Iklan

Iklan

,

Iklan

[Manaqib 07] Laki-Laki yang Salah Sangka Terhadap Syaikh Abdul Qadir

Duta Islam #05
11 Sep 2024, 16:35 WIB Ter-Updated 2024-09-11T09:35:13Z
Download Ngaji Gus Baha

karomah syaikh abdul qadir jilani membeli kuda
Ilustrasi kuda. Foto: istimewa.

Dutaislam.or.id - Dikisahkan bahwa Syaikh Ahmad Zandah, seorang wali Allah yang sering bersilaturahmi kepada para wali lainnya, memiliki kebiasaan menunggang seekor harimau. Di setiap tempat yang ia kunjungi, tuan rumah harus menyediakan seekor sapi untuk harimau tersebut.


Pada suatu hari, Ahmad Zandah berkunjung ke kediaman Syaikh Abdul Qodir. Ketika melihat seekor sapi yang digunakan sebagai penarik timba air, ia memintanya untuk dijadikan makanan bagi harimau. Baca: [Manaqib 06] Syaikh Abdul Qodir Doakan Bayi Perempuan Jadi Laki-Laki


Saat harimau itu mulai mengintai sapi, tanpa disadari ada seekor anjing galak, penjaga istal kuda milik Syaikh Abdul Qodir, yang tiba-tiba menyerang harimau tersebut. Dalam hitungan detik, anjing itu berhasil menggigit harimau hingga mati.


Ahmad Zandah terkejut dan merasa sangat malu. Segera setelah kejadian itu, ia menghadap Syaikh Abdul Qodir dengan penuh hormat, lalu mencium tangan beliau sebagai tanda penghormatan dan penyesalan.


Syaikh Abdul Qodir Membeli Empat Puluh Ekor Kuda untuk Pengobatan

Dikisahkan ada seorang lelaki yang tinggal cukup jauh dari Baghdad. Terdorong oleh rasa cinta dan kekaguman terhadap Syaikh Abdul Qodir, ia memutuskan untuk berziarah. 


Sesampainya di Baghdad, ia melihat istal kuda milik Syaikh Abdul Qodir yang sangat megah. Papan lantai istal tersebut terbuat dari emas dan perak, pelana kuda-kudanya terbuat dari sutra indah, dan Syaikh memiliki empat puluh ekor kuda yang semuanya dalam kondisi sangat baik.


Melihat kemewahan ini, lelaki tersebut merasa ragu dan mulai berprasangka buruk. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang wali Allah memiliki kekayaan duniawi sebesar itu. Akhirnya, ia membatalkan niatnya untuk bertemu Syaikh Abdul Qodir dan malah bertamu ke rumah orang lain.


Tak lama setelah itu, lelaki tersebut jatuh sakit parah. Semua dokter di Baghdad tidak mampu menyembuhkannya. Hingga seorang ulama memberi petunjuk bahwa penyakitnya hanya bisa sembuh jika ia diobati dengan hati dari empat puluh ekor kuda yang memiliki sifat khusus. Salah seorang menyarankan agar ia meminta pertolongan kepada Syaikh Abdul Qodir, karena Syaikh memiliki kuda-kuda yang sesuai dengan persyaratan tersebut.


Ketika mereka menghadap Syaikh, beliau dengan senang hati mengabulkan permintaan mereka. Setiap hari, seekor kuda disembelih untuk diambil hatinya, hingga semua empat puluh ekor kuda habis. Berkat pengobatan tersebut, lelaki itu sembuh total.


Dengan penuh rasa syukur dan penyesalan, ia mendatangi Syaikh Abdul Qodir untuk meminta maaf. Syaikh Abdul Qodir berkata, "Ketahuilah, semua kuda yang aku beli itu sebenarnya adalah untukmu. Aku sudah tahu bahwa kamu akan tertimpa musibah ini, dan kuda-kuda itu memang telah aku persiapkan untuk pengobatanmu. Aku juga tahu bahwa kamu datang ke sini dengan niat yang baik, namun kemudian hatimu dipenuhi prasangka buruk."


Mendengar penjelasan Syaikh, lelaki itu sangat malu dan segera bertobat. Syaikh Abdul Qodir kemudian meluruskan kembali keyakinannya. Baca: [Manaqib 01] Silsilah Nasab Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ke Rasulullah Saw


Jin dan Setan Tunduk Kepada Syaikh Abdul Qodir

Diriwayatkan bahwa pada suatu waktu, Nabi Sulaiman as sedang merenung, beliau merasa khawatir akan nasib umat manusia di akhir zaman yang mungkin terganggu oleh kejahatan jin dan syetan. 


Namun, tiba-tiba terdengar suara dari alam gaib. Allah Swt berfirman, "Janganlah engkau khawatir, karena kelak akan lahir seorang Nabi terakhir yaitu Muhammad Saw. Di antara keturunannya, akan ada seorang bernama Abdul Qodir yang akan diberi kekuasaan untuk menguasai jin dan setan. Tidak ada satu pun jin atau syetan yang tidak tunduk kepadanya."


Raja Jin Mengampuni Orang yang Membunuh Anaknya

Para ulama Baghdad meriwayatkan bahwa suatu hari, seorang ulama bersama santri-santrinya sedang dalam perjalanan menuju makam usai melaksanakan sholat Jum'at. Di tengah perjalanan, ulama tersebut menemukan seekor ular hitam melata di jalan. Tanpa ragu, ulama itu memukul ular tersebut hingga mati.


Tak lama setelah itu, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap, dan kabut tebal menyelimuti daerah tersebut. Para santrinya terkejut, terlebih ketika mereka menyadari bahwa guru mereka tiba-tiba menghilang. Mereka berusaha mencari namun tidak berhasil menemukannya.


Beberapa saat kemudian, sang ulama muncul kembali dalam keadaan sehat, bahkan dengan pakaian yang baru. Para santri, yang sangat penasaran, segera menghampiri dan bertanya apa yang telah terjadi. Baca: Manaqib 04: Karomah Nama Syaikh Abdul Qadir yang Tidak Dikehendaki


Ulama tersebut bercerita, "Ketika suasana menjadi gelap, aku dibawa oleh jin menuju sebuah pulau di dasar laut, ke sebuah kerajaan jin. Di sana, aku dihadapkan pada sang raja jin yang sedang berdiri di atas singgasananya. Di hadapannya terbaring mayat anaknya, yang kepalanya pecah dan darah mengalir deras."


Sang raja jin dengan wajah marah berkata kepada ulama tersebut, "Mengapa engkau membunuh anakku yang tak berdosa? Bukankah engkau adalah seorang ulama yang seharusnya paham tentang hukum?"


Ulama itu menjawab dengan tenang, "Aku tidak membunuh anakmu, bahkan aku tidak pernah bertemu dengannya." Namun, raja jin tidak mempercayainya dan menuduhnya telah membunuh anaknya.


Setelah diperiksa, darah yang ada di tongkat sang ulama ternyata hanyalah darah ular. Menyadari kesalahannya, raja jin memaafkan ulama tersebut dan mengizinkannya kembali ke dunia manusia. Baca: [Manaqib 05] Kisah Syaikh Abdul Qodir Merebut Ruh dari Keranjang Malaikat


Cerita ini mengajarkan kita bahwa bahkan di alam jin sekalipun, keadilan tetap ditegakkan, dan kesalahpahaman bisa diselesaikan dengan kepala dingin serta kejujuran. 


Demikian akhir dari serial manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang sudah dimuat Duta Islam. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan