sebagai Keturunan Nabi" yang sedianya dijadikan bahan diskusi publik di UIN Walisongo Semarang, 10 September 2024. Tapi batal. Redaksi memuatnya dalam beberapa judul.