Iklan

Iklan

,

Iklan

[Manaqib 04] Karomah Nama Syaikh Abdul Qadir yang Tidak Dikehendaki

Duta Islam #05
11 Sep 2024, 15:27 WIB Ter-Updated 2024-09-11T10:17:59Z
Download Ngaji Gus Baha
karomah syaikh abdul qadrir al jailani yang tidak dikehendaki
Ilustrasi karomah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Foto: istimewa.


Dutaislam.or.id - Diriwayatkan oleh Syaikh Abu Muhammad Al-Mufarroj, suatu hari di sebuah majelis yang dihadiri Syaikh Abdul Qodir, seratus ulama terkemuka Baghdad berkumpul. Setiap ulama membawa persoalan yang berbeda, dengan tujuan menguji kebijaksanaan dan keilmuan Syaikh Abdul Qodir. 


Ketika beliau menundukkan kepala, tiba-tiba dari dadanya memancar cahaya yang terang benderang, seperti kilatan petir. Cahaya tersebut langsung menuju dada para ulama, membuat mereka gemetar, bingung, dan napas mereka tersengal-sengal. Para ulama tersebut tak mampu mengendalikan diri dan akhirnya mereka berteriak serentak, merobek pakaian dan sorban mereka, serta mendekati Syaikh Abdul Qodir.


Dalam kekaguman, mereka berebut untuk meletakkan kaki Syaikh di atas kepala mereka, menunjukkan penghormatan dan pengakuan atas kewalian beliau. Setelah suasana kembali tenang, Syaikh Abdul Qodir memeluk satu per satu para ulama tersebut, menjawab setiap pertanyaan yang mereka ajukan dengan tepat dan memuaskan. Para ulama pun kagum dengan keluasan ilmu serta kebijaksanaan beliau.


Telapak Kaki Rasulullah Saw Memijak Pundak Syaikh

Syaikh Rosyidin Al-Junaidi meriwayatkan, pada malam Mi'raj, ketika Rasulullah Saw hendak naik ke langit, Malaikat Jibril mendatangkan buroq sebagai tunggangan beliau. Buroq, yang kakinya bercahaya laksana bulan, merasa sangat bersemangat dan terus bergerak gelisah. 


Rasulullah Saw bertanya, "Mengapa kamu tidak diam? Apakah kamu menolak untuk kutunggangi?" Buroq menjawab dengan hormat, menyatakan bahwa dia tidak menolak, namun memohon agar Rasulullah berjanji bahwa buroq akan menjadi satu-satunya tunggangan beliau saat memasuki surga.


Baca: Manaqib 03: Saat Mulut Syaikh Abdul Qodir Diludahi Rasulullah Saw


Rasulullah Saw mengabulkan permintaan tersebut, dan memegang pundak buroq sebagai tanda bukti janji tersebut. Karena kegembiraan yang meluap-luap, ruh buroq seakan tidak dapat tertahan oleh tubuhnya, membuatnya membumbung tinggi hingga empat puluh hasta. 


Rasulullah Saw kemudian membutuhkan bantuan untuk naik. Saat itulah, ruh Syaikh Abdul Qodir Jailani muncul, menawarkan pundaknya sebagai tangga. Rasulullah Saw kemudian memijakkan telapak kakinya di pundak Syaikh Abdul Qodir, dan berkata, "Telapak kakiku menginjak pundakmu, dan telapak kakimu kelak akan menginjak pundak para wali."


Para Wali Menyaksikan Tingginya Derajat Syaikh Abdul Qodir

Dalam kitab Roudhotun Nadhirin fi Manaqibi As-Syaikh Abdul Qodir, diriwayatkan bahwa sejak zaman Abi Ali Al-Hassan As-Sirri hingga kelahiran Syaikh Abdul Qodir, para ulama dan wali sering membicarakan keagungan Syaikh Abdul Qodir dan peringkat kewalian beliau. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Syaikh Abdul Qodir akan menjadi wali yang menginjak pundak para wali lainnya.


Namun, ada seorang wali dari Asfahan yang menolak keagungan kewalian Syaikh Abdul Qodir. Karena penolakan tersebut, seketika itu juga dia terjatuh dari derajat kewalian. Meskipun Syaikh Abdul Qodir belum lahir, keagungan pangkat kewalian beliau telah masyhur di kalangan masyarakat pada masa itu.


Kesakralan Nama Syaikh Abdul Qodir dan Wudhu

Dalam kitab Kanzil Ma'ani, diceritakan bahwa saat Syaikh Abdul Qodir pertama kali menerima pangkat kewaliannya, beliau dilingkupi sifat jalaliyah Allah, yakni keperkasaan dan kesaktian. Hal ini membuat nama beliau sangat sakti, sehingga siapa pun yang menyebut nama Syaikh Abdul Qodir tanpa wudhu akan merasakan dampak buruk, seperti putus lehernya.


Ketika Rasulullah Saw bertemu dengan Syaikh Abdul Qodir, beliau berpesan agar Syaikh Abdul Qodir mengurangi ketegasan ini, mengingat banyak orang yang menyebut nama Allah dan Rasulullah Saw tanpa wudhu atau tanpa sopan santun. Syaikh Abdul Qodir pun menerima amanat tersebut dan mulai bersikap lebih lunak.


Namun, banyak ulama Baghdad yang tetap menghadap Syaikh Abdul Qodir, meminta agar beliau benar-benar melepaskan sikap keras tersebut, karena banyak orang yang menjadi korban. Baca: Manaqib 02: Perjalanan Intelektual Syaikh Abdul Qodir Hingga Bertemu Nabi Khidzir


Syaikh Abdul Qodir menjawab bahwa kekuatan sakral namanya bukan keinginannya sendiri, melainkan kehendak Allah yang memuliakannya karena Syaikh selalu mengagungkan nama Allah. 


Para ulama juga menjelaskan bahwa salah satu sebab nama Syaikh Abdul Qodir begitu sakti adalah karena beliau selalu membaca Saefi Hizbul Yamani, doa karangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.


Bertawasul dan Membaca Fatihah ke Syaikh Abdul Qodir

Diriwayatkan oleh para guru besar, siapa saja yang menyebut nama Syaikh Abdul Qodir tanpa wudhu akan mengalami kesempitan rezeki. Namun, siapa pun yang bernazar untuk membaca hadiah atau bertawasul kepada beliau, hendaknya segera melaksanakan nazarnya agar tidak terkena kutukan. 


Mereka yang bersedekah makanan manis pada malam Jum'at dan memberikannya kepada fakir miskin, dengan terlebih dahulu bertawasul kepada Syaikh Abdul Qodir, Insya Allah akan tercapai segala maksudnya dan mendapatkan pertolongan dari Allah.


Selain itu, siapa pun yang membaca Fatihah dan menghadiahkannya kepada Syaikh Abdul Qodir, akan diberikan kelapangan dan dikeluarkan dari segala kesulitan, baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang menyebut nama Syaikh Abdul Qodir dengan wudhu, ikhlas, serta penuh penghormatan akan diberikan kegembiraan pada hari tersebut dan dosanya akan dilebur.


Kisah-kisah tentang Syaikh Abdul Qodir Jailani menggambarkan keagungan dan kesakralan beliau sebagai salah satu wali besar dalam sejarah Islam. Pengaruh beliau bukan hanya dalam bidang ilmu agama, tetapi juga dalam kekeramatan dan kemuliaan nama beliau, yang hingga saat ini masih banyak diingat dan dipanjatkan doa oleh umat Islam di seluruh dunia. 


Manaqib selanjutnya, baca: Manaqib 05: [dutaislam.or.id/ab]

Iklan